Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
"Lihat tuh perempuan mandul." Tunjuk Mia pada Kasih yang sedang naik motor dari toko kuenya menuju rumah sang ibu. "Masa nikah udah enam bulan tapi belum hamil juga. Pasti mandul tuh."
"Ya wajar sih kalau belum hamil, mungkin Kasih sedang menunda kehamilannya karena dia ingin fokus menyelesaikan pendidikannya dulu." Ujar teman sekampung Mia yang bernama Nadia.
"Mungkin saja, ku dengar Kasih melanjutkan kuliahnya. Beruntung aja dia mendapatkan anak pak Diman yang kaya itu." Timpal Dewi, teman Mia juga.
"Hai,....!!" Mia kesal. "Kalian ini kenapa membela Kasih bukan aku?"
"Bukannya membela, tapi kalau bicara masalah kehamilan itu kan rezeki dari Tuhan. Kita tidak bisa mengaturnya." Sahut Nadia dengan santainya.
"Halah,...Si Kasih itu memang mandul. Buktinya aku yang baru satu bulan lebih menikah sudah hamil," ucap Mia dengan bangganya.
"Kau dan Dito nabung duluan kali,...?" Celetuk Dewi yang geram dengan keangkuhan Mia.
"Enak aja. Kalau ngomong jangan suka memfitnah dong!"
"Bukannya begitu, kau dan Dito kan selingkuh di belakang Kasih. Bahkan kalian suka bobo bareng, kami tahu itu meskipun kita beda jurusan." Ujar Nadia.
"Ah, sudahlah. Kalian ini menyebalkan!" Ucap Mia kemudian pergi begitu saja.
"Heh Mia,...mau kemana kau?" Tanya Dewi setengah berteriak.
"Pulang ke rumah mertua ku!" Jawab Mia.
Mia mengendarai motornya menuju rumah sang mertua. Bukannya apa, ia terpaksa pindah ke sana karena Dito tidak mau pulang ke rumah orang tuanya.
"Dari mana kamu?" Tanya bu Rima yang tidak menyukai menantunya ini. "Hamil muda bukannya banyak-banyak istirahat malah ngeluyur. Kalau terjadi apa-apa sama kamu bagaimana?"
"Aduh,...ibu ini kok berisik banget. Udah deh, diam aja. Dito gak pernah melarang aku pergi kemana pun." Sahut Mia yang berani melawan mertuanya.
"Heh Mia, meskipun kamu anak seorang kepala desa. Tapi kamu itu istri orang sekarang. Hargai suami kamu, masak kek, apa kek. Urusin tuh suami kamu."
"Aku bukan pembantu, kalau mau makan ya tinggal beli. Apa susahnya sih?"
Bu Rima menggelengkan kepalanya, baru dua hari Mia tinggal di rumahnya sudah membuat darah tingginya naik.
Mia yang angkuh langsung masuk ke dalam rumah dan kamar suaminya.
Belum lama Mia masuk, Dito keluar. Bu Rima benar-benar heran dengan sikap anak menantunya ini.
"Mau kemana kamu?" Tanya bu Rima pada Dito.
"Mau pergi bu, bosan di rumah!" Jawabnya.
"Dito, kau dan Mia sama saja. Mending kau ikut pulang bersama Mia sana. Ibu gak sanggup melihat kelakuan kalian berdua."
"Udahlah bu, malas aku bahasnya!"
Dito bergegas pergi, sedangkan Mia malah asyik rebahan sambil bermain ponselnya. Mulutnya komat kamit saat melihat akun sosial media milik Kasih yang sedang pamer kemesraan bersama Rangga.
"Apa yang harus aku lakukan biar rumah tangga Kasih dan Rangga renggang?"
Mia mulai sibuk memikirkan cara untuk menghancurkan rumah tangga Kasih dan Rangga.
"Ya ampun Rangga ganteng banget. Andai aku dulu menikah dengan dia, pasti sekarang aku sudah menjadi seorang istri yang di perlakukan seperti ratu." Mia berkhayal.
Terus berkhayal hingga dirinya terlelap begitu saja. Sedangkan Dito malah asyik nongkrong bersama teman-teman sekampungnya.
Lain pula dengan kehebohan yang terjadi di toko kue milik Kasih yang katanya di acak-acak oleh beberapa orang tidak di kenal.
Semua berantakan, bu Erni dan Nada hanya bisa mengelus dada saat mendapatkan kabar.
"Pasti ini kerjaan pak Rahman," ucap Nada.
"Jangan berprasangka buruk. Tidak baik," ujar bu Erni yang masih berpikir positif.
"Kalau bukan mereka siapa lagi yang suka mengusik keluarga kita?"
Nada benar-benar jengkel di buatnya. Gadis ini bergegas menghubungi Kasih untuk memberitahu masalah ini. Sekitar sepuluh menit Kasih dan Rangga datang ke toko kue.
"Rangga, maafin ibu yang gak bisa jaga amanah kamu ya," ucap bu Erni tidak enak hati pada menantunya.
"Gak usah di pikirin bu, nanti kita beresin sama-sama. Aku akan mencari tahu siapa yang sudah merusak toko kue ini." Ujar Rangga.
"Siapa lagi kalau bukan pak Rahman dalangnya," ucap Nada kesal.
"Sudah Nada, jangan bilang begitu. Nanti kalau orangnya dengar dan dia minta bukti bagaimana?" Bu Erni mencoba menenangkan anaknya.
"Bener-bener deh mereka, geram betul aku sama pak Rahman. Perasaan suka banget bikin rusuh," ucap Kasih yang yakin jika ini semua ulah pak Rahman.
"Hai kalian,....!" Panggil Rangga pada dua karyawan. "Tolong bantu berberes ya. Tenang aja, nanti ada bonus kok buat kalian." Ujar Rangga yang langsung di kerjakan oleh kedua karyawan bu Erni.
Sementara itu, pak Rahman dan bu Wiwin tertawa puas setelah mendapatkan laporan jika toko kue milik Kasih sudah hancur berantakan.
"Bapak mau kemana lagi?" Tanya bu wiwin.
"Jangan banyak tanya. Lihat aja nanti....!"
Bergegas Rahman pergi, entah apa yang akan di lakukan orang ini sudah pasti membuat kericuhan di keluarga Kasih.
"Kalian berdua sebarkan fitnah ke warga jika si janda Erni itu suka memasukan pria muda ke dalam rumahnya setiap malam," titah pak Rahman pada dua orang anak buahnya.
"Siap bos!"
"Dan kau, malam ini tugas mu pergi ke rumah si janda lalu kedua teman mu ini akan mengambil foto mu sebagai bukti. Tenang aja, kau tidak akan tertangkap."
"Yang penting bayarannya bos," ucap pria yang bernama Maman itu.
"Kerjakan dulu baru bayaran!" Seru pak Rahman.
Mereka kemudian pergi untuk menjalankan tugas dari pak Rahman.
"Lihat saja kau Erni, akan ku buat kau terusir dari kampung ini." Batin pak Rahman. "Jangan main-main kau dengan Rahman," ucapnya bangga.
Lain pula dengan Rangga yang mulai menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari orang yang sudah merusak toko kue milik mertuanya.
"Pak Mun,...!!" Panggil Rangga.
"Iya mas, ada apa?"
"Apa semua bukti tentang kejahatan pak Rahman sudah terkumpul semua?" Tanya Rangga.
"Belum mas. Masih ada yang kurang, anak saya sedang masih mengorek informasi itu."
"Percepat sedikit ya pak Mun. Aku sudah bosan melihat tingkahnya."
"Baik Mas!"
Untuk sekarang Rangga memang membiarkan Rahman berulah. Pria ini ingin melihat sampai ke mana pak Rahman mengusik keluarga Kasih.
Lagi dan lagi, Mia dan Dito bertengkar. Bukannya apa, Dito ketahuan sedang berboncengan dengan seorang perempuan dari kampung sebelah.
Pak Fahmi dan bu Rima tidak mau ikut campur, mereka seolah mendukung sikap Dito.
"Aku sedang hamil, kenapa kau tega jalan sama perempuan lain hah?" Suara Mia melengking, membuat seisi rumah mendengar.
"Aku hanya mengantarkannya pulang. Motornya sedang berada di bengkel, apa salahnya jika aku membantu?"
"Dasar suami tidak berguna," ucap Mia kesal. "Aku menyesal sudah hamil anak mu. Kalau ku tahu begini, lebih baik aku menikah dengan Rangga waktu itu."
"Terus saja kau membanggakan laki-laki itu. Dia saja tidak mau dengan mu!"
"Terserah!" Seru Mia kemudian bergegas pulang ke rumah orang tuanya.