Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Sejak Hana masuk Maura masih menunggu Hana di depan ruangan Rey. Ia duduk di kursi tunggu. Saat melihat Hana keluar, ia langsung berdiri dan memanggil Hana.
"Hey! Kamu!" panggil Maura sedikit berteriak karena Hana akan pergi.
Hana yang merasa terpanggil membalikkan badannya dan menatap Maura dengan kening berkerut.
"Ya Miss, ada apa ya?"
Maura mendekati Hana dan berdiri tepat di depan Hana. Ia memindai tubuh Hana dari atas sampai bawah. Lalu kembali lagi keatas, ia menajamkan penglihatannya saat melihat warna merah di leher Hana.
"Kamu ngapain ke ruangan pak Rey?" tanya Maura penuh selidik.
"Oh, tadi pak Rey manggil saya Miss."
"Ngapain pintu ruangannya di kunci segala? Kamu jangan kegatelan ya jadi perempuan. Kamu tau kan pak Rey sudah menikah, Masa depan kamu masih panjang. jangan jadi penggoda suami orang."
"Iya Miss." jawab Hana singkat. Hana tidak ingin banyak berdebat dengan Maura. Ia sudah lelah karena tubuhnya di gempur Rey lebih dari setengah jam. Saat ini dirinya ingin beristirahat dengan duduk di kelasnya.
"Awas saja kalau sampai saya lihat kamu melakukan hal ini lagi. Aku tidak akan segan-segan melaporkan skandalmu dengan pak Rey. Asal kamu tau, jika sampai skandalmu dan pak Rey ketahuan, itu bisa berbahaya untuk karirnya. Tapi sama sekali tidak berpengaruh dengan mu. Masa depan mu masih panjang, lulus dari sekolah ini kamu bisa kuliah dan memulai kehidupan baru. Tapi hidup pak Rey bisa hancur, karirnya bisa berantakan rumah tangganya juga terancam." jelas Maura panjang lebar. Dirinya merasa tidak terima jika pikirannya memang benar. Rey berselingkuh dengan muridnya. Kenapa tidak dengannya yang jelas-jelas sudah dewasa dan matang.
Hana memutar bola matanya malas mendengar perkataan Maura. Ingin sekali rasanya ia mengatakan jika dirinya lah istri sah Rey. Tapi ia tak punya keberanian, sekolahnya masih beberapa bulan lagi.
Saat ia akan menjawab perkataan Maura, tiba-tiba ruangan Rey terbuka.
"Ada apa ini?" tanya Rey menatap Maura dengan tatapan kesal. Ia sempat mendengar dari dalam jika Maura memarahi Hana.
"Pak, saya hanya mengingatkan anak ini agar jangan menjadi perusak rumah tangga orang, saya tau jika kalian memiliki hubungan. Ingat pak, rumah tangga dan karir bapak bisa hancur jika hal ini ketahuan." kata Maura. Ia merasa menjadi dewa penolong bagi Rey karena berusaha mengingatkan Rey jika perselingkuhannya dan Hana bisa membahayakan karir dan rumah tangganya.
"Siapa yang menjadi perusak rumah tangga?" tanya Rey pada Maura. Ia lalu menunjuk Hana. "Dia? Dia yang anda anggap menjadi perusak rumah tangga saya? Sepertinya anda salah paham Bu Maura. Hana saya suruh datang ke ruangan saya karena memang ada yang ingin saya katakan. Ayahnya tadi menelpon saya karena tidak bisa menghubungi Hana. Jadi ayahnya meminta saya menyampaikan pesan ayahnya." kata Rey membuat alasan. Tapi Maura tidak percaya begitu saja dengan perkataan Rey.
Maura menyunggingkan senyumnya dan melipat tangannya di depan dada.
"Saya bukan orang bodoh pak Rey. Tanda merah di leher kalian sudah cukup membuatku mengetahui kegiatan apa yang kalian lakukan di dalam." jelas Maura. Ia juga melihat leher Rey memiliki tanda kissmark. Padahal sebelumnya ia bertemu dengan Rey tidak melihatnya. Dan saat ini ada tanda merah itu di leher Rey.
"Terserah padamu mau berpikir apa tentang kami, yang jelas hal ini tidak akan pernah menghancurkan hidupku." balas Rey dengan nada ketus. Ia lalu mengalihkan atensinya pada Hana yang berdiri di sebelahnya.
"Hana,sebaiknya kamu kembali ke kelas."
"Baik pak!" Hana langsung berlari meninggalkan Rey dan Maura yang masih berdiri di sana. Ia sama sekali tidak perduli jika mereka berdua masih terlibat obrolan.
Tubuhnya masih terlalu lemas hingga tak ingin ambil pusing.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Siang hari Hana bersama dengan teman-temannya menuju ke mall untuk menonton.
Setelah keluar dari bioskop Hana mual dan langsung berlari menuju toilet. Ke 3 temannya saling tatap dan merasa heran. Mereka bertiga berdiri di depan toilet dengan pikiran yang sama. Akhir-akhir ini Hana sering mual hingga membuat mereka curiga.
"Apa Hana hamil ya guys?" tanya Laura pada ke dua temannya.
"Belum tau, mending kita susul Hana sekarang." jawab Lusy lalu mereka menyusul Hana ke dalam dan melihat yang sedang muntah-muntah di depan closet.
Setelah puas memuntahkan semua isi perutnya Hana keluar, ia mencuci wajahnya agar tidak ada bekas muntahnya. Lalu kembali merapihkan penampilannya.
"Na, sebenernya Lo kenapa sih? Kenapa dari tadi mual-mual. Sekarang malah muntah. Lo jujur deh sama kita. Kita sahabat kan?" tanya Laura dengan wajah penasaran.
Hana masih terlihat pucat dan menghela nafasnya pelan. Ia menatap wajah temannya satu persatu. "Kita cari tempat makan dulu aja yuk. Nanti gw ceritain." kata Hana dengan suara pelan.
Mereka mengangguk dan menggamit lengan Hana karena melihat Hana masih lemas. Mereka menuju food court dan duduk di sana untuk memesan makanan.
"Gw nggak suka ayam geprek. Mau makan bakso aja." kata Hana. Ia menolak saat Lusy memesankan ayam geprek untuk mereka semua. Karena itu adalah makanan favorit mereka ber empat.
Setelah mendengar penolakan Hana, mereka bertiga yakin jika ada yang tidak beres dengan Hana.
"Ya udah, baksonya 1 ya mbak, gepreknya 3." kata Lusy merubah pesanannya pada seorang pelayan.
Setelah pelayan itu pergi mereka menatap Hana dengan tatapan tajam.
"Jelaskan semuanya. Now!" kata Sarah dengan nada dingin.
Hana menelan ludahnya dengan susah payah karena mendapatkan tatapan intimidasi dari teman-temannya.
"Hana, Lo hamil?" tanya Sarah to the point. Hal itu membuat Laura dan Lusy menepuk punggung tangan Sarah.
Hana menghembuskan nafasnya pelan lalu mengangguk. "Iya." jawab Hana singkat.
"Haaah!" kata Mereka bertiga kompak.
Mata mereka membola dan bibir mangap. Merasa terkejut dengan pengakuan Hana.
"Jangan bercanda, ini nggak lucu!" kata Laura.
"Sory guys. Tapi memang bener gw hamil."
Tubuh mereka yang awalnya condong ke depan meja langsung merosot dan menyandar di kursi.
"Siapa yang hamilin Lo? Jangan bilang pak Rey?" tanya Laura.
Hana kembali mengangguk. "Memang dia orangnya."
"Ini gila! Edan! Gimana bisa guru menghamili muridnya. Kalian kenapa bisa,,, oh astaga." Laura memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Merasa sangat terkejut dengan kebenaran yang Hana katakan. Ia tau jika Rey dan Hana menjalin hubungan terlarang karena Rey sudah menikah. Tapi Hana hamil, benar-benar membuatnya merasa frustasi.
"Gimana bisa Lo hamil sama pak Rey. Pak Rey udah punya istri Hana. Terus gimana nanti sama Lo dan anak itu?" kata Lusy.
"Guys. Dengerin gw baik-baik ya. Gw mau ngasih tau hal penting sama kalian. Biar kalian nggak salah paham. sebelum gw selesai bicara jangan ada yang menyela." kata Hana. Ia harus mengatakan yang sejujurnya pada teman-temannya agar mereka tidak berpikiran buruk terhadap Rey.
Mereka kembali mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap Hana intens.
"Cepat katakan!" paksa Lusy.
Hana menghela nafas pelan dan mengangguk. "Kalian tau kan kalo pak Rey sudah menikah?" Mereka bertiga mengangguk serempak.
"Semua tau kalau pak Rey sudah menikah. Dan nggak ada satupun yang tau siapa istrinya. Karena istrinya itu gw." kata Hana dengan suara pelan. Ia takut perkataannya ada yang mendengar.
Setelah mendengar pengakuan Hana ke 3 sahabatnya kembali terkejut.
"Haaah!" ujar mereka serempak. Dengan mata membelalak dan bibir menganga.