"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bahaya kalau lapar
"aku bisa menahan begitu banyak perihal sakit, tapi aku tidak bisa menahan terlalu lama, saat perut ku mulai berisik."
"aku benci kamu Brian!"
"aku membenci mu!" teriak Raina dengan sakit. Beruntung, Raina sempat meraih kunci motornya yang berada di samping tombol kode apartemen itu, sehingga Raina saat ini pergi dengan menggunakan sepeda motor pemberian Bara untuknya.
Ya, motor itu sebagai hadiah pernikahan mereka, karena saat itu, Bara tidak ingin Raina ke kampusnya berjalan kaki, jadi Bara meminta supir pribadinya untuk mengantarkan, dan juga menjemputnya. Akan tetapi, Raina tidak setuju, dan jika di izinkan, dia memilih untuk dibelikan sepeda motor saja, dan Bara memberinya izin, dengan catatan, saat Raina mengalami luka dia harus menurut kepadanya, dan bersedia naik mobil.
Raina bahkan tidak tahu, harus kemana saat ini, akhirnya, Raina pergi ke rumah, di mana dia dulu tinggal. Raina ingat, jika rumah itu tidak di jual, Rico mengatakan bahwa tidak ada yang berubah dari rumah itu, sehingga dia dengan segera masuk kedalam rumah, di mana pertama kali dia menginjakan kedua kakinya di kota itu.
Kunci rumah itu, bahkan masih seperti biasanya, berada di bawah keset kaki rumah itu.
Benar yang di katakan oleh Rico, rumah itu bahkan masih terasa nyaman, juga bersih. Tidak ada yang berubah sama sekali, penasaran, Raina mencoba membuka isi lemari, yang ternyata di sana masih tersedia beberapa pakaian miliknya. Raina mencoba mengingat, dan dia kini mengerti, mengapa pakaian itu berada di dalam lemari, padahal seingatnya, dia sudah memasukan semua pakaian di lemari kedalam koper waktu itu.
Pakaian yang saat ini berada di lemari, masih berada di dalam kamar mandi saat itu, karena di cuci olehnya, dan dia yang saat itu sedikit tergesa, benar saja tidak ingat.
"Brian sial! aku sudah masak tadi, dan sekarang aku lapar. " ucap Raina dengan memegangi perutnya. Di lirik olehnya jam di dinding, yang sudah hampir menunjukan pukul tujuh pagi, Raina segera berganti pakaian yang ada di lemari, dan segera bergegas, Raina baru menyadari dia bahkan tidak memakai pengaman dadanya.
"kalau aku pulang ke apartemen dulu, udah pasti bakal terlambat, belum lagi harus ketemu Brian." ujar Raina dengan kesal.
"apa boleh buat, semoga nanti aku bertemu Gea, aku bisa memintanya untuk membelikan aku sarapan." ujar Raina pelan.
****
Sementara itu, Bara yang baru saja terbangun dari tidurnya merasa tidurnya benar-benar nyenyak. Dia bahkan lupa, kapan terakhir kali bisa merasakan tidur senyenyak itu.
Bara merasa heran, ketika dia keluar dari kamar Raina yang langsung melihat Brian duduk di lantai dengan tatapan menerawang jauh.
"jangan bilang kamu masih suka tidur berjalan." ucap Bara dengan tiba-tiba membuat Brian terkejut, dan langsung menoleh ke arahnya.
"kalau aku sudah lama tidak bisa tidur nyenyak, dan baru hari ini, aku bisa merasa tidur ku sangat nyenyak." ujar Bara dengan mengeliat kecil.
"wah, kamu sepertinya mengalami kemajuan, bisa menggoreng ayam. Kalau sayur SOP brokoli ini, memang kesukaan mu."ujar Bara ketika melihat di atas meja dapur itu, sudah ada menu sarapan.
Alih-alih menjawab, Brian justru bergerak dengan cepat berdiri, dan segera meninggalkan Bara yang masih menatap punggungnya dengan bingung. Di tambah lagi, Bara baru saja bangun dari tidur, semakin tidak bisa berpikir.
"apa ada yang salah?" ucap Bara dengan heran.
"aku tidak merasa bertanya yang aneh," sambung Bara lagi, dengan menggaruk pelan kepalanya.
Sementara itu, Brian yang merasa kesal, karena pertengkarannya dengan Raina beberapa waktu lalu, semakin bertambah ketika mendengar ungkapan Bara.
Kedua mata Brian bahkan bisa melihat, bahwa Raina hanya memakai dres tanpa penutup dadanya, pikirannya sudah kemana-mana.
"Raina dan kak Noah,_"
"mereka benar-benar menghabiskan malam bersama," ucap Brian dengan lirih.
****
"Tok!"
"Tok!"
"Masuk!" ucap Bara dengan mengangkat kepalanya, ketika melihat itu adalah Raina, kedua alisnya segera menyatu dengan sempurna.
"ada apa?" tanya Bara dengan heran.
"mas," ucap Raina dengan lirih.
"hm" jawab Bara, ketika mengetahui itu Raina, dia kembali melanjutkan kegiatannya pada layar laptopnya.
"aku lapar," ucap Raina dengan duduk di sudut kursi, dia memilih untuk tidak duduk tepat di hadapannya, melainkan memilih kursi yang berada di sebelah kanan meja kerjanya.
"astaga!"
"sejak semalam kamu hanya mengatakan lapar, lapar, dan lapar!" jawab Bara dengan menggeleng pelan.
"aku tadi pagi tidak membawa apa pun, ponsel ku juga kamu sita." ujar Raina dengan pelan.
"aku mau minta makan, dan juga uang, nanti aku kembalikan." ucap Raina dengan memasang wajah melas.
"ini jam belajar Raina, kamu tidak ada kelas?" Bara justru menjawabnya dengan pertanyaan lain, membuat Raina kehabisan kesabaranya.
"mau memberi uang atau tidak, aku lapar!" ujar Raina sedikit berteriak. Membuat Bara sedikit panik, dan segera menutup bibir Raina dengan kedua tangannya.
"Dasar gila kamu ya," oceh Bara dengan mendengus kesal.
"tunggu di kamar, aku akan memesan makanan." ujar Bara dengan menggeleng pelan.
"ada kamar di sini?"
"lengkap sama simpanannya gak?". Raina mulai mengoceh tidak jelas.
"Berisik, sama dengan tidak makan!" ucap Bara dengan geram. Seketika Raina menutup bibirnya dengan kedua tangannya.