Hampir separuh dari hidupnya Gisell habiskan hanya untuk mengejar cinta Rega. Namun, pria itu tak pernah membalas perasaan cintanya tersebut.
Gisell tak peduli dengan penolakan Rega, ia kekeh untuk terus dan terus mengejar pria itu.
Hingga sampai pada titik dimana Rega benar-benar membuatnya patah hati dan kecewa.
Sejak saat itu, Gisel menyerah pada cintanya dan memilih untuk membencinya.
Setelah rasa benci itu tercipta, takdir justru berkata lain, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah ikatan suci.
"Jangan sok jadi pahlawan dengan menawarkan diri menjadi suamiku, karena aku nggak butuh!" ucap Gisel sengit
"Kalau kamu nggak suka, anggap aku melakukan ini untuk orang tua kita,"
Dugh! Gisel menendang tulang kering Rega hingga pria itu mengaduh, "Jangan harap dapat ucapan terima kasih dariku!" sentak Gisel.
"Sebegitu bencinya kamu sama abang?"
"Sangat!"
"Oke, sekarang giliran abang yang buat kamu cinta abang,"
"Dih, siang-siang mimpi!" Gisel mencebik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Nandira melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi demi mengejar mobil Rega yang sudah melaju duluan beberapa saat lalu. Namun sayang, ia tak bisa mengejar mobil pria itu. Saat lampu merah ditambah kemacetaqan yang terjadi, membuatnya kehilangan jejak Rega.
Rega menurunkan Gisel di BaileyTex terlebih dahulu sebelum ia menuju ke rumah sakit.
Gisel tak mengatakan sepatah katapun saat mobil milik suaminya berhenti tepat di depan gedung yang menjulang tinggi tersebut. Ia langsung melepas seatbeltnya lalu turun.
"Nanti pulangnya abang jemput!" pesan Rega sebelum Gisel turun.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," tolak Gisel.
"Abang pergi dulu, jam empat abang jemput!" Rega tak menerima penolakan Gisel. Wanita itu sedikit menghenntakkan kakinya begitu mobil suaminya mulai meninggalkannya. Ia kesal karena selalu saja tidak bisa melakukan penolakan jika Rega memberi atau menawarinya sesuatu.
" selamat pagi, Nona," sapaan Melisa membuat Gisel mneoleh ke sumber suara.
"Pagi, Mel," balas Gisel. Ia melangkahkan kakinya memasuki gedung BaileyTex di susul oleh asistennya tersebut.
"Bukankah seharusnya nona masih cuti hari ini?" tanya Melisa.
"Atur jadwalku untuk hari ini, Mel!" daripada menjelaskan alasannya kenapa tak memanfaatkan waktu cutinya, Gisel memilih langsung membahas pekerjaan saja.
Toh, penjelasannya tetap akan sama saja. Ia dan Rega menikah bukan atas kemauannya sendiri melainkan karena terpaksa. Lama-lama cuti juga tak akan berguna. Mereka sudah kembali di sibukkan deng pekerjaan masing-masing.
"Hari ini ada pemotretan produk terbaru, kalau nona sudah kembali aktif bekerja, mungkin nanti bisa meninjaunya," jelas Melisa.
Gisel mengangguk, "Kamu atur saja, aku ke riuanganku dulu!" ucap Gisel dan Melisa mengangguk.
"Tunggu, mel!"
"Ya, nona?" Melisa yang sudah melangkah menuju ke ruangannya pun berhenti dan menoleh.
"Apa.... Mbak Sarah dari kemarin berangkat kerja?" tanya Gisel.
"Sepertinya tidak, nona. Sejak kemarin saya hanya melihat nona Senja sendiri tanpa mbak Sarah. Apa nona butuh sesuatu?"
Gisel menggeleng, "Tidak. Kau boleh ke ruanganmu sekarang. Nanti jam sembilan ke ruangan ku dan bawa berkas rancangan gaun terbaru yang kemarin kita bahas. Mau aku perlihatkan sama kakak ipar sebelum kita bahas dalam rapat minggu depan," ucapnya.
"baik, nona!" Melisa benar-benar pergi ke ruanngnnya kali ini. Pun dengan Gisel yang langsung masuk ke ruang kerjanya.
Gisel langsung menjatuhkan panntatnyna di kursi. Ia ingat bagaimana akhir-akhir ini Sarah terlihat aneh saat bertemu dengannya. Sikap wanita itu memang sempat membuatnya curiga. Apalagi saat terakhir mereka bertemu di toilet waktu itu, sikap Sarah benar-benar aneh.
Gisel tak menyangka jika ternyata hubungan Sarah dan Kendra sudah sejauh itu. Ia sangat menyayangkan kenapa Sarah tak Jujur dari awal. Apalagi setelah mendengar penjelasan dari Senja apa yang sebenarnya terjadi, membuatnya tak bisa menyalahkan Kendra begitu saja atas batalnya pernikahan mereka tempo hari. Dan hal itu membuatnya semakin merasa sakit dan terluka jika mengingatnya. Karena ia tak bisa sepenuhnya menyalahkan Kendra atas rasa sakit hatinya tersebut.
Gisel mengembuskan napasnya panjang. Meski kini ia selalu terlihat sebagai wanita karis yang sukses, tegas dan tegar, namun sejatinya dalam kesendiriannya ia kerap menangis dalam diam.
.
.
.
Nandira baru saja sampai rumah sakit, namun ia tak melihat mobil Rega terparkir di tempat khusus Dierktur utama rumah sakit tersebut. .
"Kemana Rega? apa dia pulang ke rumah orang tuanya dulu?" gumam Nandira.
Saat memasuki lobi rumah sakit, Nandira sudah mendengar gosip terbaru soal reag dari beberapa perawat yang sedang ghibah di meja resepsionis. Jika tak salah dengar, mereka membicarakan soal cincin yang beberapa hari ini melingkar di jari manis direktur utama rumah sakit tersebut.
"Eh serius kamu melihatnya? aku malah nggak perhatiin. Soalnya kalau lihat dokter Rega aku lebih suka fokus mekihat wajahnya yang ganteng," celetuk salah satu perawat.
"Beneran, kemarin kan aku yang dampimgi operasi pasien kamar VIP atas nama nyonya Ratih itu. Aku lihat sendiri dokter Rega melepas cincinnya. Setelah operasi selesai, di pakai lagi dong sama dokter Rega. Pakainya di jari manis tangan kanan pula, bukankah itu pertanda cincin kawin ya?"
Nandira langsung memasang telinganya untuk mendengar para staf rumah sakit yang sedang bergosip tersebut.
Seminggu lebih harus berada di luar kota, membuat Nandira benar-benar ketinggalan gosip yang beberapa hari ini santer terdengar di hampir setiap penjuru rumah sakit.
Pasalnya, tak ada angin tak ada hujan, pria yang mereka tahu sedang tidak dekat dengan siapapun tersebut tiba-tiba saja sudah memaki cincin pernikahan. Bahkan tim ghibah yang biasanya tak pernah ketinggalan gosip seputar para penghuni ruah sakit pun kali ini benar-benar kecolongan. Yang mereka tahu selama ini Rega dekat dengan Nandira. Itu pun sangat jelas jika wanita itu yang mengejarnya, sementara Rega sendiri lebih pada diam dan cuek.
Tentu saja, keanehan pada jari manis pria tersebut langsung menyita perhatian seluruh staf rumah sakit. Tak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi karena menang pernikahan Rega dan Gisel sama sekali tak melibatkan pihak rumah sakit kecuali para pemegang saham dan dokter-dokter senior yang sudah memiliki jam terbang tinggi yang memiliki kedekatan jhusus dengan keluarga Parvis, yang tentunya tidak akan bergosip seperti para staf lainnya. Waktu mereka terlalu berharga kalau hanya untuk ngomongin orang lain.
"Kalau benar itu cincin kawin, siapa wanita beruntung itu kira-kira? Dokter Dira? Kayaknya nggak mungkin deh. Kalau iya pasti sudah heboh satu rumah sakit ini karena di pamer sama dokter Dira,"
mereka tidak sadar jika wanita yang sedang mereka bicarakan tersebut saat ini sedang mendengarkan ocehan ghibah pagi mereka karena terlalu asyik bergosip. Yang mana membuat Nandira langsung merasa gerah seketika.
" Iya juga sih. Aduh aku jadi makin penasaran nih, sebenarnya dokter Rega beneran udah nikah belum, sih? masa aku ketinggalan berita seheboh dan sepenting ini?" timpal yang lainnya.
"Terus kira-kira nikahnya kapan, ya? Perasaan dokter Rega nggak pernah ambil cuti. Atau aku yang salah?"
"Sumpah gue patah hati kalau beneran dokter Rega udah nikah. Berkurang lagi satu populasi makhluk ganteng nan cool di muka bumi ini yang masih single,"
"Lah, sadar diri juga kali. Mana mau direktur rumah sakit ini sama kita-kita. Realistis aja. Sama dokter Dira yang nggak di ragukan lagi aja doi nggak ngelirik, apalagi sama remahan kayak kita,"
"Iya, kamu benar. Apa kurangnya dokter Dira coba, jadi kasihan akunya. Mending muka pas-pasan kayak kita, nggak susah cari cowok. Tapi, ya.. Seadanya. Tapi nggak nutup kemungkinan juga kan takdir kita bersanding dengan pria seperti dokter Rega. Belajar dari novel-novel yang aku baca, biasanya gitu. Si buruk rupa atau si udik berjodoh sama si tajir melintir tujuh tanjakan hingga turunan nggak habis duitnya. Sungguh indah dunia pernovelan emang,"
Teman-temannya serentak mencebik sembari memutar bola mata mereka malas mendengar omongan absurd salah satu petugas respsionis tersebut. Dasar si tukannng halu.
'"Sumpah penasaran banget aku, beneran nggak ya dokter Rega udah nikah. Apa mungkin nikahnya diam-diam?" pembahasan direktur merek ternyata, masih berlanjut.
"Bisa jadi itu. Secara kan tahu sendiri dokter Rega seperti apa orangnya, diam-diam menghanyutkan banget pesonannya. Dia diam aja udah bikin jantung takbiran apalagi kalau sampai mengangguk di tambah senyum, masyaalloh sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu itu,"
" Iya benar. kalau benar, siapa ya wanita beruntung itu. Aku ingin berguru dengannya. Bagaimana bisa menaklukkan pria seperti dokter Reag itu,"
Nandira semakin tak tahan mendengarnya. Hatinya sudah bertanya-tanya sejak tadi. Ia benar-benar ikut penasaran. Apakah benar apa yang mereka gosipkan. Kenapa ia bisa tidak tahu apapun. Bahkan jika benar Rega sudah menikha seharusnya ayahnya tahu. Tapi, ayahnya sama sekali tak mengatakan apapun.
Nandira tak ingin percaya begitu saja sebelum ia melihatnya sendiri. Ia harus segera menemui pria itu dan menanyakan kebenerannya secara langsung.
...****************...