Kebangkitan Anak Yang Tertukar

"Sayang, mengapa hanya apartemen yang kita berikan kepada Daniella? Sementara dia adalah Putri kandung kita." Ucap istrinya ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Kalau begitu, kita berikan saja beberapa villa yang kita miliki kepadanya. Itu juga sebagai kompensasi, karena selama ini hidupnya telah menderita. Apartemen itu karena lokasinya dekat dengan tempat dia bekerja. Sementara villa cukup jauh. Jadi, jika dia suatu saat ingin berlibur, atau pindah ke rumah besar dia bisa menempati salah satu villa yang kita berikan."

"Bagus juga seperti itu." Balas istrinya dengan senyum senang.

Karena dia seorang ibu masih memiliki hati ya lemah lembut. Dia telah memikirkan ada beberapa villa yang mereka miliki, dan surat-suratnya ada di brankas rumah mereka.

Sesampainya di kediaman Wang, ketiga saudara Daniella dan juga Olivia sesudah menunggu di ruang utama.

"Ayah ibu, kalian sudah pulang ?" Olivia menyambut kedatangan orang tua angkatnya.

"Ya.. sayang, ibu dan ayah telah kembali." Jawab ibunya seperti biasanya, walau hanya dengan senyum seadanya.

"Di mana kakak Daniella? Kenapa dia tidak ikut bersama kalian?" Tanya Olivia lagi. Sambil dia menjulurkan kepalanya, ingin melihat apakah ada Daniella di belakang kedua orang tua angkatnya itu.

"Tidak, kami tidak jadi membawanya pulang." Jawab ibunya dengan santai tanpa beban.

"Kenapa?" Tanya Olivia lagi, dengan wajah yang berpura-pura sedih.

Walau di dalam hatinya dia merasa senang sekali. Karena saingannya tidak jadi memasuki kediaman Wang.

Dengan bangga dia bergumam di dalam hatinya; 'Semua harta kekayaan Wang hanya milikku seorang.'

Sementara itu, ketiga saudara lelakinya saling memandang. Mereka heran, mengapa orang tuanya tidak membawa adik mereka.

Walaupun tadi sore mereka sempat berselisih, untuk tidak memperbolehkan Daniella masuk ke kediaman Wang. Tetapi, entah mengapa saat mendengar bahwa ibunya tidak membawa adik perempuan itu, mereka merasa sedih.

"Daniella tidak ingin tinggal di kediaman Wang. Dia lebih betah tinggal di luar bersama kakeknya." Jawab ibunya simple. Karena dia tidak mau membahas tentang Daniella lagi, karena itu akan membuat ketiga anak lelakinya ini tidak senang.

Ada rasa kecewa di dalam hati ketiga saudara lelaki Daniella. Walaupun sebenarnya, di mulut mereka berkata tidak ingin menerima adik yang lain, tapi ketika mendengar penolakan dari adiknya itu malah membuat hati mereka sedikit teriris.

"Kalau dia tidak mau, ya sudah.. biarkan saja dia di luar sana." Jawab kakak pertama dengan ketus

Walaupun mulutnya pedas, tetapi sebenarnya dia menutupi rasa nyeri di hatinya. Dia tidak menyangka adiknya juga tidak menginginkan mereka.

"Baguslah kalau begitu, aku istirahat dulu." Ucap kakak kedua. Dia seorang dokter di rumah sakit terkenal. Jadi dia perlu istirahat, karena besok harus bekerja shift pagi.

Dengan sedikit lesu, ketiga pria itu beranjak dari ruang utama dan menuju kamar mereka masing-masing.

Olivia menganggap bahwa mereka pergi karena sudah merasa lega. Karena adik yang tidak mereka kenal tidak jadi memasuki kediaman Wang.

Walaupun wajahnya dia tunjukkan dengan raut sedih. Tetapi, di dalam hatinya dia tertawa riang. Karena dia tidak perlu berbagi kasih lagi dengan orang lain.

Kasih sayang ke tiga kakaknya dan juga kedua orang tuanya, harus menjadi miliknya seorang. Itu yang dia tekankan di dalam hatinya.

Ibu dan ayahnya tidak berhenti untuk duduk di ruang utama. Tetapi langsung beranjak ke kamar mereka. Dengan beralasan ingin membersihkan tubuh mereka, karena telah berbau keringat.

Olivia sama sekali tidak curiga dengan sikap dingin mereka. Dia berpikir mungkin itu karena Daniella yang telah menolak untuk ikut kediaman Wang.

Saat ini Olivia juga berfikir, bahwa orang tua angkatnya sedang sakit hati terhadap kelakuan Daniella. Karena sepengetahuannya selama ini, bahwa orang tuanya ini tidak suka di tolak.

Tanpa dia sadari, ternyata ibunya memasuki kamar dan langsung membuka brangkas. Mulai memilah-milah apa yang harus dia berikan kepada Daniella.

Dalam brangkas itu ada beberapa sertifikat yang telah menumpuk. Itu kebanyakan sertifikat tanah, villa dan juga beberapa perusahaan.

Dia membawa semuanya sertifikat ke atas tempat tidur. Dan mulai memilah-milah apa yang cocok dia berikan kepada Daniella.

"Sayang, coba lihat ini.. apa ya pantas kita berikan? Karena aku rasa tidak cukup hanya satu villa. Tapi, lokasi mana yang cocok ya?" Dia menimbang-nimbang semua sertifikat tersebut.

"Mungkin yang di dekat pantai bagus ya.. Dia bisa berlibur ke sana." Jawab suaminya.

Setelah dia memilah-milah semua. Hasilnya, dia akan memberikan dua sertifikat tanah dan 3 villa.

'Tanah ini cukup luas tetapi berada di pinggiran ibukota. Mungkin jika Daniella ingin membuka kontrakan atau kos-kosan, dia bisa membangunnya di sana.' Pikir ibunya. Dan luas tanah ini hampir satu hektar.

Sedangkan tanah yang satunya berada di luar kota. Tetapi ini di tempat yang strategis untuk membangun sebuah penginapan. Karena berada di puncak.

Orang-orang yang pergi berlibur ke sana akan sangat ramai. Dan penginapan sangat di butuhkan di sana. Jika Daniella ingin membangun hotel atau penginapan di sana, sangat bagus di lokasi tersebut. Karena posisinya yang strategis, dekat dengan pariwisata dan jalan raya.

"Sayang, apakah kita tidak memberikan saham beberapa persen untuk Daniella?" Tanya istrinya lagi. Karena dia tiba-tiba mengingat bahwa ketiga anak lelakinya telah memiliki saham. Begitu juga dengan Olivia.

Jadi putri kandungnya juga harus mendapatkan bagian yang sama.

"Ya betul, dia harus mendapat juga warisan dari kita. Tapi sebelum itu, kita harus urus nama keluarga Daniella. Dia harus memakai marga Wang. Sehingga dia dengan mudah mengakses warisan dari kita." Ucap ayahnya.

Ketika dia bertemu Daniella pertama kali. Memang dia sedikit terkejut, karena wajah Daniella sama sekali tidak mirip dengan istrinya. Tetapi lebih mirip ke ibunya, sehingga dia kebanyakan diam. Karena memandang putrinya itu seperti memandang almarhum ibunya ketika muda. Karena banyak foto-foto ibunya yang masih dia simpan.

Istrinya juga tidak begitu curiga, karena Daniella tidak mirip dengannya. Tetapi mirip ke almarhum ibu mertuanya. Dia juga telah mengetahui itu, sehingga dia tidak membantah ketika mereka bertemu tadi.

"Aku tidak menyangka Putri kita terlihat lebih mirip kepada ibuku." Ucap suaminya yang saat ini duduk termenung di sofa yang ada di kamarnya.