NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perginya dua sahabat

Elke dan Maira pergi tanpa mau bernegosiasi lagi. Elyana menangis histeris dan berlalu ke kamarnya disusul oleh sang ibu

Tersisa Hendro, Nessa dan Edwin yang kini menatap Reina.

Mata mereka menunjukkan penyesalan. Namun Reina bergeming dan tetap menatap datar.

Dia pun lantas bangkit berdiri disusul oleh Edwin.

"Rei tunggu! Maafkan aku, seharusnya aku—"

"Enggak perlu, sebaiknya mulai sekarang kita sendiri-sendiri saja Win. Aku ingin fokus bekerja, dan kamu pun harus fokus pada pendidikkanmu—"

"Rei, apa hanya karena masalah ini kalian harus putus?" sela Nessa cemas, sejatinya hatinya merasa geram melihat anaknya yang tampan dicampakkan oleh seorang gadis. Apalagi gadis seperti Reina.

Kurang ajar, kalau bukan karena kamu anak kandung Angkasa aku juga ngga sudi mengakui keberadaan kamu. Sombong sekali!

"Maaf tante, saya ngga marah, memang lebih baik kita fokus sama masa depan kami masing-masing. Contohnya hari ini, karena datang ke sini, Edwin bahkan mengabaikan pendidikkannya. Kalau memang kita berjodoh, kita pasti bersama bukan?"

"tapi Rei." Edwin benar-benar tak ingin putus dengan Reina. Dia tak siap. Baginya Reina adalah wanita sempurna. Selain cantik gadis itu juga cerdas.

Apalagi saat melihat penampilan Reina waktu pesta kelulusan, sungguh kecantikan tersembunyi gadis itu membuatnya tak rela jika Reina dimiliki lelaki lain.

"Maaf Nyonya Nessa, Nak Edwin sebaiknya kita tak membahas ini terlebih dahulu. Biarkan situasinya sedikit tenang."

Nessa menahan kesalnya. Ia tahu kalimat Hendro merupakan usiran secara halus untuk mereka.

Tanpa mau merendahkan diri lagi, dia segera menarik Edwin untuk pulang.

"Sebaiknya kamu pikirkan lagi tawaran tante. Kami ngga akan menawarkan untuk kedua kalinya," ucapan Nessa kali ini sedikit membongkar topengnya. Membuat Reina teguh dengan pendiriannya tak akan mau masuk ke dalam keluarga itu.

Kini tinggal Reina dan Hendro. Reina yang merasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan ayahnya memilih segera berlalu dari sana setelah mengambil tas miliknya.

"Rei, tunggu!" panggil Hendro lembut.

Reina memejamkan mata. berusaha menghalau air mata yang merangsek ingin keluar hanya karena mendengar namanya dipanggil secara lembut oleh sang ayah.

Ia tahu maksud sang ayah memanggilnya, tapi dalam hati dia bertekad tak akan memaafkan ayahnya.

Ia ingat bagaimana dengan brutalnya sang ayah langsung memukulnya tanpa mau mendengarkannya.

"Enggak perlu berkata apa pun. Aku ngga akan pernah memaafkan Anda seumur hidupku!" sela Reina yang tak lagi mau memanggilnya ayah.

Hendro terduduk lemas. Meski sejak kematian istrinya dia memperlakukan anak bungsunya dengan tidak adil, tetap saja dia tak siap melihat perubahan sikap Reina yang kini benar-benar menunjukkan kebenciannya.

Bukankah aku memang pantas dibenci? Selama ini kami selalu memperlakukannya dengan tidak adil. Bagian mana yang membuat dia bersyukur memiliki keluarga seperti kami?

Hendro memijit pelipisnya. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah datang dihidupnya.

Ia merindukan ketenangan rumahnya seperti dulu. Namun rasanya semua tak akan terjadi.

"Pih!" benar saja, baru saja hendak mengeluh, suara teriakan Meike menggema membuat telinganya sakit.

Berulang kali dia menegur sang istri untuk tak perlu berteriak di rumah tapi sepertinya selalu diabaikan oleh wanita itu.

"Ada apa Mih?"

"Pokoknya mamih ngga mau tahu, papih lebih baik urus masalah bosnya si Reina itu. Elyana ngga boleh mengakui kesalahannya. Lagian dia juga ngga salah. Tadi El cerita kalau dia kaget dan ngga sengaja jatuh. Dia cuma merasa kalau Reina mendorong, 'kan wajar namanya juga panik?" jelasnya tak masuk akal.

"Bukannya kamu dengar? Dia ngga mau berdamai dengan uang, jadi pilihannya, El masuk penjara atau dia buat pengakuan!"

"Papih tega melihat anak gadis kita di penjara?" mamih benar-benar ngga sangka kalau selama ini papih ngga benar-benar menganggap El anak papih—"

Air mata Meike meluncur dengan deras. Dia sedang beusaha merayu sang suami dengan caranya yang biasa.

Hendro menarik napas panjang dan menatap sang istri.

"Papih angkat tangan, kalau kamu bisa, silakan temui Nona Elke, tapi kalau kamu buat keributan dan memperkeruh masalah, papih angkat tangan," ucap Hendro.

Ia menyerah. Sebagai seorang pebisnis ia tahu Elke tipe orang yang tak akan mudah dibujuk. Lagi pula ini juga sebagai salah satu alasannya meminta maaf pada Reina, dia akan membiarkan anak tirinya menyelesaikan masalahnya sendiri.

Di kamar, Reina segera membuka tasnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat ada sebungkus kue dan juga susu serta kartu ucapan dari Elke dan rekan-rekan kerjanya.

Kartu Elke yang paling panjang karena bosnya itu menuliskan permintaan maafnya. Terlihat begitu tulus menurut Reina. Setelahnya ucapan semangat dari rekan-rekannya dan mereka menunggu kedatangan Reina besok untuk kembali bekerja.

Sembari memakan kuenya yang sangat pas karena dirinya memang belum makan, dia lantas membuka ponselnya.

Betapa terkejutnya dia saat melihat pesan dari dua sahabatnya.

Grace yang dekat dengannya dulu kini bahkan langsung menuduhnya dan mencela dirinya, begitupun dengan Vika.

Keduanya saling berbalas pesan di group yang ada mereka bertiga.

Reina membaca pesan-pesan mereka dengan hati yang perih tapi tetap tersenyum tipis. Toh dia memang ingin melepaskan kedua sahabat toxicnya itu.

Waktunya saja yang dipercepat hingga dia bisa tahu keburukan keduanya.

Dia tak menyesal saat keduanya salah paham. Setelah mengatai dirinya kedua sahabatnya itu lantas keluar group meninggalkan Reina seorang diri.

Tak lama Reina melihat jika photo profil keduanya menjadi abu-abu.

Reina tak peduli, dia juga memblokir mereka berdua dan akan mengganti kartu besok pagi.

Dia tak tahu apa rencana Elke. Paling tidak wanita itu yang merasakan kerugian paling besar karena menyangkut usahanya.

Jika memang dia tetap tegas dengan keputusannya untuk meminta Elyana membuat klarifikasi, Reina hanya ingin melihat kedua sahabatnya akan bersikap seperti apa nanti.

.

.

Di ruang makan pada pagi ini tampak sedikit berbeda. Tak ada Laksmana dan juga Elyana, entah ke mana dua orang itu Reina tak peduli.

"Duduklah, kamu belum makan sejak kemarin. Sebelum bekerja sebaiknya kamu makan dulu," ajak Hendro tulus.

Reina bimbang, tapi seketika menuruti keinginan ayahnya, duduk menyendiri jauh dari mereka bertiga.

Meike sejak tadi juga memilih diam, biasanya wanita itu akan berkata menyakitkan untuk menambah menu sarapan Reina.

Vano menggeser sebuah piring yang sudah berisi nasi goreng beserta lauk pauknya.

Reina memilih makan dalam diam. Baru setengah isi piring masuk ke dalam perutnya ucapan Meike membuatnya menarik perasaan syukurnya pagi itu.

"Katakan sama bos kamu mau minta berapa. Nanti mamih transfer berapa pun yang dia mau."

"Mih," tegur Hendro yang diabaikan oleh Meike.

Reina memilih bangkit karena perutnya tiba-tiba bergejolak karena permintaan Meike.

"Temui saja dia sendiri. Aku ngga ikut campur masalah kalian. Cuma yang aku tahu dia orangnya ngga sabaran. Kalau sampai belum ada kabar dari El siang ini, dia pasti melakukan janjinya!"

Mata Meike membelalak sempurna. Dia benar-benar ketakutan. Sejak semalam dia sudah membujuk Elyana untuk melakukan video klarifikasi saja.

Namun Elyana tetap menolak dan kini bahkan gadis itu mengurung diri dengan mogok makan.

"Apa kamu ngga kasihan sama adik kamu itu?" sela Laksmana yang tiba-tiba saja bergabung.

Reina menatap sinis kakak pertamanya. Laksmana pasti akan menjadi perisai bagi Elyana untuk menyerangnya lagi.

"Kasihan? Lalu kalian apa kasihan sama aku saat kemarin langsung memukulku tanpa mau mendengar penjelasanku? Cih! Jangan bawa-bawa aku kalau aku juga ngga mau ikut-ikutan menyeret ayah kepenjara!"

"Reina! Kamu benar-benar anak durhaka, kamu mengancam menjebloskan ayah kepenjara hanya karena masalah kecil seperti itu?" sentak Laksmana murka.

"Masalah kecil? Kalau memang kecil, kenapa kalian sibuk meminta bantuanku untuk menyelesaikan masalah kalian? Memalukan!"

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!