NovelToon NovelToon
Antara Dua Sisi

Antara Dua Sisi

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Pelakor
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Libelle Talitha, atau Belle, adalah gadis 17 tahun yang hidup di tengah kemewahan sekolah elit di Inggris. Namun, di balik kehidupannya yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia kelam: Belle adalah anak dari istri kedua seorang pria terpandang di Indonesia, dan keberadaannya disembunyikan dari publik. Ayahnya memisahkannya dari keluarga pertamanya yang bahagia dan dihormati, membuat Belle dan ibunya hidup dalam bayang-bayang.

Dikirim ke luar negeri bukan untuk pendidikan, tetapi untuk menjauh dari konflik keluarga, Belle terperangkap di antara dua dunia. Kini, ia harus memilih: terus hidup tersembunyi atau memperjuangkan haknya untuk diakui.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan tak terduga

Saat malam mulai menjelang, Manchester menampakkan wajah yang berbeda. Lampu-lampu jalan mulai menyala, menciptakan pendaran lembut di sepanjang jalan-jalan yang dipenuhi oleh bar dan restoran. Kelompok itu memutuskan untuk berhenti di salah satu pub paling terkenal di kota, The Oast House, yang menawarkan suasana hangat dengan dekorasi kayu yang klasik. Musik akustik mengalun pelan di latar belakang, menciptakan suasana santai bagi mereka untuk berbincang.

“Manchester memang luar biasa, ya? Selalu ada sesuatu yang bisa dilakukan di sini,” kata Ronan, salah satu anggota kelompok Draven yang selalu ceria dan penuh semangat.

Draven mengangguk, tapi pikirannya melayang jauh. Meskipun ia menikmati kebersamaan dengan teman-temannya, ada sesuatu yang tidak bisa ia hilangkan dari benaknya. Kota ini memiliki aura yang membuatnya merenung lebih dalam, seperti ada sebuah misteri yang menunggu untuk ditemukan, atau mungkin, sebuah keputusan yang harus diambil.

Malam itu berakhir dengan canda tawa dan cerita-cerita ringan, tetapi Draven tahu bahwa di balik semua kesenangan ini, ada sesuatu yang harus ia hadapi. Liburan ini adalah pelarian yang ia butuhkan, namun tidak sepenuhnya bisa menghapus perasaan bahwa ada tanggung jawab besar yang menantinya di dunia nyata.

Manchester, dengan segala keindahannya, telah memberi mereka kenangan yang tak terlupakan. Namun bagi Draven, lebih dari itu, kota ini telah menyentuh bagian terdalam dari dirinya mengingatkannya bahwa hidup bukan hanya tentang kesenangan sementara, tetapi juga tentang pilihan-pilihan yang akan menentukan masa depannya.

***

Malam itu, Belle keluar dari pub kecil di pusat kota Manchester, melangkah ke jalanan yang mulai sepi. Suhu mulai turun, dan udara malam yang dingin menusuk kulitnya. Dengan mantel tebal melindungi tubuhnya, ia memutuskan untuk berjalan sedikit lebih jauh sebelum kembali ke penginapan. Kota ini memiliki suasana yang berbeda di malam hari, sesuatu yang membuat Belle merasa terasing tapi sekaligus tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam.

Tanpa tujuan jelas, Belle berjalan melewati Northern Quarter yang ramai, menelusuri lorong-lorong sempit yang dihiasi mural-mural unik. Di kepalanya, pikiran-pikiran tentang keluarganya, kehidupannya yang penuh rahasia, dan apa yang akan ia lakukan setelah ini, terus berputar. Dia merasa begitu jauh dari rumah, tetapi di saat yang sama, begitu dekat dengan sebuah kebebasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Saat ia hendak berbelok ke jalan yang lebih besar, tiba-tiba terdengar bunyi kaca pecah di sebuah gang sempit di sebelahnya. Refleksnya mendorong Belle untuk menoleh, dan di sana, di kegelapan gang, ia melihat seorang pria tinggi berusaha berdiri dengan susah payah. Kaca jendela di belakangnya tampak pecah berantakan, dan pria itu tampak tersandung, kehilangan keseimbangan.

Itu Draven Faelen, meskipun Belle tentu saja tidak mengenalnya. Wajahnya terlihat sedikit kusut setelah hari yang panjang, dan bau alkohol samar tercium dari dirinya. Sepertinya dia baru saja terlibat dalam sesuatu yang tidak biasa. Sementara teman-temannya tertinggal di pub, Draven memutuskan untuk mencari udara segar, tapi entah bagaimana, ia justru menemukan dirinya di situasi yang kacau. Barangkali ada sedikit ketidaksengajaan yang membuat kaca pecah, atau mungkin ia terlalu asyik mengejar sesuatu yang ia sendiri tidak pahami.

Belle berdiri diam, menimbang-nimbang apakah ia harus mendekat atau segera pergi. Namun, instingnya berkata bahwa pria itu butuh bantuan. Ia ragu sejenak, sebelum akhirnya berjalan mendekat dengan hati-hati.

“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Belle dengan suara tenang namun khawatir.

Draven mendongak, sedikit terkejut mendengar suara asing itu. Ia memandang Belle sekilas, lalu mencoba tersenyum, meski wajahnya terlihat sedikit bingung.

“Ya… ya, aku baik-baik saja,” jawabnya serak, meski jelas ia sedang tidak dalam kondisi terbaik.

Belle mengamati lebih dekat. Draven tampak mengalami sedikit cedera, mungkin akibat pecahan kaca di lantai yang berserakan di sekitar kakinya. Tanpa berpikir panjang, Belle menghampirinya dan meraih tangan Draven untuk membantunya berdiri.

“Kau terluka,” kata Belle, menatap kakinya yang berdarah ringan.

Draven menatapnya, kali ini dengan lebih serius. Ada sesuatu dalam tatapan Belle yang membuatnya terdiam sejenak mungkin karena perhatian yang tulus dari seorang asing, atau mungkin karena ia sendiri tak terbiasa menerima bantuan dari orang yang tidak ia kenal.

“Ini tidak parah,” jawab Draven cepat, sambil mencoba menyandarkan dirinya ke dinding bata di samping. “Aku hanya… tersandung.”

Belle meragukan jawabannya, tetapi ia tidak ingin mendesak. Ia mengeluarkan saputangan dari tasnya, lalu berlutut, membersihkan luka kecil di kaki Draven dengan hati-hati. “Aku Belle, by the way,” ujarnya sambil bekerja, berharap bisa sedikit menghilangkan ketegangan.

Draven menatapnya sesaat, lalu mengangguk pelan. “Draven.”

Keduanya terdiam beberapa saat. Malam yang dingin semakin membuat suasana terasa sunyi, hanya ada suara samar-samar dari kejauhan kota yang masih hidup di luar sana. Belle melanjutkan dengan lembut, “Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kau seharusnya tidak berjalan sendirian seperti ini. Manchester bisa sedikit liar di malam hari.”

Draven tersenyum tipis, merasa ironis mendengar peringatan itu. “Sepertinya aku mengalami malam yang liar, meskipun itu tidak seperti yang kau kira.”

Mereka berdua tertawa kecil, tetapi itu cukup untuk mencairkan suasana. Setelah Belle selesai merawat lukanya, Draven berdiri lebih tegap. “Terima kasih… untuk bantuanmu,” katanya, suaranya lebih lembut kali ini. “Aku bisa mengurus sisanya.”

Belle tersenyum singkat. “Tidak masalah. Aku hanya kebetulan lewat.”

Mereka berdiri di sana, dua orang asing yang tiba-tiba terhubung dalam situasi yang tak terduga, namun terasa anehnya natural. Manchester, yang luas dan asing bagi Belle, tiba-tiba menjadi lebih akrab di bawah cahaya lampu jalan yang temaram.

“Apa kau butuh tumpangan ke mana pun?” tanya Belle, menawarkan kebaikan terakhir sebelum mereka berpisah.

Draven memandangnya dengan sedikit keheranan. Seorang gadis asing, yang tak punya kewajiban apapun untuk membantunya, justru menawarkan lebih banyak lagi. “Tidak, terima kasih. Teman-temanku ada di dekat sini. Aku hanya butuh beberapa menit untuk merapikan diri.”

Belle mengangguk, merasa lega bahwa Draven akan baik-baik saja. "Baiklah," katanya sambil menarik napas panjang. "Hati-hati, ya."

Draven mengangguk sambil tersenyum lebih tulus kali ini. “Kau juga. Terima kasih lagi, Belle.”

Saat Belle melangkah pergi, Draven memandangnya sampai ia menghilang di sudut jalan. Malam yang dimulai dengan kacau telah berakhir dengan pertemuan yang sama sekali tak terduga. Meski mereka mungkin tak akan bertemu lagi, ada sesuatu yang berbeda dalam hati Draven malam itu, sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Belle pun merasa hal yang sama. Pertemuan singkat itu memberinya kehangatan yang tak ia duga, di tengah kedinginan dan keterasingan hidupnya. Entah bagaimana, pertemuan singkat di gang sempit itu meninggalkan kesan yang dalam bagi mereka berdua.

Belle melangkah pulang menuju asrama, pikirannya melayang pada pertemuan singkat dengan Draven. Sambil merapatkan mantelnya di tengah udara malam yang semakin dingin, ia memikirkan betapa aneh dan tak terduganya hidup kadang-kadang. Mungkin di kota besar seperti Manchester, pertemuan semacam itu hanya kebetulan, tapi Belle merasa ada sesuatu yang lebih dalam. Namun, ia tidak ingin terlalu memikirkannya. Toh, Draven hanyalah orang asing.

Setibanya di asrama, Belle membuka pintu kamarnya yang sederhana tapi nyaman. Langit-langit rendah dan jendela kecilnya menghadap ke taman kecil yang mulai gelap. Belle melepaskan mantelnya, duduk di tepi tempat tidur, dan memijat lehernya yang pegal. Kelelahan mulai terasa setelah seharian penuh berjalan keliling kota. Dia meraih teleponnya, berniat untuk mengecek pesan-pesan yang mungkin tertinggal, tetapi sebelum sempat melihat, teleponnya berdering. Nama ibunya muncul di layar.

Tanpa berpikir panjang, Belle segera menjawab panggilan video itu. Wajah ibunya, meski tampak sedikit lelah, muncul di layar. Senyum lembut menghiasi bibir wanita itu, dan seketika Belle merasa sedikit lebih hangat.

"Aku sangat merindukanmu, Bu," ujar Belle dengan suara pelan, penuh kerinduan. Mata Belle berkaca-kaca, seakan seluruh beban perasaannya meluap begitu ia mendengar suara ibunya.

"Aku juga merindukanmu, sayang," jawab ibunya lembut. "Bagaimana kabarmu di sana? Kamu baik-baik saja, kan?" Mata ibunya menelusuri wajah Belle dengan penuh perhatian, seolah berusaha menangkap setiap detail ekspresi putrinya.

1
Vandelist_
halo kak aku udah mampir di cerita kakak, dan juga sedikit saran dari aku untuk memperhatikan tanda kapital dan juga tanda bacanya.

serta jangan lupa untuk mampir di ceritaku ya❤️
nurzakiah2107 herni
semoga langsung ketawan sama draven
nurzakiah2107 herni
crazy up ya thorr
Leviathan
sedikit saran, perhatikan lagi struk katanya iya Thor.

ada beberapa kalimat yang masih ada pengulangan kata..

contoh kyk ini: Belle berdiri di jendela di bawah langit.

jadi bisa d tata struk kalimatnya;
Belle berdiri di tepi jendela, menatap langit Inggris yang kelam

atau bisa juga Belle berdiri di jendela, memandang langit kelam yang menyelimuti Inggris.

intinya jgn ad pengulangan kata Thor, dan selebihnya udah bagus
Lucky One: Makasih ya saran nya/Heart/
total 1 replies
safea
aku baru baca dua chapter tapi langsung jatuh cinta sama tulisan kakaknya💜
safea
suka banget sama tata bahasanya, keren kak! oh iya sedikit saran dari aku, tolong penempatan tanda bacanya diperhatikan lagi yaa
Lucky One: Makasih saran nya ya..
total 1 replies
Anggun
hadir saling support kak
🔵@🍾⃝ ͩAᷞғͧɪᷡғͣ DLUNA
Saran aja kak, itu tulisannya bisa di bagi lagi menjadi beberapa paragraf agar yang membaca lebih nyaman..
Lucky One: okey, makasih ya feedback nya
total 1 replies
semangat kak /Determined/ tapi kok rasanya kayak baca koran ya, terlalu panjang /Frown/
Lucky One: Makasih feedbacknya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!