seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Gejolak di Balik Pintu Tertutup
Setelah melalui pertemuan yang melelahkan dan pembicaraan bisnis yang menegangkan, Lieka merasa kepalanya dipenuhi oleh banyak hal. Ia tahu bahwa rencana untuk menyelamatkan perusahaan sedang berjalan, tapi ada satu hal lain yang terus berputar di pikirannya—perasaan yang selama ini ia coba abaikan. Malam itu, di kantor yang sudah sepi, hanya ada dirinya dan Tanier yang masih bertahan menyelesaikan pekerjaan.
Lieka duduk di kursi kantornya, membiarkan pandangannya terarah keluar jendela ke kota Jakarta yang tampak gemerlap di bawah sinar lampu. Hening menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara detak jam dan hembusan napas mereka berdua. Tanier, yang berdiri di samping meja kerja Lieka, merasakan ketegangan di udara, tetapi juga sesuatu yang lain. Perasaan tak terucapkan di antara mereka.
Lieka mendongak, menatap Tanier dalam-dalam. "Terima kasih, Tanier. Untuk semua yang sudah kamu lakukan untukku. Kamu lebih dari sekadar karyawan."
Tatapan mereka bertemu, dan dalam sekejap, seolah-olah tidak ada lagi jarak di antara mereka. Tanier melangkah mendekat, dan tanpa disadari, tangannya menyentuh pundak Lieka, memberi rasa tenang yang selama ini dicari oleh wanita itu. Mereka saling menatap, tanpa kata, tapi ada pemahaman yang tumbuh dari dalam hati mereka.
"Aku... sudah lama ingin mengatakan sesuatu," Tanier berbisik, suaranya terdengar berat oleh emosi yang selama ini dia pendam.
Lieka tidak berkata apa-apa, tapi tatapannya mendorong Tanier untuk melanjutkan. Pria itu menarik napas dalam, seolah sedang mencari keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.
"Aku mencintaimu, Lieka."
Seketika, suasana di ruangan itu berubah. Rasa dingin yang tadi terasa di antara mereka perlahan menghangat. Lieka, yang selalu terlihat tegar dan tak tergoyahkan, merasakan dinding pertahanannya runtuh. Tanier, dengan caranya yang sederhana dan penuh perhatian, telah menggoyahkan hatinya.
Tanpa pikir panjang, Lieka berdiri dan mendekat ke Tanier, membiarkan emosi mengambil alih. Dia meraih wajah Tanier, menariknya lebih dekat, dan bibir mereka bertemu dalam ciuman yang mendalam dan penuh gairah. Semua ketegangan yang terpendam, semua keinginan yang terbungkus oleh profesionalisme, akhirnya dilepaskan.
Mereka saling melepas napas di antara kecupan-kecupan yang semakin panas, tangan Tanier meraba punggung Lieka, sementara Lieka menarik tubuh Tanier lebih dekat. Kantor yang biasanya penuh dengan ketegangan kerja kini berubah menjadi tempat di mana mereka menumpahkan segala hasrat yang tertahan.
Tanier memimpin Lieka ke meja kerjanya, mendorong berkas-berkas yang berantakan ke samping, menciptakan ruang bagi mereka berdua. Lieka duduk di tepi meja, bibirnya masih sibuk mencium Tanier yang mulai menelusuri lehernya, membuatnya menggigil dalam gelombang sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Malam itu, mereka membiarkan diri larut dalam perasaan, tanpa memedulikan konsekuensi atau apa yang akan terjadi besok. Lieka, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, merasa benar-benar hidup dan terbebas dari segala kekangan, sementara Tanier menemukan dirinya semakin terikat pada wanita yang selama ini dia kagumi.
Di bawah cahaya remang-remang dari lampu meja kerja Lieka, suasana semakin intens. Sentuhan Tanier yang semula lembut mulai berubah menjadi lebih berani. Jemarinya menelusuri pinggang Lieka, menyusuri lekuk tuBuh yang selama ini hanya bisa dia bayangkan dalam diam. Lieka mengangkat wajahnya, membiarkan napasnya terdengar semakin berat saat Tanier mencium lehernya dengan penuh gairah.
Seketika suasana di ruangan terasa semakin hangat. Lieka yang selama ini selalu tampil tegar dan menjaga wibawanya, kini sepenuhnya menyerah pada perasaan yang mengalir dalam dirinya. Dia merasakan panas di dalam tubuhnya, yang tidak bisa lagi ia abaikan.
Tanier, yang sebelumnya selalu menjaga jarak sebagai bawahan, kini merasa dirinya lebih dari sekadar itu. Dia merasakan dorongan kuat untuk menunjukkan perasaannya sepenuhnya, dan malam itu menjadi momen di mana semua batasan profesional dilanggar. Bibirnya dengan cepat menemukan milik Lieka lagi, kali ini ciuman mereka lebih dalam, lebih intens, penuh hasrat yang tidak bisa dibendung lagi.
Lieka menarik Tanier mendekat, merasakan tubuhnya mendesir oleh sentuhan pria muda itu. Dia membiarkan dirinya jatuh ke dalam pelukan Tanier, tubuh mereka semakin dekat tanpa jarak. Dalam hitungan detik, meja kerja yang penuh dengan dokumen berubah menjadi panggung untuk gairah yang selama ini terpendam.
Tangan Tanier bergerak di atas tubuh Lieka dengan penuh keyakinan. Dia tahu apa yang diinginkan Lieka, dan Lieka tidak menahannya. Pakaian formal yang mereka kenakan perlahan melonggar, satu per satu kancing baju Lieka terbuka, memperlihatkan kulit halus yang memerah karena sentuhan Tanier.
“Kamu membuatku gila,” desis Tanier di telinga Lieka, suaranya serak penuh gairah.
Lieka membalas dengan sebuah senyum yang menggoda, bibirnya menggoda telinga Tanier, membuat pria itu semakin hilang dalam gejolak perasaannya. "Buat aku lupa segalanya malam ini, Tanier."
Tanier tidak membuang waktu lagi. Dia mengangkat Lieka ke atas meja, menempatkannya dalam posisi yang lebih nyaman. Kedua tangan mereka saling meraba, seolah mereka tak ingin melepaskan satu sama lain. Mereka membiarkan malam itu menjadi saksi dari kebebasan yang mereka raih, melepaskan semua tekanan pekerjaan dan status.
Saat ciuman mereka semakin dalam, pakaian yang tersisa mulai terlepas, kulit mereka kini bersentuhan sepenuhnya. Detak jantung mereka semakin cepat, seolah-olah mereka sudah lama menunggu momen ini. Tanier mencium setiap inci tubuh Lieka, membuat wanita itu mendesah pelan, dan memejamkan mata, menikmati setiap sensasi yang menjalar di tubuhnya.
Lieka merasa seperti terbakar oleh hasrat yang telah lama dia pendam. Tanier tahu betul bagaimana memperlakukan Lieka—sentuhan lembut di satu sisi, namun penuh keinginan di sisi lain, membuatnya tak mampu menahan diri lagi. Lieka mengerang pelan, tubuhnya bergerak mengikuti ritme Tanier.
Mereka tenggelam dalam gelombang keintiman yang tidak lagi bisa dihentikan. Lieka dan Tanier akhirnya menyerah pada keinginan yang telah mereka tahan terlalu lama. Detik demi detik berlalu, dengan hanya suara napas mereka yang berat dan gemericik kecil yang terdengar dari pergerakan mereka di atas meja.
Di antara intensitas hasrat yang semakin memuncak, Lieka merasakan setiap sentuhan Tanier membakar kulitnya. Nafas mereka berpacu dalam kehangatan yang tak lagi terkontrol. Suara desah Lieka memenuhi ruang kantor yang sunyi, terpantul di dinding-dinding kaca yang sebelumNya menjadi saksi kesibukan pekerjaan, kini berubah menjadi saksi momen yang begitu pribadi antara dirinya dan Tanier.
Tanier terus membelai tubuh Lieka dengan tangan yang gemetar karena gairah, menyusuri setiap lekuk tubuhnya dengan perhatian penuh, seolah-olah setiap inci kulit Lieka adalah harta yang berharga. Dia mencium bibirnya dengan penuh semangat, tangan Lieka yang halus meraba punggung Tanier, menariknya lebih dekat hingga tak ada lagi jarak di antara mereka.
Lieka menggigit bibir bawahnya, matanya setengah tertutup oleh kenikmatan yang tak terlukiskan. Dia menunduk sedikit, memandang Tanier dengan tatapan penuh hasrat, tubuhnya bereaksi dengan dorongan yang semakin kuat untuk merasakan lebih dari apa yang pria itu tawarkan.
Tanier mengangkat tubuh Lieka sedikit, menyandarkannya pada meja dengan lebih nyaman. Sentuhan kulit mereka terasa begitu panas, dan setiap pergerakan mereka terasa seolah-olah seluruh dunia berhenti berputar. Lieka menggeliat di bawah belaian Tanier, tubuhnya mengikuti setiap gerakan yang pria itu ciptakan dengan penuh intensitas.
Ruangan yang sebelumnya dipenuhi oleh tekanan pekerjaan kini berubah menjadi tempat di mana keinginan mereka akhirnya dilepaskan. Tanier, yang biasanya kocak dan penuh tawa, kini memperlihatkan sisi lain dirinya—sisi yang penuh gairah dan kepedulian, yang tahu persis bagaimana memuaskan Lieka. Sementara itu, Lieka, wanita yang selama ini terlihat begitu kuat dan galak, takluk di bawah sentuhan pria yang mampu membuatnya melupakan segala beban yang ia pikul sebagai CEO.
Malam itu, meja kerja Lieka bukan lagi tempat di mana keputusan bisnis dibuat, melainkan tempat di mana mereka melepaskan hasrat yang lama terpendam. Ritme mereka semakin cepat, napas mereka semakin berat. Tubuh mereka menyatu dalam harmoni yang sempurna, seolah tidak ada lagi batas antara mereka.
Tanier terus membisikkan kata-kata lembut di telinga Lieka, membuat wanita itu semakin tenggelam dalam gairahnya. Lieka merespons setiap sentuhan Tanier dengan desah yang semakin kuat, tubuhnya gemetar dalam gelombang kenikmatan yang tak tertahankan. Mereka berdua akhirnya mencapai puncak yang selama ini hanya mereka impikan—momen di mana tak ada lagi yang tersisa selain diri mereka dan perasaan yang begitu kuat.
Setelahnya, mereka berdua terbaring di atas meja, napas mereka perlahan kembali normal, meski tubuh mereka masih bersisian, terikat oleh keintiman yang baru saja terjadi. Lieka memejamkan matanya, merasakan kedekatan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Tanier mengusap rambut Lieka dengan lembut, memberikan senyum kecil yang penuh arti.
“Aku rasa kita berdua sudah melewati batas,” ucap Tanier pelan, namun penuh arti.
Lieka, yang biasanya begitu tangguh, hanya tersenyum tipis. “Batas memang ada untuk dilanggar.”