Lanjutan kisah dari Cinta Beda Usia, Kisah baru dari Keisha Alvina Putri Pramuja, anak ketiga dari Evano dan Violetta.
Keisha mendapatkan pengkhianatan dari suaminya, Miko setelah mereka menikah selama dua tahun. Alasannya, karena Keisha belum juga memberinya seorang keturunan. Tidak ingin dimadu, Keisha memutuskan untuk menggugat cerai suaminya.
Setelah beberapa bulan berpisah dari Miko, Keisha bertemu kembali dengan sosok laki-laki bernama Arya Wiguna Atmaja. Dia adalah laki-laki yang menyukai Keisha sejak ia masih kecil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Keisha sedang mematut dirinya di cermin, melihat apakah penampilannya sudah rapi atau belum. Sesekali Keisha melirik pada jam yang tergantung di dinding kamarnya, jam itu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, sebentar lagi Arya akan datang menjemputnya.
"Apa ini sudah sempurna?" Keisha masih memerhatikan penampilannya dari atas hingga kaki.
Tin tin
Keisha menoleh ke jendela kamarnya, ada suara klakson mobil terdengar di depan rumahnya.
"Pasti pria itu?" Keisha berjalan ke jendela, melihat siapa yang datang ke rumahnya. Tebakannya benar, Arya Wiguna lah yang datang.
"Dia sudah datang, aku harus bergegas. Jika tidak, dia akan mengomel seperti perempuan," ucap Keisha.
Keisha kembali mematut dirinya di cermin standing, memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Setelah memastikan semuanya, Keisha mengambil tas tenteng dan keluar dari kamarnya. Keisha melangkah di atas sepatu high heels berwarna senada dengan gaunnya yaitu hitam, ia berjalan menuruni anak tangga dengan langkah anggun.
"Aku harap dia tidak ada masalah dengan penampilanku." Keisha berucap dalam hatinya.
Langkah Keisha sampai di ruang tamu, ia melihat Arya duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan itu. Keisha terpana melihat penampilan Arya. Tidak dipungkiri Arya sangat tampan dengan kemeja warna merah maroon di lapisi rompi berwarna hitam.
"Keisha, kamu sudah siap, Nak?" tanya Violetta.
"Sudah, Ma," jawab Keisha.
"Baiklah, kalian berangkatlah. Hati-hati di jalan," ucap Evano.
"Arya, titip Keisha ya," pinta Violetta.
"Baik, Tante," sahut Arya.
Pandangan Arya mengarah pada Keisha, menatapnya dengan rasa takjub. Keisha sangat cantik di matanya.
"Bisa kita berangkat sekarang?" tanya Keisha.
Tidak ada tanggapan dari Arya. Laki-laki itu hanya diam dan tetap fokus pada Keisha.
"Arya." Evano menyentuh pundak Arya, membuat Arya terkejut.
"Iya." Arya terkejut saat ada yang menyentuh pundaknya.
"Arya, kamu baik-baik saja?" tanya Evano.
"Dan kamu kenapa menatap Keisha seperti itu? Tidak ada yang aneh dengan Keisha, 'kan?" sambung Violetta.
"Eh, itu ...." Arya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal. Ia malu ketahuan menatap Keisha, bahkan Arya yakin matanya sama sekali tidak berkedip saat menatap Keisha.
"Aku hanya merasa terkejut saja. Dulu aku pergi saat dia masih bayi. Tapi sekarang lihatlah! Dia sudah sebesar ini." Arya berkilah, karena sebenarnya ia bukan terkejut karena melihat Keisha sudah besar, melainkan terpana oleh kecantikannya.
"Ehemmm, baiklah. Kami berangkat dulu. Ayo Keisha," ajak Arya.
"Iya." Keisha menganggukkan kepalanya.
Pandangan Keisha beralih pada kedua orangtuanya, ia meminta izin pada mereka.
"Ma, Pa, Keisha pergi dulu," pamit Keisha.
"Ya, Sayang. Kalian hati-hati di jalan," pesan Violetta yang langsung dianggukki oleh Keisha.
Keisha berjalan ke luar rumahnya bersama dengan Arya dan berhenti di samping mobil Arya. Keisha masuk ke mobil setelah Arya membukakan pintu mobil untuknya.
Keisha duduk di kursi penumpang tepat di samping kursi kemudi. Sambil memasang seat belt, Keisha menatap ke luar, melihat Arya yang sedang berjalan memutari mobil.
"Sudah siap?" tanya Arya setelah duduk di kursi kemudi.
"Sudah," jawab Keisha.
Setelah memasangkan sabuk pengaman ke tubuhnya, Arya bersiap menjalankan mobil, tetapi Keisha langsung mencegahnya.
"Tunggu!" Keisha memegang setir mobil, menahan Arya yang akan melajukan mobil.
Arya yang terkejut langsung saja menginjak rem dan menoleh ke Keisha. "Ada apa? Apa ada yang tertinggal?"
"Bukan," jawab Keisha.
"Lalu?" Arya mengerutkan keningnya, melihat wajah Keisha yang terlihat resah.
"Ada apa, Kei?" Arya kembali bertanya pada Keisha.
"Aku ingin bertanya satu hal padamu?" Wajah Keisha menunjukkan keseriusan.
"Jangankan satu hal, mau dua atau tiga hal juga boleh," gurau Arya.
"Ck, kamu ini. Jangan bercanda," decak Keisha.
"Baiklah, sekarang aku serius. Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Arya.
"Apa ... penampilanku berantakan?" tanya Keisha.
"Hah! Jadi hanya ini yang ingin kamu tanyakan?" tanya Arya yang langsung dianggukki oleh Keisha.
"Aku kira ada apa. Kamu mengejutkan aku dan hanya ingin bertanya hal seperti ini?" Arya menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya tidak ingin membuatmu malu," ucap Keisha.
"Kamu sangat cantik Keisha," ucap Arya.
"Benarkah?" Keisha mencondongkan tubuhnya, matanya menyipit, mencoba mencari kebenaran di wajah Arya. Ia memastikan jika ucapan Arya benar adanya, bukan sekadar membual.
"Iya, Keisha. Kamu sangat cantik," puji Arya.
"Kalau kamu masih tidak percaya, ya sudah. Jangan bertanya lagi padaku," ucap Arya.
"Baiklah, aku percaya padamu." Keisha kembali duduk pada posisi yang benar.
"Apa masih ada yang ingin kamu tanyakan? Aku tidak ingin kamu kembali mengejutkanku seperti tadi," tanya Arya.
"Ada satu lagi," jawab Keisha.
"Kali ini tentang apa? Apa kamu ingin bertanya padaku apakah sepatumu cocok dengan gaunmu?" ledek Arya.
Keisha mendorong bahu Arya diikuti tawanya juga tawa Arya.
"Bukan itu. Aku ingin bertanya, apa kamu tidak malu mengajakku makan malam dengan rekan bisnismu? Mereka pasti sudah melihat video itu," tanya Arya.
"Video itu sama sekali tidak berpengaruh padaku, Kei. Jadi ... jangan pernah merendahkan dirimu lagi, oke," jawab Arya.
"Baiklah." Keisha menunjukkan senyumnya kepada Arya.
"Sudahlah, ayo kita pergi atau kita akan terlambat. Dan jika ada yang ingin kamu tanyakan lagi, tanyakan nanti setelah acara makan malam ini selesai," ucap Arya disambut anggukkan kepala Keisha.
Arya kembali melajukan mobilnya, meninggalkan rumah Keisha. Mobil yang Arya kendari sudah melaju di jalan besar, bergabung dengan kendaraan lainnya. Arya melajukan mobilnya dengan pelan karena jalan dalam keadaan padat.
Hening mengambil alih suasana di antara Keisha dan Arya. Tidak ada satu pun yang berniat mengeluarkan kata-kata. Keisha sibuk menatap ke luar mobil, melihat kendaraan lainnya yang juga terjebak macet seperti dirinya. Sedangkan Arya berkonsentrasi melajukan mobilnya, mengimbangi laju mobilnya dengan kemacetan yang sedang terjadi.
"Kamu tahu, apa yang paling aku tidak suka?" Arya membuka suaranya untuk memecah keheningan di antara dirinya dan Keisha.
Keisha menoleh, melihat ke Arya yang sedang berkonsentrasi mengemudi. "Apa yang tidak kamu sukai?"
"Aku paling tidak suka dengan kemacetan," jawab Arya.
"Kalau itu aku juga tidak suka. Bahkan mungkin hampir semua orang tidak akan suka dengan keadaan seperti ini," ucap Keisha.
"Sudah panas, bising, bosan, dan yang pasti kemacetan itu bikin tambah capek," imbuh Keisha.
"Ya, itu benar." Arya menginjak gas untuk melajukan mobilnya dan harus kembali menginjak rem untuk kembali menghentikannya.
"Kakiku bisa patah jika seperti ini terus," keluh Arya.
Keisha tertawa mendengar keluhan Arya.
"Ehmm, Mas Arya." Ada kecanggungan di dalam hati Keisha saat memanggil Arya dengan sebutan 'Mas'.
"Ada apa?" Arya menoleh sekilas ke Keisha.
"Kenapa sampai sekarang kamu belum mau menikah? Padahal usia kamu sudah cukup dewasa?" tanya Keisha.
"Belum nemu yang cocok saja," jawab Arya.
"Di dunia ini mana ada sifat manusia yang sama, pasti setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda. Tapi dari situ kita bisa saling mengerti dan mencoba mengimbangi satu sama lain," ucap Keisha.
"Menurutku perbedaan itu indah, Mas," lanjut Keisha.
Arya merespon ucapan Keisha dengan senyuman. Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Keduanya sama-sama diam, tetapi beberapa saat kemudian Arya kembali membuka suaranya.
"Kei, dari yang aku lihat kamu itu wanita yang baik, cantik, dan sepertinya juga pengertian. Jujur aku tidak tahu kenapa pria itu bisa mengkhianatimu," ucap Arya.
"Karena aku belum bisa memberikannya seorang anak," jawab Keisha.
"Belum bisa bukan berarti tidak bisa, Kei. Pria itu saja yang tidak memiliki kesabaran. Atau mungkin dia sengaja menggunakan alasan itu hanya untuk membenarkan perselingkuhannya," ucap Arya.
"Aku juga tidak tahu." Keisha berucap dengan wajah tertunduk.
Keisha tenggelam dalam diam. Kata-kata Arya seolah terus berputar di kepalanya.
Benarkah yang mas Arya katakan? Apa mas Miko melakukan itu?
Hati Keisha merasa sangat sakit, rasanya seperti diremas dengan begitu kuat.
Untuk apa juga aku memikirkan hal ini. Jika memang benar semua itu yang terjadi, maka ya sudahlah! Mungkin jodohku hanya sampai sini saja.
Keisha menarik napas dalam-dalam, menetralkan rasa sesak di dadanya.