Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Ternyata Dia Seorang Dokter
Kurang lebih sekitar sepuluh menit Ayuna akhirnya kembali memasuki ruangannya dengan membawa sebotol air mineral dan juga jajanan yang selalu menemaninya di saat ada waktu buat santai. Seorang suster kepercayaannya, kini datang keruangannya dengan mengetuk pintunya.
"Permisi Dokter," ucap Suster sembari mengetuk pintunya.
Ayuna menoleh ke arah pintu dengan alisnya tertaut. Ingin istirahat sebentar saja cukup kesulitan. Tapi ia sudah paham, ini sudah menjadi resiko seorang dokter. Harus bekerja profesional tak boleh banyak keluhan.
"Ya suster, silahkan masuk," jawab Ayuna ramah.
Suster itupun langsung masuk ke dalam dengan mukanya panik. Ayuna merasa ada yang aneh dengan raut wajah suster yang menunjukkan kepanikan.
"Hey! Apa yang sudah terjadi padamu suster? Apakah anda melakukan kesalahan? Tegang amat mukanya?" tanya Ayuna.
"Begini dok, saya cuma mau tanya aja. Apa tadi dokter benar-benar memastikan pasien yang bernama nyonya Ane sudah dalam keadaan yang membaik paska operasi?" tanya suster.
"Iya, dia dalam keadaan baik. Bahkan tadi dia juga habis mengobrol sama saya. Memangnya ada apa suster?" tanya Ayuna mulai khawatir.
"Tadi waktu dokter keluar, pasien tiba-tiba saja drop. Tensinya naik dan dia sempat nggak sadar. Saya bantu dengan alat pernafasan. Dan sekarang, kondisinya mulai normal kembali, ya walaupun tensinya masih tinggi," ungkap Suster.
Tentu saja Ayuna terkejut. Apa yang sudah terjadi pada pasiennya hingga membuatnya kembali drop. Padahal saat ditinggalnya kondisinya begitu baik dan tak membuatnya khawatir.
"Apa yang terjadi padanya sus? Kenapa bisa drop lagi? Tadi saat aku memeriksanya, kondisinya baik-baik saja. Bahkan aku saranin buat makan dan minum yang teratur untuk proses pemulihan, tapi kok.... "
Ayuna sendiri dibuat heran dengan penjelasan dari temannya itu. Karena dia tidak akan membiarkan meninggalkan pasiennya sebelum memastikannya pasiennya dalam keadaan baik-baik saja.
"Kok bisa jadi kayak gini sih. Coba aku cek dulu aja deh," ucap Ayuna berfikir tidak tenang.
"Sus, ikutlah bersamaku! Aku takut terjadi hal yang buruk padanya. Dia kan udah sepuh banget," ucap Ayuna.
"Iya dok, silahkan," jawab Suster.
Ayuna berjalan cepat menuju ruangan Ane, orang tua yang percaya padanya dan memasrahkan dirinya untuk di rawat.
Tiba di ruang rawat Ane, Ayuna mengetuk pintunya, setelah itu dia langsung masuk menuju brankar di mana Ane di rawat.
"Bagaimana kondisinya, apa nyonya baik-baik saja?" tanya Ayuna mendekat pada Ane.
"Dokter! Barusan Mama drop," ucap Mega.
"Bagaimana bisa?" tanya Ayuna sembari memeriksanya.
"Itu tadi... "
"Aku kan sudah bilang, nyonya Ane tidak boleh sampai lelah, dia harus banyak istirahat dan nggak boleh banyak pikiran."
Ayuna terlihat marah pada Mega, karena keteledorannya dalam menjaga pasien.
"Maaf dokter, kami telah teledor menjaganya. Tadinya Mama saya sedang dalam keadaan baik-baik saja. Tapi karena berdebat dengan anak saya, dia langsung sesak nafas. "
"Apa? Berdebat? Dengan anak anda? Ya Tuhan, kenapa bisa terjadi, kenapa anak anda egois sekali. Harusnya dia mengerti kalau pasien dalam keadaan yang lemah. Tidak seharusnya dia membuat nyonya Ane menjadi seperti ini. Keterlaluan."
Ayuna rasanya ingin sekali memberikan tamparan pada anak dari keluarga pasien.
"Bu, tolong untuk saat ini, jangan biarkan satupun orang yang masuk ke dalam ruangan ini. Ini demi kesehatan orang tua anda," peringat Ayuna.
"Iya dokter, saya akan melarang siapapun untuk mengunjungi Mama saya," jawab Mega.
"Iya, itu lebih baik. Sekarang kondisi pasien sudah stabil. Jadi kumohon, jangan sampai ada satu orang pun yang membuatnya emosi," tutur Ayuna.
"Iya dokter," jawab Mega.
"Yaudah kalau begitu, biarkan pasien beristirahat, dan saya akan kembali ke ruang operasi," ucap Ayuna.
"Baik dokter," jawab Mega.
Ayuna bergegas pergi keluar meninggalkan ruangan Ane.
Dari kejauhan, seorang pemuda telah mendapati seorang dokter yang keluar dari ruang inap neneknya.
Dibuat penasaran, diapun Diam-diam mulai mengikutinya.
"Oh! Itu rupanya dokter yang sudah merawat nenek. Apa yang Mama bilang cocok buat aku? Oh tidak. Perempuan manapun, aku nggak peduli. Aku nggak mau dijodohkan sama siapapun," gumam Steven dengan mengikuti langkah dokter yang kini sudah menuju ruangannya.
"Loh! Bukannya itu ruangan yang aku buat berantem dengan cewek resek itu. Kenapa tadi cewek resek itu keluar dari dalam ruangan itu. Apa jangan-jangan.... "
Steven terus mengikuti hingga mendekat di depan ruang kerja Ayuna. Mengintip dari celah-celah pintu, mendapati Ayuna yang tengah menyiapkan alat-alat yang akan digunakan ke ruang operasi.
"Hah! Gila!" umpat Steven.
"Ternyata dia itu seorang dokter," gumam Steven.
"Kenapa di sini ada dokter bar-bar macam dia. Dasar perempuan jadi-jadian, setiap bertemu dia, otakku selalu dibikin mendidih," gumamnya lagi.
Steven masih tetap mengintip di depan ruangan Ayuna, tanpa diketahui, ada seseorang yang mengejutkannya dari belakang.
"Permisi, anda lagi apa di sini Tuan?" tanya Haris.
Haris memicingkan bola matanya mengamati pemuda yang bergelagat aneh, tengah mengintip Ayuna.
Steven terkejut dan refleks menoleh ke belakang mendapati seorang lelaki dewasa dengan memakai seragam dokter.
"Ah! Ini.... Aku.... "
Steven bingung dan gugup karena kecerobohannya mengintip Ayuna telah ketahuan oleh dokter lain.
"Apa anda ada perlu dengan dokter Ayuna?" tanya Haris.
"Apa? Oh! Tidak-tidak. Kebetulan saja saya tadi lewat sini dan mendengar sesuatu yang aneh. Seperti orang yang sedang.... Menjerit, ya seperti orang menjerit."
Steven beralibi untuk menutupi kebohongannya.
"Orang menjerit? Dari dalam sini maksudnya?" tanya Haris.
"I-iya," jawab Steven tergugub.
"Oh! Benarkah? Ya Tuhan, apa yang sudah terjadi pada Ayuna? Kalau begitu, ayo ikut saya mengeceknya Tuan," pinta Haris.
"Ap-apa? Mengeceknya? Oh tidak."
Steven memelotot bola matanya, karena kecerobohannya akan membuat dirinya terjebak dengan ulahnya sendiri.
"Sepertinya hanya pendengaranku saja yang tengah bermasalah. Sepertinya di dalam tidak terjadi apa-apa. Hari ini saya ada meeting penting, jadi saya nggak bisa menemani anda masuk ke dalam, karena menurut saya, pekerjaan saya jauh lebih penting. Permisi."
Steven merapikan jasnya dan bergegas pergi dengan langkah tegasnya.
Haris terbengong menatap kepergian Steven yang sudah menjauh menuju lift.
"Dasar aneh! Manusia aneh nggak tuh. Mengintip Ayuna dari luar pintu, apa maksudnya? Apa benar Ayuna tengah menjerit di dalem, coba kutengok lah."
"Ayuna! Apa aku boleh masuk?"
Haris langsung mengetuk pintu ruangan Ayuna, dan mendapatkan sambutan dari Ayuna.
"Ya, masuklah," jawab Ayuna.
Haris membuka pintunya dan mendapati Ayuna yang sudah bersiap-siap menuju ruang operasi.
"Ayuna! Kamu nggak papa kan?" tanya Haris.
"Nggak papa? Emangnya kenapa? Wajahmu tegang gitu?" tanya Ayuna.
"Iya, gimana nggak tegang. Tadi ada orang bilang kalau di dalem ruangan ini ada orang jerit-jerit, ya pasti aku langsung tegang, kepikiran kamu," celetuk Haris.
"Apa? Ada orang jerit-jerit di sini? Siapa yang bilang?" tanya Ayuna.
"Barusan ada orang yang mengintip dari lubang pintu di sini. Saat ketemu aku, dia terkejut. Aku tanya sama dia, apa sedang mencarimu katanya enggak. Kebetulan saja dia lewat sini dan mendengar ada orang menjerit dari dalam ruangan ini," ungkap Haris.
Ayuna mengerutkan keningnya, mendengar penjelasan dari Haris. Bahkan saat dirinya masuk ke ruangannya, tidak ada satu orang pun yang tengah berlalu lalang di depan ruangannya.
"Kamu tau nggak? Orang yang mengintipku di situ? Cowok apa cewek?" tanya Ayuna.
"Dia cowok," jawab Haris.
"Hah! Cowok?"