Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Pagi yang cerah, matahari perlahan merangkak naik keatas. Cahayanya bersinar dengan gagahnya menggantikan cahaya rembulan.
Clara membuka matanya, jemarinya meraih sebuah handuk kecil yang diletakan di keningnya, pasti semalam ia demam lagi.
“Zzzz…Zzzz", terdengar suara dengkuran keras di sebelahnya.
Tak terkejut sama sekali, ini bukan pertama kali mereka tidur bersama. Clara bangun dan langsung menatap Aaron yang masih tertidur lelap. Ranjang Clara tidak besar ukurannya hanya 200x120cm, namun itu tak masalah buat Aaron, bahkan kalau tidur di rumput bersama Clara pun dia rela.
Semalam suntuk
Aaron merawat Clara yang sedang sakit demam, mengganti kain kecil yang diletakkan di dahi Clara, lalu keduanya tertidur sambil dibatasi guling kecil di bagian tengah.
Awalnya Clara melihat Aaron sebagai pria egois dan amat menyebalkan, tapi kalau sudah jadi pacar, dia perhatian sekali. Sembari memangku wajahnya, Clara terus menatap wajah polos Aaron yang sedang tidur, membuat senyumnya makin mengemban.
Kini bagi Clara, Aaron bukan hanya seorang pria muda tampan yang berduit, tapi juga sosok pria lucu dan penuh perhatian.
“Tidur saja wajahnya imut mirip bayi.” Batin Clara, sembari tertawa kecil.
Bulu mata lentik, hidung mancung, serta bibir yang tipis menambah nilai ketampanan wajah Aaron, perlahan Clara mencondongkan dirinya ke arah Aaron, Jemarinya menyentuh dan mengelus lembut pipi Aaron.
Tapi suasana pagi ini malah menimbulkan potongan ingatan saat Clara masih bersama mantan suami dulu. Hal itu membuat Clara ingin menangis, ia membalikkan berbalik tubuhnya menghadap dinding yang dingin.
"Uh, kenapa malah dia yang muncul." gumamnya sembari berbisik, jemarinya meremas seprei ranjang, tiba-tiba saja Clara jadi teringat masa lalu, mengingat kembali masa-masa indah awal pernikahannya dulu.
Saat itu setiap pagi, Clara selalu menatap wajah mantan suaminya dengan penuh rasa sayang dan kekaguman, namun itu semua tak berlangsung lama, hanya terjadi selama dua tahun.
Perhatian dan rasa cinta yang Aaron berikan akhir-akhir ini padanya, membuat Clara jadi merasakan kembali kebahagiaan cinta. Namun hal itu juga membangkitkan kenangan yang harusnya sudah ia lupakan."
Sesak rasanya jika mengingat kembali rasa cinta yang pernah ada, isak tangis tak dapat ia bendung lagi, sambil terus membelakangi Aaron, Clara menangis sejadinya.
Cairan bening keluar dari kedua sudut mata Clara, dadanya terasa sesak, hatinya sedang perih dan pilu, jika mengingat kehangatan dan pengkhianatan mantan suaminya.
Ranjang yang kecil ikut terguncang, saat Clara menahan tangisannya. Aaron yang berbaring disebelahnya jadi terbangun.
"Sayang, kamu sudah bangun rupanya." ucap Aaron saat membuka mata, tangannya langsung meregang keatas. Lalu segera menutup mulutnya yang sedang menguap.
"Hmm, i-ya", jawab Clara dengan suara parau.
Tak biasanya Clara bersuara seperti itu. Aaron langsung menyadari kalau saat ini Clara sedang menangis.
"Ada apa? Masih merasa sakit atau mual?" tanya Aaron berucap lembut.
Tanpa ragu Aaron memeluk Clara dari belakang, memberikan kehangatan tubuh di pagi hari.
"Hiks, hiks, huhuhu", tangisan Clara makin keras, Aaron tak paham kenapa Clara tiba-tiba menangis keras, ingin bertanya namun tak tega. Jemari lebar Aaron mengusap lembut punggung Clara, naik dan turun. Aaron tak mau meninggalkan Clara yang sedang sedih, sendirian. Ia terus menemani wanitanya hingga tangisnya mulai mereda.
.
.
Setelah beberapa saat, pagi menjelang siang keduanya bangun dan sarapan.
"Habiskan makananmu, setelah itu minum obat."
Clara hanya bisa duduk termangu, menatap bubur putih dengan potongan daging ayam diatasnya. Perlahan tapi pasti, Clara pun menyendok bubur hangat, lalu makan dengan lahap. Aaron hanya bisa tersenyum menatap wanitanya, mereka berdua makan bersama, layaknya pasangan suami-isteri, tapi Aaron tak makan bubur, ia memesan online.
"Kamu gak ke kantor? Ini kan bukan hari libur", tanya Clara memecah kesunyian.
"Aku sudah hubungi Jack, demi kamu aku meliburkan diri, mana bisa aku kerja dengan tenang, kalau tahu kamu sedang sakit", ucapnya sembari mengecek pesan di ponselnya.
"A-aku kan, cuma demam biasa kok, bukan sakit parah sampai harus masuk RS, buat apa kamu terlalu khawatir padaku", seru Clara dengan wajah cemberut, namun sebenarnya ia sedang merasa berbunga-bunga, karena brondongnya sangat perhatian.
"Oh gitu, ya sudah, kalau gitu aku berangkat ke kantor sekarang, kamu mau sendirian kan", celetuk Aaron tiba-tiba, ia berdiri beranjak dari kursi meja makan.
Sontak Clara langsung merasa panik.
"Jang-an!" pekik Clara, yang sebenarnya tak ingin Aaron pergi ke kantor, ia ingin di temaninya seharian, tapi gengsi kalau bilang begitu.
"Jangan apa, hemm?", kekeh Aaron, ia tahu pasti jawabannya. Ekspresi wajah Clara memang mudah dibaca.
"Su-sudah terlalu siang, lebih baik kamu temani aku disini saja." imbuh Clara, alisnya mengkerut kedua pipinya merona.
"Okey, dengan senang hati, aku akan merawat mu sampai sembuh total", ucap Aaron dengan semangat, kembali duduk berhadapan dengan Clara.
"Ka-kalau gitu aku mandi dulu", dengus Clara, kini tau kalau tindakan Aaron tadi hanya mau menggodanya saja.
Sehabis mengambil baju ganti dari kamarnya, Clara berjalan menuju kamar mandi, lalu Aaron iseng mengikutinya.
"Mandi kok gak ngajak-ngajak", Aaron menggoda lagi, sekaligus cari kesempatan.
"Iihhhsss!! Mana boleh!!" pekik Clara kesal.
BRAK!
Pintu kamar mandi pun dibanting kencang.
Sembari menunggu Clara mandi, Aaron dengan baik hati membereskan piring-piring kosong, mencuci panci bekas masak, sekalian membersihkan lantai.
.
.
"Wow!" Selesai mandi Clara terpana, melihat apartemen miliknya lebih bersih dari pada sebelum ia masuk ke kamar mandi, piring-piring ditata rapi, lantai juga mengkilap seperti habis dipel.
"Selesai juga ritual mandi kamu", ucap Aaron yang sedang berdiri, sembari membuka pintu lemari es, ia baru saja ingin minum.
Clara menghampirinya, senyumnya mengembang saat menatap wajah Aaron yang berkeringat, kapan lagi ada pria tampan dengan sukarela membersihkan apartemennya tanpa di bayar. Clara ikut mengambil juga botol kecil dari rak kulkas. "Aku juga haus", serunya tersenyum, lalu keduanya minum bersama, sambil kedua mata mereka saling mencuri pandang.
Aaron terkekeh kecil melihat tingkah lucu Clara, yang entah kenapa terasa imut di matanya.
.
.
Berganti Aaron yang memasuki kamar mandi ukuran 5x3 meter itu.
Saat Aaron sedang melakukan ritual mandinya, Clara asik bermain game di ponsel, ia duduk santai merebahkan tubuhnya diatas sofa panjang. Entah sudah berapa lama ia bermain, sampai suara pintu kamar mandi terbuka.
"Hei, yang sedang sakit harus istirahat, jangan main terus", celetuk Aaron, saat melihat Clara belum masuk kamar, ia menggosok rambutnya yang basah dengan selembar handuk.
"Bawel ah, demamku sudah turun loh, badanku juga sudah tak lemas lagi", gumam Clara tak mau menurut.
"Mana sini? coba kulihat."
Aaron jalan mendekat, Clara tak sadar kalau pacar brondongnya hanya memakai selembar handuk di pinggang.
Glek!
Melihat pemandangan itu, Clara tersentak dan hampir jatuh dari atas sofa, memang bukan pertama kali, namun tetap saja kedua bola mata tak dapat berpaling dari otot perut yang menonjol itu, apalagi kulitnya tampak sangat mengkilat karena baru selesai mandi.
"Oh tidak jangan lagi..."
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
kaget sih dgn kelanjutan kisah arron,sebenarnya apa dan siapa sih arron,msh tekateki nih 🤔🤔