Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Sebegitu Nyamannya, kah?
[Lise—Devolica PoV]
Setelah beberapa hari rapat keputusannya sekarang sudah ditentukan. Tiga orang yang akan mengikuti turnamen antar kerajaan akan diumumkan hari ini.
Ayahku—Lloyd Dellhas Frorshe sudah duduk di kursinya yang berada di bagian atas arena. Orang-orang sudah berbondong-bondong berkumpul kedalam arena untuk mendengar siapa yang terpilih.
"Rakyatku, kita akan mengadakan turnamen dengan kerjaan sebelah. Karena itulah aku akan mengumumkan tiga orang terpilih yang akan mewakili kerajaan kita, dalam turnamen ini!"
Ucapannya mengundang kebisingan diantara rakyat yang menyaksikannya. Mereka berbincang-bincang, kira-kira siapa yang terpilih?
"Baiklah, tanpa berlama-lama lagi. Yang terpilih adalah..." Ayahku menggantung kalimatnya sebelum melanjutkan. Ia pasti sengaja. "Pahlawan—Jura Bastie, Ksatria kerajaan—Trisstan Gorsfen. Dan yang terakhir... Leon Valencia!"
"Ouhhh!"
"Houhhh!"
"Ouhhhhh!"
Terdengar sorakan keras dari para rakyat, dua orang yang sudah terlihat biasa saja bagi mereka. Tapi, yang terakhir—Leon Valencia, adalah nama baru bagi mereka. Mereka pasti bertanya-tanya apakah Leon akan membawa kemenangan atau sebaliknya?
Kita kesampingkan itu dulu.
Sekarang tiga orang itu sudah naik ke atas dan secara langsung diberikan lencana kerajaan oleh Ayahku.
Lencana kerajaan adalah benda yang sangat berguna, dengan benda itu setidaknya kau bisa menghindari masalah yang besar. Tapi untuk fungsi-fungsinya yang lain aku tidak tau terlalu banyak.
Selain tidak pernah menggunakannya aku juga tidak pernah mempelajari tentang itu. Yang kupikirkan dulu hanya 'Sihir' dan 'Sihir'. Karena itulah aku malas untuk kembali ke kerajaan ini, tapi yah kalau aku tidak kembali akan banyak masalah.
Setelah beberapa lama akhirnya acaranya selesai semua orang sudah bubar termasuk tiga orang itu. Kurasa ini kesempatanku untuk menemui Sion.
.
.
.
.
Malam akhirnya tiba. Aku memasuki kamarku, sebelumnya aku sudah menyelidiki tentang Leon—Sion yang dalam penyamaran. Katanya dia tinggal di penginapan Honana yang ada di ibukota.
Tentu saja aku tidak sebodoh itu untuk keluar dengan wujud ini. Aku menggunakan sihirku untuk mengubah tubuhku, atau lebih tepatnya berganti tubuh menggunakan tubuh yang pernah kubuat.
Setelah beberapa saat prosesnya selesai. Aku melihat ke cermin, terlihat gadis cantik dengan rambut hijau, mata emas berkilau dan senyuman yang menawan. Yep... Itu adalah diriku.
Untuk selanjutnya...
"Disappeared," gumamku.
Setelahnya energi sihir berwarna ungu mulai mengelilingiku dan kemudian aku melihat ke cermin, diriku sudah hilang. Tidak terlihat, bahkan aku sendiri tidak bisa melihat tubuhku.
"Fly."
Menggunakan Fly aku kemudian kabur melewati jendela kamarku. Lalu bergegas menuju penginapan yang Sion tinggali.
Sepertinya aku akan bisa bersamanya semalaman, karena aku sudah meletakkan clone-ku di kamar. Dengan begitu tidak akan ada yang curiga.
Aku berada diatas ibukota, melihat rumah-rumah yang diterangi lampu. Sudah lama sekali aku tidak tinggal ditempat seperti ini, terkurung di kerajaan itu tidak enak.
Aku akhirnya menemukannya—Penginapan Honana. Aku kemudian turun dengan ringan, lalu menghilangkan sihirku. Aku mengecek tubuhku, "Okeh sudah aman, seluruh bagian tubuhku sudah terlihat."
Kenapa aku melakukan itu? Yah... Karena sihir ini bisa saja eror, berjalan dengan salah satu anggota tubuh yang tidak tidak terlihat pasti memalukan, bukan?
Aku sudah berada didepan pintu. "Uhum-uhum," ucapku mengetes suaraku. "Baiklah, aku datang Sion..."
Aku akhirnya membuka pintu, tapi...
"Ugh—!"
"Cepatlah makan ini!"
"Tidak mauu!"
Apa-apaan ini?
"Apa yang sedang kalian lalukan?" tanyaku pada pria dengan rambut putih dan gadis berambut hitam itu.
"Eh? Siapa?" tanya gadis berambut hitam itu balik.
Sion kemudian berlari kearahku, lalu bersembunyi dibelakangku. "Tolong aku Lise! Dia memaksaku memakan masakannya yang beracun! Ugh—"
"Hehh! Nona Lise?"
"Shushhh!"
Akhirnya kami memutuskan untuk membicarakan ini di kamarnya Sion, karena tidak enak jika membicarakannya di luar.
"Jadi? Ini... Benar-benar Nona Lise?" tanya gadis itu, dia pasti Liana.
"Tentu saja, memangnya siapa lagi. Oh! Dan juga Sion! Bagaimana kau bisa mengetahuinya secepat itu?"
Aku tidak ingat pernah memperlihatkan wujud ini padanya.
"Ahh... Soal itu... Entahlah, mungkin cuma firasat? Karena tatapanmu padaku sejak dulu tidak pernah berubah."
Liana tiba-tiba mendekat dan memelukku. "Nona Lise!" Ia menangis dengan senyuman di wajahnya. "Akhirnya kita bisa bertemu lagi..."
"Benar juga yah... Maaf yah. Aku sudah meninggalkan kalian selama lima tahun."
Entah kenapa aku malah merasa bersalah. Bukan aku yang meninggalkan mereka lima tahun sebenarnya, tapi mereka yang baru datang kemari saat turnamen hendak dimulai. Kalau mereka datang lebih awal aku juga tetap akan menjenguk mereka sesekali.
Tapi yahh... Meski begitu, aku lebih senang dengan ini. Dibandingkan orang-orang di kerajaan, mereka lebih berharga.
Pria dengan rambut putih itu kemudian meraih tanganku lembut. Lalu memeluk tanganku erat. "Tunggu saja... Aku pasti akan membawamu kembali," ucapnya.
Aku mengelus-elus rambutnya itu lalu membalas. "Hm~ Hm~ Memang begitulah seharusnya."
"Etoo~ Nona Lise..." Gadis itu menarik bajuku dengan lembut, lalu melanjutkan. "Begini... Itu.. Anu..."
Karena dia tidak mengucapkannya membuatku mendesaknya. "Apa? Cepat katakan padaku."
"Bolehkah aku menjadi istri keduanya Sion?" katanya wajahnya memerah mengatakan itu.
Tunggu! Dia serius?!
Aku mengalihkan pandanganku ke pria yang masih memeluk tanganku. "Sion~ Apa yang sudah kau lakukan?" tanyaku.
"Aku tidak melakukan apapun, tanyakan saja padanya."
Tidak puas dengan jawaban itu aku kembali menatap Liana. "Jadi... Kenapa tiba-tiba sekali?" tanyaku padanya.
"Hmm... Eee, kurasa aku menyukainya. Entah sejak kapan, dan aku barusaja menyadarinya." jawabnya wajahnya mengatakan bahwa dia serius soal ini.
Sial! Aku tidak menyangka pria ini bisa memikat gadis lain. Yah... Wajahnya memang lumayan. Aku bisa memaklumi itu, tapi gadis ini lebih dari itu. Seakan dia benar-benar menyukai Sion dari dalam.
"Baiklah..." kataku setelah berpikir panjang. "Tapi, ingat Liana. Sion adalah milikku, jika kau melakukan anuu— dengannya mendahuluiku, aku tidak akan menerima itu!"
“Benarkah! Baik Nona Lise!"
Dia terlihat senang dengan itu. Dan tanpa kusadari pria disampingku ini sudah tertidur. Sebegitu nyamannya, kah. memeluk tanganku?
Aku kemudian membaringkannya ke-pahaku sesekali mengelus rambutnya. Kau sudah bekerja keras yah.
Tidurlah... Untuk malam ini, aku akan menemanimu.