Ayesha hidup bagai di neraka karena tinggal bersama mertua dan kakak ipar yang slalu semena mena terhadapnya.
Bukan hanya itu saja, kekesalan Ayesha pun memuncak saat Rama memilih akan menikah lagi dan di dukung oleh keluarganya .
"Jika bercerai dari Rama, siapa yang mau menikahi janda miskin sepertimu!" -Ratna (Ibu Mertua)-
"Aku akan berlaku adil, Yesha." -Rama-
Ayesha memilih bercerai dari Rama dan memulai kehidupan baru, tidak ia sangka takdir membawanya bertemu kembali dengan mantan kekasihnya semasa sekolah dulu.
"Menikahlah denganku, Ay." -Kevin King Wiguna-
"Aku seorang janda, tidak pantas untukmu." -Ayesha-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Perlahan, Ayesha mulai bangkit dari keterpurukannya. Ia mulai merelakan masa lalunya dan menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Ayesha mengejar segala ketinggalannya, bahkan Adrian dan Tanisha akan kembali karena kesehatan Tanisha berangsur pulih dan stabil.
Ayesha sudah tidak memikirkan balas dendamnya. Dalam pikiran Ayesha, biar saja Egi sang bodyguard yang membalaskannya karena hanya Egi saksi dari kehidupan kelamnya bersama mantan suami dan mertuanya dulu. Ayesha sungguh sudah tidak ingin perduli lagi.
"Mommy..." Ayesha berhambur bersimpuh di depan Tanisha yang duduk di kursi roda. Ayesha menyandarkan kepalanya di atas pangkuan sang Ibu yang sudah lima tahun ini tak ia temui lagi.
"Ay anakku." Tanisha mengusap lembut rambut Ayesha perlahan demi perlahan.
"Maafkan Ay, Mom. Ay menyesal, Ay sungguh minta maaf, Mom." Tangis Ayesha pecah saat mengungkapkan kata maaf pada Tanisha.
"Sudahlah, Ay. Mommy sudah memaafkanmu. Terimakasih mau kembali di pelukan Mommy. Mommy sangat merindukanmu." Balas Tanisha yang juga ikut menangis. Tanisha merasa ini seperti mimpi karena bisa memeluk Ayesha setelah lima tahun tidak bisa menemuinya.
Ayesha mengangkat wajahnya dan Tanisha menciumi seluruh wajah Ayesha tampa henti hingga Adrian yang harus menghentikannya.
"Sudah, Mom. Daddy juga merindukan Ayesha." Kata Adrian dan membuat Ayesha melihat ke arah Adrian.
Adrian berlutut dengan satu kakinya dan Ayesha segera memeluk Adrian. "Dad, maafkan Ay."
Adrian memeluk putri tersayangnya itu, "Terimakasih sudah mau kembali, anak nakal." Kata Adrian yang memang senang bergurau pada kedua anaknya. Namun dibalik sikap humorisnya, Adrian juga mempunyai sikap tegas dan tidak suka di bantah.
Suasana haru menyelimuti kediaman Adrian Wibisana, setelah lima tahun diselimuti sepi dan kesedihan kini rumah itu kembali seperti semula.
Berbeda dengan suasan rumah yang di sewa oleh Rama, setiap hari ada saja keributan yang dibuat oleh Ratna. Seperti pagi ini, Ratna tidak terima jika dirinya harus bekerja membersihkan rumah hanya karena Rama tidak mengijinkan Tiara untuk melakukannya. Rama yang sudah berangkat bekerja pun membuat Ratna melancarkan aksinya untuk menyerang Tiara.
Dugg.. Dugg.. Dug...
Ratna mengetuk pintu kamar Tiara dengan kasar karena Tiara selalu menghabiskan waktu di dalam kamar yang sejuk karena adanya pendingin ruangan di kamar itu.
"Tiaraa, keluar kau."
Tiara yang baru saja ingin kembali tidurpun, membuka pintu dengan malas, "Ada apa sih, Bu?"
"Ratna memberikan sapu pada Tiara, "Nyapu nih, hamil jangan di jadikan alasan untuk malas malasan."
"Enak saja, ya Ibu aja yang nyapu, kan Ibu yang numpang disini, makan gratis disini juga." Balas Tiara dan setelah mengatakan hal itu, Tiara dengan sengaja menelpon Rama yang baru saja berangkat bekerja agar mendengar jika Ratna ingin menyiksa Tiara.
Rama yang memang belum jauh pun mengangkat telponnya dan mendengar suara Ratna yang sedang marah marah.
"Rama itu anakku, uang Rama ya uangku juga, jadi disini yang numpang hidup tuh kamu."
Tiara melembut seolah sedang tersakiti. "Bu, aku ini sedang hamil, perutku semalam saja keram, kenapa Ibu tega padaku."
Ratna yang merasa Tiara sudah menciut keberaniannya merasa menang dan semakin menindas Tiara, tanpa Ratna sadari jika Tiara tengah berakting karena Rama mendengar semuanya dari balik telpon.
"Karna kamu sudah berani menghasut Rama, aku berharap jika Rama menceraikanmu dan Rama kembali pada Ayesha yang sekarang sudah kaya raya, Rama tidak cocok dengan sampah sepertimu. Setelah anak itu lahir, kalian harus bercerai dan bawa anakmu, aku tidak sudi punya cucu karena hanya akan membuat Rama semakin banyak pengeluaran."
"Ibu!!" Sentak Rama yang kini sudah kembali kerumah karena khawatir pada kandungan Tiara, ya Rama hanya khawatir pada kandungan Tiara saja karena menurut Rama janin itu adalah milik Rama.
Ratna terkesiap melihat Rama yang tiba tiba saja berada di rumah kembali dengan tatapan penuh amarah.
"Selama aku sama Tiara pisah sama Ibu, rumah ini baik baik saja, dan sekarang rumah ini kacau karena Ibu."
"Rama, Ibu ini Ibumu."
"Tidak ada seorang Ibu yang berkata tidak menginginkan seorang cucu." Bentak Rama.
Ratna hanya diam karena melihat Rama semarah itu.
"Pantas saja Mbak Mira sengaja mencelakai Ayesha, pasti itu juga karena Ibu yang tidak ingin Rama memiliki anak dengan Ayesha." Rama terlihat bersedih, "Ibu tega sekali, sekarang ibu pergi dari rumah Rama, Rama tidak ingin Ibu mencelakai anak Rama lagi." Tegas Rama.
Rama masuk ke dalam kamar sang Ibu dan segera membereskan barang barang milik ibunya, "Pergi, Bu." Usir Rama.
"Ada apa ini?" Tanya Mira yang baru saja pulang dari tukang sayur.
"Kalian berdua pergi. Aku tidak sudi menampung kalian." Kata Rama dengan wajah memerah menahan amarah.
Ratna berlutut dan memeluk kaki Rama, "Maafkan Ibu, Ram. Jangan usir Ibu. Ibu takut kalau pulang." Ratna menangis sejadi jadinya.
"Pergi bu, itu ulah ibu sendiri, silahkan pergi dan hadapi, Rama sudah cukup pusing menghadapi Ibu."
Mira yang tidak tega melihat sang Ibu di usir pun segera menghampiri Ratna. "Ayo Bu, kita pulang." Ajak Mira.
"Gak mau, Ibu mau disini."
"Rama gak mau kita ada disini, Bu. Ayo kita pulang saja." Bujuk Mira.
Ratna mau tak mau akhirnya berdiri dan menatap lekat Rama, "Kamu akan menyesal Ram, kamu akan menyesal karena telah membela wanita ular seperti dia." Ucap Ratna.
Rama hanya diam, sebagai manusia biasa, Rama takut jika ucapan sang ibu menjadi kenyataan. Namun Rama mencoba menepisnya karena Ibunya memang sudah keterlaluan dan Rama tidak ingin kehilangan calon anaknya lagi meski bukan dari rahim Ayesha.
Ratna dan Mira berjalan menuju depan komplek perumahan untuk mencari taxi. Mereka memilih aman menaiki taxi agar tidak terlihat oleh dept collector itu.
Setelah tiba di depan rumah, Ratna dan Mira segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dengan segera, mereka pun sudah membeli persediaan makanan untuk beberapa hari kedepan agar tidak perlu keluar rumah.
"Bu, sampai kapan kita bersembunyi begini?" Tanya Mira.
"Ya sampai kita di usir." Jawabnya masih saja dengan ketus.
"Mir, lebih baik kamu cari kerja, masa ibu yang biayain kamu terus, kamu doang biayain juga Ibu."
Ucapan Ratna membuat Mira merasa sakit hati namun Mira tidak bisa melawannya. "Kerja apa, Bu? Mira cuma lulusan SMA dan itu semua karna Ibu yang dulu tidak mau mengkuliahkan Mira dengan alasan hanya karna Mira anak perempuan dan akan berakhir di dapur."
"Ya kerja apa kek, pelayan toko kek, pelayan restoran atau apapun." Kata Ratna tidak berperasaan. "Atau kamu cari lelaki kaya saja, duda kek, bila perlu duda yang sudah tua dan sudah bau tanah biar meninggalkan warisan untukmu dan kita bisa hidup enak lagi."
"Bu... Perceraianku saja belum masuk proses pengadilan."
"Gak usah mikirin perceraianmu, nanti ibu kenalkan kamu sama pria yang ibu kenal, pasti uangnya banyak." Ucap Ratna sungguh dengan tidak berperasaan sama sekali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Like, Koment, hadiah dan Vote sangat berarti untuk menaikan semangatku dalam menulis bab selanjutnya 🙏