Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 3
"Bu, sudah Bu. Nanti sakit ibu kambuh. Sudah ya, masalah Ningsih biar Ningsih selesaikan sendiri. Ningsih gak mau ibu kenapa kenapa." Ningsih memegang pundak ibunya, takut kalau penyakit darah tinggi sang ibu kambuh lagi.
"Kamu jangan lembek, Ningsih. Meskipun kita ini miskin, jangan pernah mau kamu dihinakan oleh laki laki tak bertanggung jawab seperti suami kamu ini. Tegas dan segera ambil keputusan, jangan biarkan dia terus bersikap seenaknya sama kamu. Ibu sakit hati dan tidak terima, kalau anak ibu selalu direndahkan. Kamu itu istrinya, sudah jadi tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan kamu, bukannya malah menghujat dan mempermalukan di hadapan banyak orang." Sahut Bu Yati panjang lebar, dadanya sangat sesak dan emosi sudah menguasainya. Orang tua mana yang bisa terima jika anaknya diperlakukan tidak baik oleh suaminya sendiri.
"Kalau mau cerai, ya cerai saja. Tapi urus suratnya sendiri. Aku tidak mau mengeluarkan uang dengan sesuatu yang gak penting. Aku mau lihat, perempuan pemalas kayak kamu apa punya uang untuk membayar biaya perceraian?
Kere aja kok sok sokan minta cerai." Sahut Wandi dengan entengnya, bahkan dengan kasar dia membanting pintu kamar. Tak berselang lama, Wandi keluar kamar lagi dengan membawa tas ranselnya. Tanpa pamit, Wandi pergi begitu saja. Seolah keberadaan istri dan mertuanya tak ada sama sekali di matanya.
"Apakah laki laki seperti itu yang ingin kamu pertahankan, nduk? Ibu tidak sanggup melihatmu diperlakukan seperti ini." Lirih Bu Yati dengan air mata yang berjatuhan. Pun dengan Ningsih yang juga sudah terisak dengan sikap suaminya itu.
"Maafkan Ningsih Bu. Ningsih akan cari pekerjaan setelah ini. Tolong titip Salwa, agar Ningsih bisa segera memasukkan gugatan cerai. Maafkan Ningsih yang sudah membuat ibu sedih." Balas Ningsih dengan hati yang tercabik.
"Kamu harus kuat demi anakmu, kamu harus bisa tangguh untuk menghadapi hidup yang berat ini, nduk. Dunia ini milik mereka, mereka yang beruang. Orang miskin seperti kita, hanya kebagian air mata dan nelangsanya. Hanya sabar dan ikhlas yang harus kita miliki agar tetap bisa menjalani ujian hidup ini." Sahut Yati dengan suara bergetar.
"Ibu sama mbak Ningsih, kenapa kok nangis?
Ada apa?" Tiba tiba Rina sudah ada di dekat mereka dengan wajah bingung menatap ibu dan kakaknya yang menangis.
"Bantu mbakmu, Rin. Dia sudah menderita oleh ulah suaminya. Bantu mbakmu agar bisa segera mengurus perceraian dengan Wandi." Sahut Bu Yati yang mengalihkan pandangannya pada putri keduanya.
"Apa yang terjadi, Bu? Kenapa tiba tiba mbak Ningsih cerai?" Tanya Rina yang masih bingung, belum mengerti dengan yang terjadi. Akhirnya Bu Yati menceritakan semuanya pada Rina.
"Astagfirullah, mbak. Kenapa mbak Ningsih diam saja selama ini?" Rina menatap iba pada kakaknya setelah mendengarkan cerita dari sang ibu tentang masalah rumah tangga kakaknya.
"Mbak cuma gak mau kalian ikut sedih dengan masalah, mbak. Tapi sekarang semua sudah tau. Tolong titip Salwa, aku akan mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhanku bersama Salwa. Dan juga agar bisa segera mengurus surat perceraian di pengadilan." Balas Ningsih dengan perasaan campur aduk.
"Mbak tenang saja, aku sama ibu akan jagain Salwa. Mbak fokus saja cari kerjaannya. Kita ini keluarga yang harus saling membantu, jangan lagi sungkan dan menyimpannya sendiri kalau sedang ada masalah." Sahut Rina dengan menghembuskan nafasnya dalam.
"Terimakasih, kalau tidak ada kalian, aku tidak tau harus bagaimana." Lirih ningsih yang terisak.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Ningsih mulai mencari cari pekerjaan kesana kemari. Tak perduli panas dan teriknya matahari, Ningsih terus berjalan memasukkan lamarannya ke setiap pabrik yang dia lewati. Bahkan tak segan langsung bertanya pada setiap pemilik toko, laundry, dan rumah, apakah ada lowongan untuk dirinya. Hingga akhirnya Ningsih diterima di toko Serba ada dengan gaji sembilan ratus ribu belum bonus kalau mau lembur. Sedangkan Salwa dirumah dijaga oleh Rina dan Bu Yati. Bu Yati membuka warung kecil kecilan di depan rumah, jualan pecel, jenang, dan juga rujak cingur. Sedangkan Rina, menjadi buruh setrika yang dia kerjakan dirumah sejak Ningsih memutuskan untuk bekerja. Meskipun miskin, mereka memiliki rasa persaudaraan yang kuat, bahu membahu saling membantu dan menjaga.
Waktu terus berjalan, hampir tiga bulan lebih Wandi tidak pernah pulang mengunjungi anak istrinya. Bahkan mengirim uang nafkah untuk Salwa juga tidak dilakukan. Wandi justru sudah menikah siri dengan Irma selingkuhannya, tanpa sepengetahuan Ningsih. Karena Irma sudah hamil anak hasil hubungan gelap mereka. Yang lebih gila lagi, pernikahan mereka disaksikan oleh kakak, adik dan ibunya Wandi. Mereka merestui perselingkuhan Wandi tanpa rasa bersalah sedikitpun. Bahkan sama sekali tidak perduli dengan perasaan Ningsih dan nasib Salwa.
"Akhirnya, aku sah jadi istri kamu, mas. Aku seneng banget bisa jadi ibu dari anakmu dan menjadi istrimu yang sesungguhnya, meskipun hanya dengan menikah siri." Irma memekik senang dengan memeluk erat tubuh Wandi saat mereka sudah ada di dalam kamar di rumah orangtuanya Irma yang berada di Gresik.
"Aku juga, aku beruntung bisa menikahi perempuan cantik dan hebat seperti kamu. Semoga kita bahagia terus ya." Sahut Wandi yang langsung membalas pelukan istri sirinya.
"Aamiin, makasih mas." Sahut Irma dengan hati berbunga-bunga. Keinginannya untuk menjadi istrinya Wandi telah terkabul, dan tinggal mempengaruhi Wandi untuk menceraikan Ningsih nantinya. Pelan pelan asal tujuannya tercapai. Irma menyeringai penuh dengan kemenangan. Menjadi penjahat dan pencuri suami orang adalah kebanggaan bagi janda yang ditinggal suaminya itu. Irma adalah sosok perempuan licik dan serakah.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Sahabat Benalu
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tempat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak