Semua sudah diatur kita hanya menikmati alur yang sudah ditentukan dan juga ditakdirkan untuk kita.
Alisha seorang Dokter umum yang mengambil spesialis di salah satu rumah sakit. Wanita cantik yang sehari-hari menggunakan hijab yang memiliki wajah teduh yang menenangkan semua orang yang siapa saja melihat dirinya.
Siapa sangka calon pewaris rumah sakit itu dijodohkan pada dia.
Dalam usia yang sangat muda Alisha harus menikah dengan Adrian sang calon pewaris rumah sakit. Adrian sangat terpaksa menikah dengan Alisha. Karena tidak ingin hak waris rumah sakit jatuh kepada orang lain.
Pernikahan yang indah yang pernah menjadi impian Alisha yang ternyata tidak sejalan dan semulus itu. Bagaimana tidak dia harus menikah dengan laki-laki yang tidak menginginkannya.
Alisha harus menjalani rumah tangganya yang tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Laki-laki yang dia nikahi bersikap tidak baik.
Lalu apakah Alisha akan bertahan dalam pernikahannya atau justru akan mundur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Tatapan Terdalam.
"Orang yang kau ajak bicara di depanmu dan bukan di bawah. Kau itu menganggap aku terlalu rendah sekali ya sampai melihatku di bawah terus. Apa kau tidak bisa melihat ke depanmu!" umpat Adrian kesal dengan sifat Alisha yang selalu membuat dia kesal.
Alisha menghela nafas dan melihat Adrian yang akhirnya melihat sang suami dan melihat jelas bagaimana wajah kesal Adrian yang dia sudah punya kesalahan.
"Lihatlah wajahmu itu sangat ingin sekali menantangku!" umpat Adrian yang benar-benar sensitif yang merasa salah saja, bagaimana Alisha beraksi dan itulah Adrian yang selalu salah bagaimana sang istri.
"Di lihat salah, nggak di lihat salah," gumam Alisha pelan dengan menghela nafas.
"Kau bilang apa barusan hah!" sahut Adrian yang mendengar perkataan yang singkat itu. Alisha tidak menjawab dan memilih untuk diam.
"Kau hanya berani bicara pelan saja. Bicara dengan jelas agar di dengar! jangan kumur-kumur!' desis Adrian dengan kesal dan Alisha hanya diam saja yang capek menghadap suaminya yang serba salah.
Adrian menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan.
"Hah! Kepalaku benar-benar sakit melihat tingkah mu. Bukan di rumah saja dan sekarang di rumah sakit. Kau terus saja mencari perhatian dan membuat satu rumah sakit heboh!" tegas Adrian.
"Apa yang saya lakukan?" tanya Alisha dengan wajah heran.
"Masih bertanya apa yang kamu lakukan hah! Apa kamu tidak sadar juga dengan semua yang sudah kamu lakukan hah! kamu yang bikin rusuh. Hanya karena kamu mendapatkan kiriman tikus mati. Semua langsung heboh. Kamu pikir orang-orang di rumah sakit ini bekerja untuk mengurusi kamu hah!" oceh Adrian.
Alisha sekarang baru mengerti kenapa dia dipanggil dan ternyata berhubungan dengan kejadian tadi pagi.
"Siapa melaporkan kejadian itu. Padahal aku sudah mengatakan hal itu tidak perlu dilaporkan," batin Alisha.
"Makanya jadi perempuan itu, jangan terlalu banyak musuh dan jangan banyak drama di dalam hidupmu dan lihat apa yang kau terimah akibat kau memiliki musuh yang banyak dan akhirnya mereka meneror mu seperti ini!" umpat Adrian yang menyalahkan Alisha.
"Saya tidak punya musuh sama sekali," ucap Alisha.
"Kau selalu saja mengatakan tidak punya musuh, tidak ini dan tidak itu. Tetapi ini sudah menjadi bukti. Sebentar lagi orang itu juga akan mengirim kepala puntung untukmu," ucap Adrian yang membuat Alisha sampai mengerutkan dahi mendengar kata-kata Adrian yang sangat ngeri sekali.
Dia juga tidak membayangkan bagaimana jika kepala puntung itu benar-benar ada di depannya.
"Sekarang kau menginginkan apa hah! Laporan Polisi atas teror yang kau dapatkan hah! lalu bikin heboh rumah sakit ini dengan garis Polisi, televisi akan memberitakan tentang rumah sakit ini?" tanya Adrian.
"Pak Adrian, saya sejak awal tidak ingin masalah ini di perpanjang dan saya juga tidak tahu siapa yang sudah melapor semua ini kepada bapak. Saya tidak mempermasalahkan kiriman itu dan mungkin saja memang hanya salah kirim," ucap Alisha.
"Kau tidak pernah ingin memperpanjang hal itu. Tetapi kau sudah membuat kekacauan dan keributan tentang apa yang terjadi dan aku yang menjadi korban. Aku Direktur di rumah sakit ini dan otomatis namaku akan buruk!" tegas Adrian.
"Dan kau memang sengaja yang terus mencari perhatian dan membuatku repot!" kesal Adrian mengusap wajahnya kasar sampai kerambutnya.
Alisha hanya diam saja dan lagi-lagi tidak bisa mengatakan apapun.
"Huhhhh benar-benar menyusahkan!" desis Adrian.
"Belum lagi nanti kau akan curhat pada Eyang. Huhhhhh, Masalah di tambah lagi," ucap Adrian dengan geleng-geleng kepala benar-benar frustasi menghadapi Alisha.
"Saya minta maaf. Jika yang terjadi sudah membuat kekacauan di rumah sakit. Masalah ini benar-benar tidak perlu di perpanjang dan masalah Eyang saya juga tidak akan mengatakan apa-apa. Jika masalah di rumah sakit mereda. Hal ini juga tidak akan sampai pada Eyang. Jadi tidak perlu mengambil tindakan apa-apa," ucap Alisha dengan menegaskan yang memang itu sudah menjadi keputusan dia.
"Kau bicara seperti ini di depanku dan nanti di depan Eyang lain lagi," kesal Adrian.
"Saya benar-benar tidak akan membicarakan ini lagi," sahut Alisha meyakinkan Adrian.
Adrian menarik nafas dan membuang perlahan kedepan.
"Aku hanya memegang kata-kata mu. Jika masalah ini semakin panjang, maka kau akan menerima konsekuensi yang lebih parah lagi!" tegas Adrian yang jika tidak memberikan ancaman, maka tidak akan puas.
"Apa kau mengerti?" tanya Adrian. Alisha menganggukkan kepala.
"Awas saja jika kau berani membuat masalah lagi!" tegas Adrian dengan emosi.
"Saya tidak akan membuat masalah. Saya permisi!" ucap Alisha yang langsung berlalu dari hadapan Adrian.
"Aku belum selesai bicara dan kau sudah pergi. Ini ciri-ciri istri durhaka," umpat Adrian membuat langkah Alisha terhenti.
"Bukankah bapak! Tidak pernah menganggap saya sebagai istri. Lalu kenapa berbicara tentang istri durhaka," ucap Alisha.
Adrian sampai terkejut mendengar kata-kata itu sampai mendengus kasar.
"Kau mengatakan apa?" tanya Adrian dengan kesal yang langsung berdiri.
"Saya permisi!" Alisha tanpa menjawab apa-apa dan tidak membalikkan badan yang melanjutkan langkahnya. Tetapi Adrian langsung menahan tangan Alisha dan memegang pergelangan tangan itu dengan mereka berdua sudah saling berhadapan.
"Katakan sekali lagi apa yang kamu katakan hah!" ucap Adrian.
"Kau semakin lama di biarkan semakin berani menjawab-jawab!" umpat Adrian dengan geram.
"Sakit lepas!" Alisha berusaha melepaskan cengkraman tangannya dari Adrian.
"Jadi menurutmu. Jika aku tidak mengakui kau sebagai istri. Lalu kau boleh suka-duka melakukan ini dan itu hah!" kesal Adrian.
"Lepas sakit!" Alisha hanya berusaha untuk melepaskan tangan itu yang tidak peduli dengan apapun yang di katakan Adrian.
"Sakit Pak! Lepas!"
Alisha berhasil melepaskan dengan cepat. Tetapi tubuhnya yang tidak memiliki keseimbangan dan hampir saja membuat dia jatuh tersungkur ke belakang dan untung saja tiba-tiba lengan Adrian memegang pinggang Alisha sehingga membuat Alisha tidak jadi jatuh.
Dengan posisi Alisha yang tertahan lengan kekar itu yang membuat Alisha kayang. Adrian bukannya melepas dan malah saling melihat dengan Alisha dengan jarak yang sangat dekat itu. Adrian melihat terus wajah panik Alisha.
Entah mengapa Adrian malah betah menatap Alisha yang ternyata Alisha masih berusaha untuk menahan diri yang berusaha terlihat baik-baik saja dan baru lah Alisha melihat sang suami dengan mata mereka berdua sama-sama beradu pandang.
Lama saling menatap begitu dalam yang akhirnya membuat Alisha tersadar dan langsung berdiri tegak dengan melepaskan tangan Adrian dari pinggangnya. Wajah Alisha terlihat gusar dan Adrian yang terlihat membuang nafas perlahan kedepan.
"Permisi!" ucap Alisha yang langsung pamit
Entah mengapa jantungnya berdebar dengan kencang dan itu pertama kali bagi Alisha di sentuh laki-laki yang tak lain adalah suaminya sendiri walau sentuhan itu hanya di pinggang.
"Ada-ada saja tingkahnya!" desis Adrian yang masih mengatur nafas beberapa kali.
Dia juga mendadak entah mengapa yang memiliki perasaan yang aneh. Adrian mungkin merasa dirinya bodoh yang malah diam saja saat insiden itu tadi terjadi. Bukannya dia langsung melepaskan tangannya dan malah asyik menatap Alisha dan mungkin saja Adrian yang sudah menyadari. Jika Alisha memang cantik sehingga matanya tadi tidak berhenti berkedip
Bersambung