Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akademi Dawn Star
Setelah melapor ke gedung penerimaan, Klein mula-mula pergi mengantar Luna ke asrama lalu pergi ke tempat asramanya berada.
Di Akademi Dawn Star, ada empat gedung asrama sesuai dengan gender dan status.
Murid dari Akademi Dawn Star sendiri terbagi menjadi dua, yaitu murid inti dan murid biasa. Murid inti adalah para siswa yang terpilih untuk masuk ke akademi yang biasanya adalah bangsawan, sementara murid biasa adalah servant yang mereka bawa.
Jumlah murid inti terbatas 100 orang setiap tahun, lebih tepatnya 60 laki-laki dan 40 perempuan. Akan ada tempat bagi non-bangsawan, yaitu murid beasiswa. Totalnya 5, yaitu 3 laki-laki dan 2 perempuan.
Bagi bangsawan, jumlah servant yang dibawa juga ditentukan, biasanya hanya satu, tetapi bisa dua atau tiga jika orang itu memiliki status tertentu. Misalnya Klein dan Arthur, sebagai Pangeran dari kerajaan besar, mereka dibolehkan membawa sampai tiga servant.
Walau begitu, Klein dan Arthur hanya membawa satu. Tentu saja, alasan kenapa Klein tidak membawa lebih banyak karena ayahnya. Sedangkan Arthur tidak diketahui alasannya.
Seragam murid inti dan murid biasa juga berbeda.
Seragam murid inti merupakan baju lengan panjang dengan kerah tinggi dan celana panjang dengan warna putih bergaris emas, ada juga sedikit tambahan warna biru tua.
Sedangkan seragam murid biasa mirip murid inti, tetapi lebih sederhana dengan warna abu-abu gelap (nyaris hitam) dengan garis-garis putih.
Oleh sebab itu, ada empat gedung asrama yaitu untuk murid inti laki-laki, murid inti perempuan, murid biasa laki-laki, dan murid biasa perempuan.
Dari sini saja, sudah dapat dilihat bahwa sekolah ini lebih mementingkan latar belakang murid-muridnya. Para murid inti akan mendapatkan perawatan lebih baik entah dari kualitas pakaian, asrama, makanan sehari-hari, dan sebagainya.
Akan tetapi, ada alasan kenapa Akademi Dawn Star tetap populer dan bahkan banyak orang ingin masuk meski sebagai murid biasa.
Alasannya sederhana-
Walau dalam hal lain akademi terkesan pilih kasih, tetapi dalam hal pendidikan, akademi tersebut memperlakukan semuanya dengan setara.
Itu berarti, akan ada campuran siswa-siswi inti dan biasa dalam setiap kelas. Hanya ada dua perbedaan, Warrior dan Mage dipisahkan karena pembelajaran yang mereka dapatkan juga berbeda.
Daripada sekolah umum di sekolah-sekolah dalam kehidupan sebelumnya, Akademi Dawn Star lebih mirip dengan sekolah kejuruan. Tempat ini mengajarkan berbagai macam pendidikan, tetapi yang utama adalah bagaimana meningkatkan kekuatan mereka.
Di Akademi Dawn Star, ada pelajaran/kelas utama berupa pendidikan Warrior atau Mage. Selain itu, ada juga pelajaran/kelas tambahan dimana murid boleh memilih antara menempa senjata atau meramu ramuan.
Di luar dua pelajaran khusus tersebut, akademi juga memberi mereka beberapa mata pelajaran biasa tetapi dianggap tidak terlalu penting. Ada juga kelas kesenian yang cukup populer, dimana murid bisa belajar melukis, bermusik, dan beberapa kesenian lain.
Singkat cerita, ini adalah sekolah elit dimana banyak orang ingin belajar di dalamnya.
Tentu saja, sama seperti yang Klein katakan sebelumnya, selain ilmu, ada hal lebih penting dimana orang-orang dari berbagai status bercampur dalam kelas.
Ya. Orang-orang menginginkan kesempatan untuk mencari teman, membuat circle, dan menjalin koneksi.
‘Sungguh membosankan.’
Sampai di gedung asrama murid inti putra, Klein yang terlihat malas dan bosan menyeret tubuhnya menuju ke ruangan tempat dia akan tinggal selama bersekolah di sini.
Sedangkan barang-barang miliknya? Semuanya telah dikirim ke kamarnya oleh petugas asrama.
Gedung asrama sendiri sangat besar, seperti apartemen besar dengan enam lantai. Di setiap lantai, ada tiga puluh kamar utama (tempat murid tinggal) dengan fasilitas lengkap, dan beberapa ruang tambahan.
Gedung asrama murid inti putri juga memiliki enam lantai, tetapi lebih kecil karena ada 20 kamar utama di setiap lantainya.
Sedangkan gedung asrama murid biasa ukurannya mirip. Bedanya, mereka tinggal dengan teman sekamar. Bukan kamar pribadi seperti murid inti.
‘Lantai 1-2 untuk murid kelas satu, 3-4 untuk murid kelas dua, dan 5-6 untuk murid kelas tiga.’
Memikirkan itu, Klein merasa agak lelah karena kamarnya berada di lantai dua dan harus naik-turun tangga setiap hari.
Semakin tinggi lantainya, fasilitasnya juga semakin baik dan pemandangannya juga indah. Bagi orang lain, semakin tinggi mereka tinggal, semakin bangga pula mereka.
Kamar Klein berada di lokasi terbaik di lantai dua, di bagian timur gedung dimana akan ada sinar matahari hangat di setiap paginya.
Baru saja sampai di depan pintu kamarnya, ekspresi Klein berubah jelek ketika melihat ‘tetangganya’.
“Sepertinya kita benar-benar ditakdirkan, My Rival!” ucap Arthur sambil bersandar di dinding dengan tangan di saku, berpura-pura keren.
“Jadi, bagaimana undanganku sebelumnya?” tambah Arthur.
“Bukankah ujian dimulai lusa dan para murid baru tiba hari ini? Biarkan aku memikirkannya baik-baik,” balas Klein hampa.
“Tidak! Ujian dilaksanakan lusa, jadi kita harus segera membentuk tim dan membahas strategi,” ucap Arthur tegas.
“Bisakah aku meminta cuti? Karena tidak akan dikeluarkan bahkan jika nilainya rendah, bukankah tidak apa-apa jika tidak mengikuti ujian ini?” Klein memiringkan kepalanya.
“Yang aku tahu, walau memang nilai tidak penting, tetapi ujian ini wajib diikuti,” jawab Arthur.
“Cih. Bahkan aku tidak bisa memanfaatkan ujian ini untuk bermalas-malasan,” gumam Klein tidak puas.
“Apakah kamu mengatakan sesuatu?” tanya Arthur.
“Tidak.” Klein menggelengkan kepala.
“Kamu jelas membisikkan sesuatu tadi.” Arthur menatap kosong.
“Sudah kubilang-“
“KLEIN ASHFEY! AKU TAHU KAMU TELAH TIBA, JADI KELUARLAH!”
Sebelum Klein menyelesaikan perkataannya, suara gadis yang begitu keras terdengar dari luar asrama. Benar-benar membuatnya terpana.
Kedua orang itu saling memandang, lalu pergi menuju ke lantai satu lalu ke luar asrama.
Sesampainya di sana, mereka melihat cukup banyak orang berbisik dan sesekali menujuk ke arah seorang gadis yang berdiri di tengah jalan depan gedung asrama.
Gadis itu terlihat agak pendek dengan kulit putih pucat, tetapi memiliki sosok eksplosif, dua melon tampak masih sangat menonjol padahal memakai jubah dan topi penyihir. Dia juga membawa tongkat sihir (magic staff).
Wajahnya tidak terlalu terlihat karena topi penyihir yang agak kebesaran ada di atas kepalanya. Selain itu, rambut berwarna merah dengan poni panjang menutup salah satu matanya, menunjukkan satu mata berwarna jingga cerah. Jika diperhatikan baik-baik, wajahnya terlihat cantik dan imut.
“Tunangan mu?” ucap Arthur blak-blakan.
“Mana mungkin!” Klein langsung menepisnya.
“Lalu gadis yang kamu campakan?” Arthur tampak ragu.
“Bisakah kamu berhenti merusak reputasi ku yang sudah buruk ini?” Sudut bibir Klein berkedut. Dia tampak benar-benar lelah.
“Lalu siapa?” Arthur mengangkat alisnya.
“Aku tidak mengenalnya.” Klein mengangkat bahu sambil tersenyum masam.
Melihat ke arah itu baik-baik, dia langsung menyadari rambut merah mencolok dan mata jingga cerah yang merupakan ciri khas keluarga tertentu.
Melihat gadis itu, Klein tidak bisa tidak bergumam dengan ragu.
“Apakah dia dari Keluarga Flamel?”
>> Bersambung.