Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran tidak mendasar
~Pembunuhan di kediaman Menteri pendapatan Feng Shui menyebar dengan cepat keseluruhan Ibu Kota. Hanya ada tiga orang yang masih selamat.~
Di istana,
Rapat darurat di adakan sejak pukul tujuh pagi hingga lewat tengah hari. Semua petinggi istana ingin dalang di balik pembunuhan segera di temukan. Namun tidak ada bukti yang bisa di temukan. Jasad pembunuh bahkan menghilang dari tempat kejadian.
Sekitar pukul dua siang rapat di hentikan karena masih tidak memiliki titik temu. Hanya dua kubu berbeda dari petinggi istana yang terus berseteru tanpa henti. Kaisar Ying Weisheng memutuskan untuk menyudahi rapat dan pergi ke tempat istirahatnya.
Di ruangan peristirahatan Raja kecil Ying sudah menunggu Kakak pertamanya. "Yang Mulia." Memberikan hormatnya.
Kaisar Ying Weisheng menatap dingin kearah adik ketiganya. "Adik ketiga lebih baik kamu menjaga kesehatan dengan baik. Jangan terlalu memikirkan pemerintahan lagi." Duduk di kursi yang ada di ujung ruangan. Tumpukan dokumen menggunung memenuhi meja.
Kkreekkk...
Perlahan pintu di tutup.
Raja kecil Ying bangkit dari kursi rodanya. Dia berjalan mendekat kearah kakak pertamanya. Dokumen yang ada di dalam baju ia keluarkan. "Lima ratus pasukan pemberontak di temukan lagi. Namun masih banyak yang belum dapat di pastikan keberadaan mereka."
Kaisar Ying Weisheng bangkit dari tempat duduknya. "Sudah aman?" Melihat kearah pintu. "Huh." Menghela nafas dalam. Dia berjalan mendekat kearah adik ke tiganya. Dia menarik adiknya duduk di dua tangga kecil pada bagian depan meja. "Bagaimana hubunganmu dengan istrimu?" menyenggol lengan adik ketiganya.
"Cukup baik."
"Aku juga pikir begitu. Raut wajahmu juga jauh lebih segar dari biasanya." Kaisar Ying Weisheng Merangkul pundak Raja kecil Ying. "Dia tahu jika kesehatanmu tidak terganggu?" Adiknya menggelengkan kepalanya. Melihat itu dia tersenyum lalu menepuk pundak adiknya dan bangkit. "Bagaimana menurutmu dengan pembunuhan kali ini?"
Raja kecil Ying bangkit. "Pembunuh dalam kegelapan. Satu orang dapat mengalahkan banyak pasukan."
Kaisar Ying Weisheng menatap ragu. "Jika mereka memulai kembali pembunuhan tanpa henti seperti dulu. Kekaisaran akan goyah. Apa kamu masih tidak bisa mendapatkan apa pun dari kejadian di tahun itu?"
Pria dengan brokat hitam berdiri tegap menatap tajam. "Tidak ada yang bisa di dapatkan. Mereka hanya mengirimkan satu orang masuk ke dalam kediamanku. Jika bukan karena surat peringatan dari seseorang yang tidak di kenal. Aku pasti tidak dapat melewati pembunuhan di malam itu."
"Kamu juga tidak dapat mengatasinya!" Kaisar Ying Weisheng mengerutkan keningnya. "Jika mereka terus mengintai setiap orang kepercayaanku. Tidak butuh waktu lama. Orang itu akan dapat mengendalikan situasi di dalam istana." Duduk di kursi. Tangan kanannya mengelus lembut cincin zamrud di jari manisnya.
Raja kecil Ying mengeluarkan surat lain dari saku bajunya. "Aku juga mendapat informasi lain. Jika di malam itu seseorang datang menyelamatkan tiga keluarga Feng yang masih tersisa. Orang itu juga membawa kabur jasad pembunuh. Jika kita dapat menemukannya mungkin saja ada sedikit celah untuk kita bisa mendapatkan informasi pada pembunuh."
"Tapi kita tidak tahu dia teman atau musuh. Jika dia salah satu dari musuh. Situasi akan semakin tidak terkendali."
Kaisar Ying Weisheng menekan bagian pelipisnya. "Adik ketiga, jika bisa segera temukan orang itu. Jika kita bisa menjadikannya teman. Mungkin dalam situasi seperti ini kita bisa memiliki celah untuk mengatur kembali kekaisaran."
"Baik. Jika tidak ada hal lain lagi aku akan pergi." Raja kecil Ying kembali ke arah kursi rodanya. Dia duduk dan mengarahkan perlahan kursi roda keluar dari ruangan.
Pengawal Chang Lu sudah menunggu di luar ruangan. "Raja kecil. Biar saya saja," ujarnya mendorong kursi roda menuju keluar istana.
Saat mereka sampai di luar istana. Mereka melihat Li Anhe sudah berdiri tepat di pintu masuk gerbang utama istana. Gaun daun maple yang ia kenakan berkibar saat angin dari arah selatan menyentuhnya pelan. Gadis itu menggoyangkan tubuhnya dengan kedua tangan mengait di belakang punggungnya. Tanpa pengawalan atau membawa pelayan gadis itu diam disana bersama kuda yang terikat di tempatnya.
"Suamiku." Gadis itu berteriak kuat, melambaikan tangannya dengan lompatan kecil cukup antusias. Saat melihat Raja kecil Ying sudah di dorong keluar istana.
Pria muda di atas kursi roda tertawa ringan penuh kehangatan melihat tingkah manis dari istrinya. "Apa kamu menunggu lama di sini?" ujarnya saat ada di hadapan istrinya.
Li Anhe mendekat. Dia berjalan tepat di samping suaminya yang masih duduk di kursi roda. "Tidak. Hanya satu jam saja. Apa Kaisar melukaimu?"
Raja kecil Ying menatap raut wajah istrinya yang terlihat khawatir. "Apa?"
"Aku dengar kamu dan kakak pertamamu yaitu Kaisar saat ini cukup bertentangan. Bahkan dia selalu membuat alasan untuk membuat batasan. Aku datang takut kamu mendapatkan kerugian." Li Anhe sesekali melirik kearah suaminya.
Senyuman tipis terlintas di wajah Raja kecil Ying. "Banyak orang melihatku masuk. Tidak mungkin dia akan membungkamku begitu saja."
"Benar juga," saut Li Anhe menimpali. Tawa kecil terdengar dari arah suaminya. Dia juga merasa kekhawatirannya sangat tidak mendasar.
Kereta melaju keluar dari area luar istana menuju kembali ke kediaman Raja kecil Ying. Di tengah perjalanan Li Anhe merubah rute yang seharusnya. Gadis itu meminta kereta di arahkan kebarat, kearah sungai besar. Sungai penghubung setiap aliran air untuk kehidupan semua orang di Ibu Kota hingga ke kota-kota yang lainnya. Dermaga di sore hari terlihat sangat ramai. Banyak orang yang baru akan naik ke kapal atau bahkan baru kembali dari perdagangan di luar kota. Terlihat berdesakan saling bersinggungan.
"Hati-hati." Gadis itu menuntun suaminya untuk duduk di salah satu bangku kosong di dermaga itu. Setelah mereka duduk Li Anhe menatap wajah suaminya. "Aku hanya ingin melihat matahari terbenam di sini. Apa kamu keberatan?"
Raja kecil Ying menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak bisa mengatakan tidak. Lagi pula mereka sudah sampai di sana. "Chang Lu. Belikan anggur juga apel," ujarnya berbisik kepada pengawalnya.
"Baik." Pengawal Chang Lu segera pergi setelah mendapatkan perintah.
Angin sore di waktu itu terasa hangat juga nyaman. Di antara keramaian pasangan itu duduk tenang menanti matahari terbenam. Dari arah barat matahari membenam perlahan. Pantulan cahaya matahari sore seperti belahan dua bagian saat air sungai ikut berwana kuning kemerahan.
"Ibu. Matahari seperti akan tenggelam di sungai?" Gadis kecil di gendongan ayahnya menunjuk kearah ujung sungai yang jauh.
"Benar. Han er, menyukainya?"
"Em." Gadis itu mengangguk penuh semangat. "Aku berharap bisa melihatnya setiap hari bersama Ibu dan Ayah."
"Kalau begitu. Bagaimana jika kita membeli rumah di sekitar dermaga? Agar setiap hari kita bisa melihat matahari terbenam bersama?" saut Ayah gadis kecil itu.
"Baik," jawab gadis itu memeluk ayahnya juga menarik ibunya agar ikut memeluk dirinya.
Li Anhe tersenyum hangat mendegarkan percakapan sederhana namun membuatnya ikut bahagia.
Raja kecil Ying melihat kearah istrinya. "Sangat cantik." Menyandarkan kepalanya di tangan kirinya yang telah bertumpu pada pembatas kursi panjang.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut