Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.31 Bimbang
'Mas Adam kenapa sih? Kok bisa semarah itu? Apa karena aku pulang terlambat? Atau jangan-jangan ia sudah curiga kalau aku...' tiba-tiba kerongkongan Adinda tercekat saat ia sedang sibuk bergumam sendiri.
Lekas ia ambil ponsel dalam sakunya lalu menekan salah satu kontak orang yang akhir-akhir ini sering ditemuinya di luaran sana.
"Halo..." sapa orang di seberang sana
"Halo, An. Ini gue, Adin."
"Ya, Din, gue tau. Ada apa ,hmm? Apa kamu mau ketemuan lagi malam ini?" tanya seseorang di seberang sana dengan seringai tipisnya
"Sebaliknya An, berapa hari ini kayaknya kita nggak usah ketemuan dulu, kayaknya mas Adam udah mulai curiga deh ama gue. Takutnya kita bener-bener ketahuan." ucapnya pelan agar tak terdengar Adam.
Terdengar desah kasar di seberang sana, Adinda tau, orang itu kesal, tapi apa boleh buat. Statusnya sekarang adalah seorang istri, tentu ia harus bermain aman. Tak mau hal-hal yang tak ia inginkan terjadi, mending ia mengurangi intensitas pertemuannya dengan seseorang tersebut.
"Oke... Tapi next kita masih kita ketemuan kan! Gue suka sama pelayanan loe. Jadi jangan lama-lama ya backstreetnya." ucapnya terpaksa
"Iya iya, loe tenang aja. Gue juga suka banget sama permainan loe." ujar Adinda dengan tersenyum tipis." Udah dulu, ya An. Gue tutup dulu teleponnya, takut ketahuan mas Adam." Adinda pun menutup panggilan teleponnya tanpa perlu mendengar balasan orang di seberang teleponnya.
"Dindaaaaa..." teriak Adam
"Apa sih mas, di dalam rumah kok pake teriak-teriak udah kayak di hutan aja." omel Adinda sesampainya di dalam kamar
"Beresin di luar. Cepat! " teriak Adam lagi
"Iyaaa.. Nggak perlu paket teriak-teriak, aku nggak budek." sergah Adinda sambil berdecak kesal dan menghentakkan kakinya.
Adinda pun membereskan semua kekacauan yang diciptakan suaminya itu dengan terpaksa. Andai Adam tidak dalam keadaan emosi, sudah tentu ia enggan melaksanakan perintah suaminya yang menyebalkan itu.
.
.
.
"Mas Anton, mas Anton .." panggil Sulis terburu-buru pada Anton yang sedang asik bermain game di ponselnya, di ruang tamu.
"Apa sih, Lis. Gangguin mas main game aja. Ah, kan jadi kalah " kesal Anton. "Ada apa sih?" tanyanya kesal.
Sebenarnya ia bukan kesal karena ia kalah saat bermain game, tapi ia kesal karena ia harus menahan hasratnya selama beberapa hari ke depan. Ia tidak bisa bermain dengan kucing liarnya karena takut ketahuan sang suami. Ia memang memiliki istri, Sulis istrinya jadi ia bisa bebas kapan saja menyalurkan hasratnya, tapi permainan Sulis membosankan. Ia tak mau mewujudkan fantasi liarnya dalam berhubungan badan. Berbeda dengan kucing liarnya itu, biar sedang hamil, mau gaya apapun selalu oke karena itu ia selalu puas dengan servicenya. Walaupun ia harus merogoh koceknya agak dalam untuk mewujudkan nafsu belanja sang kucing liar, ia tak masalah. Karena gajinya bekerja di kapal cukup besar. Lagi pula pengeluaran untuk istrinya juga tak besar karena istrinya menyangka kalau ia harus mengirim uang untuk adik dan orang tuanya di desa, padahal itu hanya bohong belaka. Anton tertawa dalam hati, mudah sekali menipu istrinya itu.
"Mas ,aku udah dapat alamat tokonya. Besok kita kesana ya, mas! " ucap Sulis dengan mata berbinar. Ia sudah tak sabar ingin meminta banyak pakaian yang sudah ia incar di katalog. Ia juga bisa pamer di depan teman-temannya dengan menayangkannya secara live kalau ia kenal baik owner Anggrek Fashion.
"Benarkah?" sahut Anton yang juga dengan mata berbinar. Sama-sama antusias tapi dengan tujuan berbeda.
"Bener ,mas. " ucapnya seraya menaik turunkan wajahnya. "Nih kita juga bisa liat dari maps yang di share tokonya di akun Instagram. Ah, aku udah nggak sabar mau kesana ,mas." ucap Sulis dengan nada tak sabar lagi. "Aku mau bilang ke mama dulu, mas." ucap Sulis, lalu tanpa menunggu jawaban ,Sulis segera melangkahkan kakinya menuju kamar sang ibu untuk mengabarkan hal serupa pada ibunya itu.
"Ma, Sulis udah dapat alamat toko Anggi, ma. Besok kita kesana ya sama mas Anton, mumpung aku lagi libur kerja." ucap Sulis
"Hah, bagus tuh. Oke ,besok siang kita ke sana. Tapi jangan bilang kakakmu dulu ya! Cukup kita bertiga aja." seru mamanya yang saat itu sedang mengoleskan cream malam di wajahnya.
"Oke .."
Sementara itu, Anggi kini sedang bersandar di kepala ranjang. Matanya enggan terpejam padahal kini jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia masih bingung memberikan jawaban apa atas permintaan Diwangga sore tadi.
Bukan perkara mudah memutuskan memulai lembaran baru lagi. Ia pernah gagal dan ia takut mengalami kegagalan itu lagi. Dari awal sebenarnya ia sadar kalau Diwangga memiliki perasaan lebih padanya, tapi ia selalu menampik hal itu. Ia takut hanya terlalu kege'eran saja. Tatapan Diwangga padanya sudah berbeda sejak awal. Kebaikan lelaki itu juga mengisyaratkan kasih yang begitu besar. Lelaki itu juga sudah meminta izin padanya tempo hari agar bisa membuka celah hati untuknya. Tapi, apakah ia pantas?
Orang tua Diwangga juga sebenarnya sudah menyetujui perihal niat putra mereka tersebut, tapi rasa ragu itu tetap saja ada. Pengalamannya berumahtangga dengan Adam cukup memberikan andil yang besar dalam mengukir keraguan itu. Dulu mama Adam menyetujui Adam menikah dengannya, tapi setelah menikah, sikap ibunya berubah drastis. Ia secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Anggi
Karena itu, Anggi belum memberikan jawaban. Bila tempo hari ia menolak dengan tegas, tapi kali ini ia meminta izin untuk memikirkannya lebih dulu. Ia tak mau gegabah dalam bertindak.
Saat sedang melamun, tiba-tiba ponselnya berdering tanda sebuah pesan masuk.
Mas Angga : "Assalamualaikum. Nggi, mas mohon pertimbangan permintaan mas tadi sore dengan matang. Mungkin kamu berfikir kenapa mas meminta hal itu. Mungkin juga kamu pikir mas hanya kasihan dengan kamu. Karena itu, malam ini mas ingin jujur padamu tentang isi hati mas. Nggi, mas mencintaimu. Sangat mencintaimu. Mas sudah jatuh cinta padamu sejak pertama kali bertemu. Semoga kamu mau menerima mas di sisimu. Maaf karena tidak mengatakannya secara langsung, itu karena mas tadi terlalu gugup. Tapi mas berjanji, bila kamu menerima mas, mas akan ucapkan aku cinta kamu setiap hari, tak peduli pagi, siang, malam, kalau perlu sampai kamu jenuh. Mas mohon, pertimbangan lagi. Selamat malam. Wassalamu'alaikum."
Deg...
Jantung Anggi tiba-tiba berdegub dengan kencang setelah membaca pesan Diwangga yang sangat panjang itu. Tanpa sadar, ia tersenyum lebar saat membacanya. Ia meraba dadanya, debarannya begitu kencang. Ia pernah merasakan debaran seperti ini dan ia sadar apa artinya. Segera ia mengetikkan balasan, semoga kalimat yang tidak terlalu panjang itu dapat menenangkan hati Diwangga.
"Wassalamu'alaikum, mas.
Anggi istikharah dulu,ya mas! Insya Allah bila Allah meridhoi, Anggi akan bersedia bukan hanya membuka hati, tapi juga akan menjadi pendamping,mas. Wa'alaikum salam."
Setelah selesai mengetik kalimat itu, segera ia kirimkan pesan itu ke Diwangga. Lalu ia meletakkan ponselnya dan masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ia ingin segera mengerjakan shalat istikharah, meminta petunjuk, agar diberikan jalan terbaik dari yang Kuasa.
hello Dam .. dulu itu apa yg km lakukan sm Anggi dihina perempuan udik lusuh bahkan di tampar sampe di dorong hingga pingsan dan terluka .. kanan bilang km amnesia ..
mimpi mu ketinggian