menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
Yara menghabiskan waktu bersama mereka. Saat hendak memasuki istananya untuk beristirahat, dia memikirkan sesuatu.
Mengedarkan pandangannya, Yara memperhatikan lingkungan di dunia kecil ini. Ukurannya cukup besar, setara dengan sebuah negara kecil. Di arah timur, terlihat bukit-bukit kecil yang dipenuhi berbagai macam pohon buah-buahan rindang. Medannya yang tidak rata menambah daya tariknya. Senyum aneh muncul di bibir Yara.
Berbalik, dia melihat dua bola kecil di dekatnya, lalu berkata, “Apakah kalian ingin merasakan keseruan di dunia modern?”
Pertanyaannya membuat kedua bola kecil itu kebingungan. Namun, Xiao’Bai, yang sudah mengikuti Yara sejak dunia modern, segera menganggukkan kepala dengan semangat.
“Tuan, aku ingin! Aku ingin bersenang-senang!” serunya penuh antusias.
Wajah Xiao’Zi langsung berkedut. Bagaimana tidak? Di dunia luar, dia selalu frustasi menjaga Xiao’Bai, makhluk astral yang selalu membuat kekacauan. Dia yakin, jika Yara tahu apa saja yang pernah dilakukan Xiao’Bai, mereka berdua pasti akan dihukum.
flashback on
“ZiZi, aku ingin bermain! Apakah kamu ingin bermain juga?” ajak Xiao’Bai penuh semangat.
“Aku jarang sekali bisa bermain di luar. Ayo ikut aku!” tanpa menunggu jawaban, Xiao’Bai menarik paksa Xiao’Zi. Dengan wajah tertekuk, Xiao’Zi terpaksa mengikutinya.
Tanpa sadar, mereka sudah keluar dari lingkaran array dan tiba di sebuah kebun herbal. Melihat begitu banyak tanaman obat, Xiao’Bai sangat bersemangat. Dalam pikirannya, jika semua herbal ini dipanen dan dipindahkan ke dunia kecil, tuannya pasti akan memujinya.
Namun, Xiao’Zi yang melihat gerak-gerik aneh itu merasa firasat buruk. Benar saja, Xiao’Bai mulai menjarah kebun herbal dengan penuh semangat.
“Berhenti! Apa yang kamu lakukan?!” Xiao’Zi menarik telinga Xiao’Bai dengan geram. “Jika Tuan tahu, kita pasti akan dihukum! Jangan lakukan hal bodoh seperti ini!”
“Aduh, sakit! Lepaskan telingaku, ZiZi! Lagipula, Tuan tidak akan menghukum kita,” jawab Xiao’Bai dengan nada yakin.
“Menurutmu, Tuan akan membenarkan perbuatan jahat seperti ini? Aku tidak mau dihukum karena ulahmu!” Xiao’Zi mendengus kesal.
“Tuan pasti akan memuji kita. Ayo bantu aku memanen herbal ini sebelum ada yang tahu,” kata Xiao’Bai penuh percaya diri.
Namun, saat Xiao’Zi mencoba mencegahnya, Xiao’Bai semakin menjadi-jadi. Akhirnya, mereka berguling-guling di lumpur, saling tarik-menarik tanpa ada yang mau mengalah.
Dari kejauhan, Yi yang melihat aksi mereka langsung memegangi kepalanya. “Astaga, apa yang dilakukan hewan kontrak Nyonya ini?” gumamnya. Dia sadar bahwa kebun herbal ini milik Akademi Bintang Biru. Jika diketahui, kedua makhluk kecil itu pasti mendapat masalah besar.
Tanpa disadari, Long Shen dan Kang Zixin muncul di belakang Yi.
“A’Shen, apa yang kita cari di sini?” tanya Zixin, bingung dengan wajah Long Shen yang tampak serius namun ada senyum tipis di matanya.
Long Shen hanya menunjuk ke arah dua bola berbulu coklat yang sedang bergulat di lumpur. Salah satu bola itu bahkan menangis sambil berteriak, “Aku anak baik! Aku hanya ingin memberi hadiah untuk Tuan!”
Kang Zixin yang melihat itu tersenyum geli. “Tuan seperti ini, tak heran hewan kontraknya pun begitu.”
Long Shen hanya mengangguk kecil dan memerintahkan Yi untuk membawa mereka kembali sebelum ada yang mengetahui kejadian ini.
flashback off
Yara memeluk kedua bola kecil itu dan berjalan menuju garasi. Dia mengamati koleksi motor dan mobilnya, mencoba memutuskan kendaraan mana yang akan dipakai. Setelah berpikir, dia memilih motor KTM 1290 Super Adventure R.
Yara mengganti pakaiannya dengan wearpack lengkap, helm, dan sepatu boots. Di bagian dada rompinya, terdapat dua kantong kecil yang dirancang khusus untuk kedua bola astral tersebut. Setelah mempersiapkan segalanya, dia meminta mereka mengecil menjadi seukuran bola kasti, lalu memasukkan mereka ke kantong.
Motor pun dipanaskan, dan Yara mulai memacunya. Kedua bola kecil itu menjerit kegirangan. “Tuan, lebih cepat lagi!” teriak mereka bersemangat.
Mereka melaju melewati jalan berbukit, sesekali melompat dari satu bukit ke bukit lain. Kedua bola kecil itu terus meminta Yara menambah kecepatan, menikmati adrenalin yang dirasakan.
Setelah tiga jam, Yara akhirnya merasa puas. Olahraga ekstrem ini berhasil menghilangkan segala emosinya. “Benar saja, melakukan sesuatu yang menantang memang menyegarkan,” gumamnya.
Kembali ke istana kecilnya, Yara mengajak mereka berendam di mata air spiritual sebelum akhirnya beristirahat di kamar. Tubuhnya yang lelah langsung rebah di atas kasur, dan tak lama kemudian dia tertidur.
Esok Harinya
Saat bangun, Yara menyadari hari sudah sore. Setelah mandi, dia berdiri di depan cermin, memikirkan bagaimana cara mengembalikan penampilannya seperti semula. Xiao’Zi mendekatinya dan berkata, “Tuan, ini adalah penampilan asli Anda. Berhati-hatilah, karena darah elf murni sangat berharga. Jika orang tahu, Anda bisa menjadi target.”
Yara mengangguk pelan, menyadari betapa berharganya identitasnya sebagai elf murni.
Xiao’zi menjelaskan, dia juga sangat khawatir dengan status sang Tuan karena tubuh fana sang Tuan telah bertransformasi sepenuhnya dari manusia fana menjadi abadi.
Namun, kekuatan Elf-nya sendiri masih belum sepenuhnya terbangun. Jika sang Tuan yang belum tahu cara mengendalikan dirinya tidak berhati-hati, auranya dapat bocor. Akibatnya, kemungkinan besar sang Tuan hanya bisa bersembunyi di Dunia Kecil atau segera kembali ke Dunia Elf.
Memang benar bahwa Xiao Bai dan Xiao’zi bisa melindungi sang Tuan, namun itu hanya berlaku di Benua Bawah, bukan di benua lainnya. Sebab, mereka terluka parah saat Perang Dewa dan Iblis serta akibat pemutusan sepihak dari kontrak jiwa yang mereka miliki.
Walaupun Xiao Bai dan Xiao’zi adalah Beast Mitologi, kondisi mereka belum sepenuhnya pulih, yang membuat kekhawatiran Xiao’zi semakin besar.
Yara melakukan apa yang dikatakan Xiao’zi. Setelah berganti pakaian, dia kembali ke dunia luar.
Sesampainya di luar, Yara berencana menemui meimeinya, Sun Jiaying. Sudah lama mereka tidak bertemu sejak Jiaying masuk ke Akademi Bintang Biru.
Yara mengambil token akademi dan menyuntikkan energi spiritualnya untuk menghubungi Jiaying.
“Jiejie, adik kesayanganmu ingin bertemu. Apakah Meimei memiliki waktu? Aku merindukanmu.”
Tak lama, balasan datang dari Jiaying.
“Ok, jika begitu aku akan menunggumu di Akademi Tingkat Atas.”
Yara tersenyum kecil membaca pesan itu dan membalas lagi, “Aku akan ke sana sekarang. Apa Jiejie membutuhkan sesuatu yang harus kubawa?”
“Tidak, dirimu saja sudah cukup,” jawab Jiaying lembut.
Yara segera bersiap dan menuju lokasi pertemuan. Untuk mencapai Akademi Tingkat Akhir, dia harus menaiki burung bangau, Beast Tingkat 2, dengan membayar satu batu spiritual hijau.
Saat berjalan ke tempat burung bangau berada, Yara melihat kerumunan murid dan beberapa tetua yang berkumpul dengan ekspresi marah—bahkan, beberapa terlihat seperti mengepulkan asap dari telinganya.
“Eh, apa yang mereka lakukan di sini?” gumam Yara sambil mendekat.
Dia menepuk pundak salah satu murid yang sedang berdiri menonton keributan. “Hei, apa yang terjadi di sini?” tanyanya dengan ramah.
Murid itu, yang awalnya merasa terganggu, terkejut saat melihat siapa yang bertanya, lalu menjawab, “Itu, murid Lie seseorang menjarah habis isi kebun herbal milik kelas apoteker. Para pelaku bahkan tidak menyisakan sehelai gulma pun.”
Mendengar itu, Yara mengerutkan kening. “Siapa di dunia ini yang bisa berbuat sekeji itu?” pikirnya.
“Lalu, apakah mereka sudah menemukan pelakunya?” tanyanya lagi.
“Itulah masalahnya. Tidak ada jejak kaki manusia yang tertinggal. Hanya ada bekas perkelahian di lumpur. Menurut Elder Bai, seorang Beast Tamer, itu adalah jejak dari beast kecil, kemungkinan dua ekor.”
Mendengar kata “beast kecil,” Yara merasa jantungnya berdebar. Kenapa dia tiba-tiba merasa seperti kaki tangan dari kedua makhluk kecil itu?
“Oh, kalau begitu, apakah kelas apoteker hanya memiliki satu kebun di Akademi Bintang Biru ini?” tanya Yara, berusaha terdengar santai.
“Yah, kebun herbal ini khusus untuk praktik siswa apoteker. Ada juga kebun khusus untuk herbal tingkat tinggi. Untungnya, pelaku hanya menjarah bagian ini. Tapi dalam waktu seminggu akan ada penilaian bagi siswa apoteker. Dengan situasi seperti ini, entah bagaimana mereka akan menghadapi penilaian itu,” jawab murid itu, mulai bergosip.
Deg.
Mendengar informasi itu, Yara mulai berkeringat dingin. Entah kenapa, rasa bersalah melandanya.
Dia melihat ke depan, tempat para tetua Akademi Bintang Biru sedang berdiskusi serius tentang bagaimana menangani masalah tersebut.
Token akademinya tiba-tiba bergetar, membuyarkan pikirannya. Saat memeriksa, ternyata itu pesan dari Jiaying yang bertanya kenapa dia belum sampai.
Menyadari keterlambatannya, Yara segera meninggalkan kerumunan dan berjalan ke tempat burung bangau berada. Sesampainya di sana, dia mengeluarkan batu spiritual hijau dan menyerahkannya kepada petugas transportasi.
Setelah naik burung bangau, Yara terbang menuju Akademi Tingkat Akhir. Beberapa saat kemudian, dia tiba di depan gerbang akademi.
Di sana, dua penjaga berjaga dengan serius. Melihat seorang murid dari Akademi Tingkat Awal mendekat, mereka memperhatikan sosok tamu tersebut.
Seragam Akademi Bintang Biru terbagi menjadi beberapa jenis:
Murid Luar Jubah putih dengan kerah biru muda.
Tingkat Awal Jubah biru muda dengan bordir putih di kerah dan lengan.
Tingkat MenengahJubah biru langit dengan rompi tipis berwarna putih.
Tingkat Akhir Jubah biru tua dengan bordir perak di kerah, lengan, dan ujung bawah jubah.
Kembali ke Yara. Setelah tiba di depan gerbang, dia memberi hormat dengan sopan, menundukkan kepala tanpa membungkuk, dan berkata, “Senior, aku Lie. Aku datang untuk menemui Senior Jiaying.”
Melihat sikap sopan dan wajah tampan Yara, kedua penjaga tersenyum kecil, lalu bertanya, “Sudahkah junior membuat janji?”
“Ya, aku sudah membuat janji dengan Senior Jiaying,” jawab Yara.
“Oh, baiklah. Kamu boleh masuk, tapi jangan lupa melapor ke gedung informasi,” ujar salah satu penjaga sambil memberi isyarat.
“Terima kasih, Senior,” kata Yara sambil menangkupkan tangan, lalu berjalan menuju gedung informasi.
Saat memasuki gedung, dia melihat banyak murid yang sedang menyerahkan atau mengambil tugas akademi. Beberapa tampak berkerumun di depan papan informasi misi.
Melewati kerumunan siswa, Yara memasuki gedung dan menuju salah satu ruangan untuk melapor bahwa ia datang sebagai tamu. Ia menyerahkan tokennya kepada petugas. Setelah mendapatkan persetujuan, Yara keluar dari ruangan tersebut. Namun, di depan pintu, ia disambut pemandangan tak terduga—banyak wanita berkumpul, menghalangi jalan keluar.
Mereka tampak seperti melihat makanan lezat, dengan tatapan penuh antusias hingga air liur mereka nyaris menetes.
“Astaga, apa yang terjadi di sini?” batin Yara panik. “Dan lagi, para wanita ini... apa yang mereka lihat? Apakah aku terlihat seperti makanan bagi mereka?”
Wajah Yara sedikit memucat. Ia merasa ngeri dengan tingkah para gadis di hadapannya. Terlebih, mereka tampak lebih tua darinya. Namun, ekspresi bingung Yara justru tampak sangat imut di mata mereka. Beberapa bahkan tampak seperti ingin membungkusnya dan menyembunyikannya di asrama mereka.
“Junior, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya salah satu murid wanita, penasaran.
“Ehm, aku ingin menemui Senior Jiaying,” jawab Yara dengan sopan, meskipun suara lembutnya terdengar sedikit gugup.
Begitu mendengar nama Jiaying, sebagian dari mereka yang berasal dari Kerajaan Matahari langsung memberi jalan. Namun, bagi siswa-siswa dari luar, mereka hanya bisa menatap dengan iri.
“Mengapa pria tampan seperti ini harus menemui kakak tingkat dari kelas tiga? Sungguh disayangkan...” gumam beberapa dari mereka, merasa kecewa.
Saat akhirnya jalan terbuka, Yara memberikan senyumnya yang paling manis. Namun, ia tidak menyadari bahwa senyum itu menjadi awal dari berbagai kesulitan di masa depan.
“Aahk! Katakan, anak siapa pria kecil ini? Aku ingin melamarnya!”seru salah satu wanita dengan antusias.
“Astaga, aku jadi bersemangat menjalani misi sekarang!”
“Apa dia sudah memiliki kekasih?” tambah yang lain, membuat suasana semakin gaduh.
Yara mulai berkeringat dingin. “Sialan, jika aku tahu ini akan terjadi, aku pasti akan memakai topeng di masa depan,” gumamnya lirih.
Tanpa ia sadari, gumamannya didengar seseorang. Sebuah suara lembut menimpali, “Tahu kah kamu, kecantikan mampu meruntuhkan satu negara?”
Yara terkejut. Ia berbalik dan menemukan seorang wanita tinggi berpostur 175 cm berdiri di belakangnya. Wajahnya oval dengan mata phoenix, alis tipis yang tertata rapi, bola mata hitam cerah, bibir tipis, hidung kecil namun mancung, serta kulit seputih salju. Penampilannya elegan, dan bentuk wajahnya mengingatkan Yara pada dirinya sendiri—hampir 60% serupa. Siapa lagi kalau bukan Sun Jiaying?
“Bocah bau! Aku mengkhawatirkanmu karena tak kunjung muncul. Sedari tadi aku menunggu, dan apa yang aku lihat?” ucap Jiaying, senyumnya lebar. “Adik kecilku malah dikelilingi oleh bunga-bunga cantik.”
Mendengar ejekan Jiaying, Yara hanya menghela napas panjang, mencoba tetap tenang.
“Hah, Jiaying. Ketampanan juga adalah berkah, bukan?” sahut Yara, tak mau kalah, sambil melipat tangan di dada dengan wajah percaya diri.
Keduanya tertawa bersama, mencairkan suasana. Meskipun Yara masih merasa sedikit malu dengan kehebohan yang baru saja terjadi, kehadiran Jiaying membuatnya merasa lebih tenang.