Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesialan beruntun
..."Jangan salahkan siapapun atas penderitaanmu, karena sebelum semua itu terjadi, kamu menolak untuk menghindari nya."...
Gemericik suara dan cipratan air membuatku terbangun, tampak begitu gelap dan sunyi,ketika aku secara perlahan membuka kedua mataku, akupun bertanya-tanya. "ada dimana diriku saat ini? Apakah ini alam kubur?" Ku perhatikan sekelilingku ternyata aku berada di pinggir sungai, dan ku dapati tubuhku basah dan banyak pula lumut yang menempel kepadaku.
Akupun mengingat-ingat kembali apa yang sebelumnya terjadi hingga aku terbangun disini, dan seingat aku kehilangan kesadaran saat aku sedang berlatih dibawah air terjun. Tetapi aku tidak melihat adanya air terjun disini, "apakah aku terbawa arus sampai sini?"
Sepertinya saat aku kehilangan kesadaran, aku tidak dibawa ke tepian oleh guru Reno, dan dengan sengaja dibiarkan begitu saja, hingga akhirnya aku terbawa arus sampai disini.
"Terkutuk lah burung jahat itu!" Gumamku.
Akupun segera bangun, dan membersihkan tubuhku dari lumut-lumut yang menempel, namun ketika aku sedang membersihkan tubuhku di tepian sungai, aku mendengar suara gemericik dari balik semak-semak yang ada di belakangku.
"Kresek.... Kresek!...," Suara yang keluar dari semak-semak.
Saat ku tengok kearah semak-semak, aku merasakan aura yang mencekam, dan melihat enam pasang mata berwarna merah menatap tajam ke arahku, perasaanku tidak enak mengenai hal ini, akupun bersiap-siap mengambil ancang-ancang untuk menghindari hal-hal yang menakutkan. Benar saja, ada tiga ekor serigala bertubuh besar melompat keluar dan berlari ke arahku, dengan sigap akupun langsung lari terbirit-birit kabur dari mereka.
"Ya ampun! baru juga bangun, udah main kejar-kejaran, apes banget hidup, baru aja hanyut, sekarang mau jadi santapan serigala!" Gumamku sambil berlari ketakutan.
Tetapi entah mengapa bahwa lariku saat ini menjadi sangat cepat dari biasanya, mungkin efek dari ketakutan. Aku terus berlari kearah berlawanan dari sungai, karena secara logika arah rumah Alaina adalah arah sebaliknya dari aliran sungai.
Sudah sangat jauh aku berlari dari kejaran ketiga serigala itu namun aku belum melihat air terjun tempat aku latihan. Sebegitu jauhkan aku terhanyut, sepertinya aku berada di luar pelindung yang Reno bicarakan, sehingga ada monster serigala ini yang mengejar ku.
"sial seberapa jauh lagi aku harus berlari, lagi pula apa-apaan serigala-serigala itu seperti tidak kelelahan sama sekali, sedangkan aku, nafasku sudah terengah-engah." Gumamku.
"Pait, pait, pait, tubuhku pait serigala, menjauh dariku, aaaaaa...mamah tolooooongg!!!...," Teriakku sambil berlari.
Terlihat dari kejauhan ada sebuah pertigaan sungai atau yang disebut kuala, dan aku mengingat bahwa serigala mengandalkan penciumannya untuk mengejar mangsanya yang bersembunyi, dan akupun punya ide untuk mengelabui para serigala di kuala sungai nanti, untuk saat itu tiba saat ini aku harus mengerahkan tenagaku untuk membuat jarak lebih jauh dari serigala.
"YaaaaaaAAAATTTTTT!" Teriakku,saat mengeluarkan segenap kekuatanku untuk berlari menjauh, yang akhirnya berhasil membuat jarak yang cukup untuk menjalankan rencanaku.
Lalu perlahan-lahan mengendurkan celana ku sambil berlari dan bersiap-siap untuk melepaskannya sebagai pengecoh, saat aku sampai pada kuala sungai dan jarak dengan serigala pun cukup jauh, akupun berbelok dan langsung melepaskan semua celanaku dan melemparkannya ke sungai, sedangkan aku loncat bertelanjang bulat ke sisi lain tepatnya ke semak-semak dan cepat-cepat membaluri tubuhku dengan apapun yang ada lalu bersembunyi.
"GRrrrr.... Grrrrrr... " Suara geraman serigala, ketika ia tepat berada di hilir sungai.
Aku langsung menahan nafas, namun keadaan jantungku tidak aman, ia berdetak sangat kencang. Namun sepertinya rencana ku berhasil, terlihat tampaknya ketiga serigala itu kebingungan sambil menolah noleh sekitarnya, lalu tak lama mereka pergi berlari kembali kearah celana yang aku hanyutkan sambil mengendus-endus.
"Hah akhirnya aku selamat, terimakasih tuhan!" Gumamku.
Setelah keadaan kembali normal akupun memutuskan untuk beristirahat disini hingga pagi tiba, namun sebelum tidur, aku kembali membaluri tubuhku dengan dedaunan dan pasir untuk menambah efektivitas penyamaran, juga antisipasi dari hewan-hewan atau monster lainnya. Beberapa waktu pun berlalu, sekarang tubuhku sudah terselimuti oleh dedaunan dan juga pasir, sekarang waktunya untuk tidur,namun sebelum tidur alangkah baiknya kita berdoa dahulu, agar selamat.
"Aku adalah semak, dan semak adalah aku, aku adalah semak dan semak adalah aku, ya Tuhan jauhkan lah hamba dari hewan buas dan monster-monster saat aku tertidur, amin".
Setelah beberapa waktu aku tertidur pulas, bau tidak sedap yang sangat menyengat mengganggu pernafasan ku, membuatku lekas terbangun dari tidur. Namun saat aku membuka mata aku terkejut melihat apa yang ada di hadapanku, seekor bokong hewan besar berbulu lebat tampak di hadapanku, sepertinya ini adalah seekor beruang grizzly, aku tidak berani untuk bergerak, meskipun aku ada dendam terhadap beruang grizzly, namun dengan kondisi saat ini aku tidak akan bisa berbuat banyak, lebih baik aku diam saja.
"Breerrkk, tuuuutttt...!!!" Suara tai yang keluar dari bokong grizzly yang diiringi dengan suara kentut tepat di hadapan mukaku, menambah daftar kesialan ku hari ini.
"Anjir lah baru bangun tidur langsung diberi pup beruang, bau banget lagi, aku tidak tahan, apes banget!" Gumamku.
"Pepatah bilang, hari sial tidak ada di kalender, jadi persiapkan dirimu baik-baik"
Setelah beberapa saat aku menahan bau busuk yang menyengat, akhirnya beruang grizzly itu pergi menuju ke dalam hutan, mengakhiri penderitaan ku kali ini. Akupun langsung beranjak pergi saat beruang grizzly itu sudah masuk kedalam hutan, lalu aku memuntahkan rasa mual akibat terlalu lama menghirup bau kotoran beruang grizzly.
"Uhueeeekkk,,,, uhueeeekkkk!" Muntahku.
"Brrrururk...., bruurrrtk!" Suara perutku, akupun melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan perut yang kosong, tampak matahari sudah terbit tinggi, aku pun mempercepat langkah kakiku agar segera tiba dirumah Alaina.
Beberapa waktu berlalu, matahari telah berada tepat diatas kepalaku, akhirnya setelah perjalanan panjang, aku tiba juga di tempat latihanku, dan terdengar suara Reno meneriaki namaku tepat di air terjun.
"Sudah telat jika kau mengkhawatirkan aku dasar burung sialan" Gumamku, sambil berjalan kearah Reno.
"Apa guru, aku ada disini!" Ucapku.
"Darimana saja ka- ... " Ucapan Reno seketika terhenti, karen angin berhembus sangat kencang secara tiba-tiba,membuat daun-daun yang menutupi tubuhku berhamburan tanpa tersisa.
"Aaaaaa dasar pria mesum!!!! Apa yang kau lakukan tanpa busana dan tubuh kotor mu itu!!". teriak Reno.
"A- aaa t-tidak! ... " Akupun langsung menceburkan diri kedalam sungai.
"Dasar bodoh, apa yang sudah kamu lakukan seharian ini!" Celoteh Reno.
"Aku terbawa hanyut jauh sampai hilir sungai, saat guru menelantarkan aku disini saat aku kehilangan kesadaran kemarin, apa guru ingat!" Jawabku dengan nada kesal.
"Itu salahmu sendiri mengapa hilang kesadaran! Aku telah mencoba berbagai cara untuk membangunkan mu, dan juga mencoba menyeret mu ke tepian, namun aku adalah seekor burung saat aku menarik mu sekuat tenaga, kau terjatuh kedalam sungai, dan tak lama hujan pun turun, lalu aku pergi pulang, aku tak mengira kau akan hanyut sampai ke hilir, aku kira akan tersangkut di akar pohon." Ujar Reno.
"Emmm, dengan mudahnya dia bilang, di tinggal pulang, dan aku akan tersangkut!" Gumamku.
"Iya sudah jangan protes melihat aku begini sekarang" Jawabku.
"Iya-iya yasudah, hari ini aku beri keringanan, tidak perlu latihan, sebagai permintaan maafku" Ucap Reno sambil pergi
"Guru mau kemana?" Tanyaku.
"Pulang lah, pake nanya lagi!" Jawabnya.
"Jangan pergi dulu guru, tolong berikan aku sesuatu untuk menutupi tubuhku guru," Ucapku
"Cih!"
"Tolong lah!" Ucapku memohon.
"Ya! Akan aku bawakan! Lagipula aku tidak ingin lagi melihat belalai gajah kotor itu" Ucapnya sambil terbang pergi dengan cepat.
"Apasih yang dia bilang?! Aku tidak mendengarnya." Gumamku.
Setelah guru Reno pergi, akupun kembali membersihkan tubuhku yang kotor, namun setelah cukup lama Reno tak kunjung datang membawa kain yang dia janjikan. Akupun kembali menutupi sebagian tubuhku dengan dedaunan, dan sambil menunggu Reno kembali, aku mencoba untuk melanjutkan latihanku dibawah air terjun.
"Fokus, fokus, fokus!"
Meski membutuhkan waktu yang lama untuk fokus, tapi menurutku kali ini terasa lebih cepat untukku merasakan aura di dalam tubuhku, namun masih kesulitan untuk me resonansi kan . Karena menurutku menyatukan apa yang kurasakan dalam tubuh dan di luar tubuhku itu sangat sulit dan melelahkan. Butuh waktu yang lama akun untuk bisa menyatukannya, namun ketika aku sedang fokus fokusnya, Reno melempari ku dengan sebuah batu yang cukup besar.
"Plaakk!!" Suara batu yang mengenai tubuhku.
"Lagi ngapain sih, goblok, kesel banget melihatnya, Ali tongtong, Ali tongtong!". Ucap Reno menggerutu.
"Lagi apa lagi, selain latihan guru, apa kau tidak melihatnya?" Cetus ku.
"Latihan si latihan, tapi setidaknya tutupi dulu belalai gajah mu! Dasar tolol!" Ucap Reno dengan sangat ramah dan marah, lalu pergi meninggalkanku.
"....... " Aku tidak bisa berkata-kata lagi, aku sangat malu dan langsung menceburkan diriku ke dalam sungai. bisa-bisanya lagi aku tidak menyadari hal itu, mungkin aku terlalu fokus pada latihan, sehingga tidak menyadari dedaunan yang menutupi sebagian tubuhku sudah terbang terbawa angin, pantes saja sekelebat aku merasakan begitu sejuk di area itu.
Aku berdiam diri sejenak sebelum pulang kerumah Alaina, aku bingung harus memasang wajah seperti apa nanti di hadapan mereka berdua, semoga saja Reno tidak menceritakan hal memalukan itu pada Alaina.
setelah fikiran ku cukup tenang, aku pun pulang kerumah Alaina, setibanya aku disana aku melihat mereka sedang membicarakan sesuatu dengan asik, namun ketika aku menghampirinya mereka tiba-tiba diam dan suasana menjadi hening.
"A- anu kalian.... "
"Apa, mau ngomong apa, pria mesum, mending udah gausah ngomong, menjijikan!" Celoteh Reno, sedangkan Alaina hanya terdiam, sepertinya ia telah termakan oleh cerita Reno tentang diriku tadi.
ah sial, aku harus segera membersihkan namaku, akupun menceritakan sedetail mungkin apa yang telah terjadi semalam, sehingga aku pulang tidak menggunakan busana, dari pengejaran serigala, di kasih pup beruang Grizzly, dan yang terakhir saat Reno melihatku tanpa busana. setelah mendengarkan cerita sial ku semalam, Reno tertawa terbahak-bahak, ia sangat menikmati penderitaanku sedangkan Alaina tersenyum tipis, seperti sedang menahan gelak tawanya.
"Hahahaha saat di kejar serigala harusnya kau tidak usah lari, biarkan saja kau dimakannya! ". celoteh Reno.
"Lalu apa itu di beri tai beruang grizzly, hahahahahaha....!!!," tambahnya.
"Tapi apa kau terluka, Ali?" tanya Alaina.
"Tidak terluka sama sekali, Alaina" jawabku
"Memang cuman Alaina yang baik hati dan tidak sombong, terimakasih Alaina, karena dirimu jiwaku terselamatkan, awas kau ya burung sialan." gumamku.
Setelah itu Alaina meminta tolong kepadaku untuk me reparasi beberapa atap yang bocor akibat hujan deras semalam, akupun menerima permintaanya, namun sebelum melakukannya, aku harus mengisi perutku, biar tidak kehilangan kesadaran dan berakhir hanyut kembali ke hilir.
"Jangan pernah kau menyepelekan hari sial, karena ketika itu menimpamu, ia tidak akan memberikanmu jeda untuk menghindar."
beberapa saat setelah aku selesai makan, aku bersiap dengan perkakas yang ada mencari bahan-bahan yang di perlukan untuk menambal atap yang bocor. bahan yang paling utama adalah satu batang pohon utuh yang cukup besar. namun mencari satu batang pohon utuh yang sudah tumbang itu sangat susah, aku harus menebang satu pohon utuh berukuran sedang. sebelum melakukan itu aku meminta izin terlebih dahulu kepada Alaina, apakah boleh menebang satu pohon yang ada di belakang rumah sebagai bahan dasar untuk menambal atap-atap yang bocor, dan dari sisa pohon itu akan dijadikan kayu bakar.
setelah mendapatkan izin dari Alaina, akupun lekas pergi ke belakang rumah untuk menebang pohon dengan menggunakan kapak , gergaji dan juga tali tambang yang panjang. sebelum melakukan penebangan alangkah baiknya di Pilih-pilih terdahulu pohon yang mana yang harus di tebang, utamakan menebang pohon yang sudah cukup berumur , karena menurutku menebang pohon yang sudah berumur juga bentuk antisipasi terjadinya bencana, seperti pohon tumbang dan menimpa rumah.
beberapa waktu memiliki pohon, akhirnya aku menemukan pohon yang cocok, akupun bersiap menebangnya dengan sebilah kapak, namun sebelum itu, diwajibkan untuk mengikat bagian atas pohon ke pohon yang satu arah lada arah jatuh pohon yang ingin ditebang, lalu lanjutkan dengan melilitkan sisa tali pada sisi lain pohon sebagai poros untuk menarik tali, gunanya untuk mengarahkan arah jatuh pohon saat pohon ditebang. setelah selesai mengikat pohon dengan tali tambang, aku pun segera menebang pohon itu dari arah yang sama pada tali yang aku ikatkan pada pohon lain.
menebang pohon itu tidak sembarangan, harus menggunakan teknik-teknik tertentu. aku mulai dengan potongan bagian atas, gerakkan ke bawah dengan sudut sekitar 45 derajat. lalu memotong sekitar sepertiga bagian batang pohon. dan di bawahnya dibuat potongan kedua sejajar dengan tanah. Potongan horizontal ini harus cukup dekat dengan potongan pertama. setelah itu pohon bergerak aku berhenti memotong pohon nya, dan segera menarik tali yang ada di belakang pohon itu.
"trrrtaakkk... takkk...brruuaarrkkktt..." suara pohon yang bergerak jatuh saat aku tarik tali tambang yang sebagai poros tarikan, dan pohon itu berhasil di jatuhkan kearah yang sesuai.
sebenarnya aku tidak tahu dari mana asal pengetahuanku tentang menebang pohon, tubuhku bergerak dengan sendirinya seperti sudah tahu apa yang harus di lakukan, setelah pohon itu tumbang, aku memotong bagian-bagian pohon, mulai dari yang kecil untuk di jadikan kayu bakar. dan menyisakan batang pohon yang besar untuk di jadikan bahan utama menambal atap rumah.
setelah beberapa waktu berlalu aku selesai memilah batang-batang pohon yang kecil, akupun segera menggotong batang pohon yang besar yang telah di pangkas panjangnya, ke halaman rumah. setelah sampai di halaman rumah, akupun langsung mengeksekusi batang pohon besar ini, hal yang harus di lakukan pertama adalah membuang semua kulit batang pohon, setelah itu menyayat pohon menggunakan golok tajam yang sudah disiapkan setipis mungkin mengikuti bentuk pohon, aku lakukan berulang-ulang hingga batang pohon menipis, dan jadilah dua puluh bagian sayatan tipis batang pohon berbentuk spiral.
lalu aku bentangkan satu-persatu dua puluh sayatan batang pohon tadi menjadi bentuk persegi panjang, dan aku menimpah ujung dan tengahnya menggunakan batu, lalu membiarkannya beberapa waktu, agar sayatan batang pohon itu tetap berbentuk persegi panjang dan menjadi sebuah triplek.
setelah tiga jam berlalu aku putuskan untuk menyatukan dua bagian triplek itu menjadi satu agar diameternya menjadi lebih besar, meski kualitasnya belum cukup bagus karena terlalu cepat aku satukan, karena untuk mendapatkan hasil yang baik membutuhkan waktu sekiranya satu hari.
beberapa waktu kemudian jadilah sepuluh tripleks berukuran dua meter, dan ketika aku membawa tripleks itu aku berpapasan dengan Reno.
"Oi, untuk apa tripleks-tripleks itu?" Tanyanya.
"untuk menambal atap," Jawabku.
"Hah atap, bukannya genting?" Tanya Reno.
"Lah emang genting nya juga bocor?" Tanyaku balik.
"Lah ini anak giman si otaknya! namanya atap bocor ya dari genting yang bocor juga!" Sentak Reno.
"Oh iya-iya, lalu dimana genting untuk menambalnya?" tanyaku.
"Noh di ujung gunung, kau keruk saja, ada kali!" celoteh Reno.
"Masa ada genting di ujung gunung, ada-ada saja guru! ...".
"Ya kau pikir saja sendiri! noh di gudang ada banyak!" jawab Reno dengan kesal lalu pergi.
"Heran, marah-marah mulu jadi burung!" gumamku. akupun langsung pergi ke gudang untuk mengambil beberapa genting yang ada, lalu bersiap-siap untuk menambal yang bocor.
matahari mulai tenggelam dan terlihat dari kejauhan awan gelap mulai menghampiri, sepertinya tak lama lagi akan segera turun hujan. aku pun mempercepat gerakan ku saat menambal Genting-genting yang bocor. beberapa waktu berlalu akhirnya hanya tersisa satu genting yang harus di tambal, dan itu adalah bagian kamarku, sengaja aku sisakan terakhir agar kamar Alaina dan ruang tamu tidak bocor, akupun segera menyelesaikan bagian terakhir, namun kesialan ku ternyata belum berakhir, setelah aku selesai menyelesaikan genting terakhir hujan turun deras secara tiba-tiba, akupun segera untuk lekas turun, namun saat aku melangkahkan kakiku, aku terpeleset karena permukaan genting menjadi licin akibat turunnya hujan, hingga membuatku kehilangan keseimbangan, dan seketika aku terjatuh bersama-samaan dengan Genting-genting yang pecah.
"Brruutttaarrk!!!...," suara aku terjatuh bersamaan dengan genting.
"Aaaaaa sakiit!!!" teriakku sambil memegangi belakang kepalaku yang berdarah karena terbentur kayu penyangga kasur, tapi untungnya aku terjatuh tepat berada atas kasur,jika tidak mungkin akan lebih parah.
"Ada apa Ali.... astagaaa, Reno cepat ambilkan kain di kamarku!" Ucap Alaina sambil terengah-engah saat datang menghampiriku bersama Reno.
"Aduuuh, ada-ada saja kelakuan orang ini" Celoteh Reno, lalu pergi mengambil kain yang diminta oleh Alaina.
Tak berselang lama Reno pun kembali datang membawa kain, Alaina pun segera menyandarkan tubuhku pada bahunya dan membawaku ke ruang tamu lalu membersihkan luka dikepala dan tubuhku, lalu membalutnya dengan luka.
"Maaf Alaina aku merepotkan mu, dan maaf juga membuat gentingnya semakin lebar bocornya," Ucapku.
"Tidak apa-apa, yang terpenting kau baik-baik saja" Ucap Alaina.
setelah luka-luka ku telah selesai dibalut dengan kain oleh Alaina, akupun segera beristirahat untuk tidur di ruang dan mengakhiri kesialan ku hari ini. sungguh ini adalah hari yang penuh kesialan untukku.