Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25.
Pungki sedikit mematung tidak bisa menjawab, apalagi tampak Rico yang tadi duduk sibuk dengan hand phone kini dia pun menoleh sambil menatap Pungki dengan tatapan meremehkan karena sama seperti Papanya Andien, Rico pun tidak percaya jika Pungki bisa masuk ke kerajaan jin tanpa bantuan dari Syahrul.
“Kalau kamu tidak bisa masuk ke kerajaan jin itu tanpa bantuan dari Syahrul bagaimana kamu bisa membantu yang lain untuk bisa masuk ke kerajaan jin itu.” Ucap Papanya Andien dengan nada dingin.
“Ya sudah kita cek in dulu, toh Syahrul juga belum pasti bed rest, nanti dia bisa menyusul. Kita juga masih bermalam di hotel, tidak langsung berangkat menuju ke gunung itu.” Ucap Pak Hasto yang paham Pungki dalam situasi sulit untuk menjawab. Akan tetapi Papanya Andien masih saja menatap Pungki menunggu jawaban dari mulut Pungki.
“Bismillah.” Gumam Pungki di dalam hati, dia akan menjawab pertanyaan dari Sang calon mertua impian.
Namun tiba tiba ada suara berbisik di telinga Pungki..
“Kakak jawab bisa, nanti aku yang akan bantu Kakak.” Bisik suara anak kecil di telinga Pungki. Pungki pun menganggukkan kepalanya, entah mengapa tiba tiba Pungki percaya jika demit bocil itulah makluk gaib yang akan mengikuti dirinya dan Akan membantu dirinya..
“Insyaallah bisa Pak.” Ucap Pungki dengan mantap.
“Hmmmm..” gumam Papanya Andien yang tampak masih tidak percaya.
“Ya sudah ayo kita cek in saja dulu. Semoga Syahrul tidak bed rest dan bisa menyusul kita.” Ucap Pak Hasto lagi sambil bangkit berdiri.
Mereka semua pun mulai melangkah menuju ke ruang cek in.. Akan tetapi betapa kagetnya Mamanya Andien saat melihat di tampilan layar jadwal penerbangan, pesawat yang akan mereka tumpangi ada keterangan Delay..
“Pesawat delay.” Ucap Mamanya Andien agak keras dengan nada penuh kekecewaan.
“Iya.” Gumam Bu Hasto yang berdiri di samping Mamanya Andien sambil menatap layar monitor jadwal keberangkatan pesawat.
“Ric, coba kamu tanya pada petugas maskapai penerbangan!” Perintah Mamanya Andien sambil menoleh ke arah Rico yang berdiri tidak jauh darinya.
“Sudah Tan, tadi Rico sudah tahu kalau pesawat delay dan Rico sudah tanya katanya bandara tujuan tiba tiba awan tebal dan kemungkinan akan turun hujan lebat disertai angin kencang. Katanya menunggu cuaca di sana baik dulu baru ada pengumuman boarding, Tan .” Ucap Rico sambil menatap Mamanya Andien.
“Ya sudah kebetulan lah kita sambil menunggu Syahrul. Ayo kita juga sudah bisa cek in sekarang.” Ucap Papanya Andien dan segera melangkah menuju ke loket cek in.
Sementara itu di lain tempat, di kerajaan jin. Sang Ratu tampak murka, karena pekerjaan untuk acara pernikahan tidak selesai selesai..
“Kurang ajar, sudah diberi peringatan masih saja mereka nekat akan datang ke sini.” Ucap Sang Ibunda Ratu dengan nada kesal.
“Ibu sudah tahu orang yang berusaha untuk menggagalkan acara pernikahan ku?” tanya Pangeran Dewa Anum tampak sedih ekspresi wajahnya karena sudah gagal memperistri gadis pujaan hatinya kini acara pernikahan dengan gadis pengganti pilihan Sang Ibunda Ratu pun juga akan digagalkan.
“Sudah, dia manusia anak asuh Kakek Pikulun, jin penjaga kerajaan jin di hutan besar di pulau Jawa.” Jawab Sang Ibunda Ratu.
“Anak itu yang dulu membawa gadis pujaan hatimu masuk ke sini. Hanya dia yang bisa masuk ke kerajaan ini, dengan bantuan Kakek Pikulun. Aku sudah buat anak itu muntah darah. Tapi Kakek Pikulun tetap menjaga raga dan jiwa anak itu. Dia hanya muntah darah saja tetapi tidak merasa sakit. Dan akan tetap datang ke sini.” Ucap Sang Ibunda Ratu masih dengan nada kesal.
“Ibu.. terus apa yang harus kita lakukan. Apa perlu aku mengeluarkan guci ajaib ku untuk minta pertolongan para lelehur.” Ucap Pangeran Dewa Anum sambil bersiap siap akan membuka telapak tangannya untuk mengeluarkan guci ajaibnya.
“Tidak usah Putraku, Ibu sudah membuat cuaca di sini kacau balau, akan ada hujan badai besar dan pesawat pesawat atau kapal tidak akan bisa datang ke sini.” Ucap Sang Ibunda Ratu sambil menatap Sang Putra Mahkota.
“Kalau mereka mereka nekat datang pasti akan mengalami kecelakaan, terhantam oleh badai buatanku.” Ucap Sang Ibunda Ratu lagi sambil tersenyum penuh kemenangan. Pangeran Dewa Anum pun tersenyum dan mengangguk anggukkan kepalanya.
Dan waktu pun terus berlalu, di lain tempat di bandara tempat keluarga Andien menunggu pesawat.. Mereka semua sudah di ruang tunggu, duduk menunggu dengan gelisah.. Sudah dua jam mereka menunggu namun belum juga ada kepastian waktu keberangkatan pesawat.
Hanya Pungki yang duduk tenang sambil berdoa di dalam hati. Demit bocil pun tidak terdengar suaranya mungkin dia tidur di pangkuan Pungki, karena Pungki merasa ada beban di atas paha nya, padahal tas ransel sudah dititip di bagasi pesawat. Hanya barang barang penting saja yang dia bawa di dalam tas salempang kecilnya, termasuk ada bungkusan kunyit di dalam nya.
Sesaat tampak seorang pegawai Maskapai pesawat mereka melangkah masuk, orang orang yang menunggu kepastian keberangkatan pesawat pun menoleh ke arah orang yang memakai seragam karyawan maskapai itu. Kecuali Pungki yang masih duduk tenang sambil berdoa di dalam hati.
“Ric tanya dia!” perintah Mamanya Andien.
“Tunggu dulu Tan, pasti dia akan menyampaikan informasi.” Ucap Rico sambil menatap karyawan maskapai yang terus melangkah masuk. Dan tidak lama kemudian ada beberapa karyawan maskapai dibantu karyawan bandara tampak sibuk membawa kardus kardus besar dan tampak berat..
“Maaf saudara saudara penumpang pesawat AAA Air dengan nomor penerbangan 00XX, silakan menunggu sambil menikmati makan siang, kami belum bisa memberi kepastian kapan pesawat boarding sebab cuaca di bandara tujuan belum memungkinkan.” Ucap karyawan maskapai itu.
Tampak banyak penumpang yang kecewa namun ada pula yang pasrah..
“Lebih baik menunggu dari pada celaka.” Ucap salah satu dari penumpang yang menunggu.
“Iya tapi sampai kapan?” ucap yang lain dengan nada kesal. Tampak beberapa penumpang yang menunggu mulai bangkit berdiri untuk mengambil jatah makan siang. Keluarga Andein dan Pak Hasto serta Bu Hasto masih duduk diam.
Ningrum yang duduk di dekat Pungki menoleh ke arah Pungki...
“Pung, kamu masih puasa?” tanya Ningrum dengan suara pelan. Dan Pungki pun menganggukkan kepalanya.
“Ayo ikut bantu ngambilin makan Orang tua Andien dan orang tua Ndaru. Penumpang harus mengambil sendiri makanan, ayo kita layani mereka.” Ucap Ningrum lalu bangkit berdiri. Pungki pun lantas mengusap wajah dengan telapak tangannya dia mengakhiri doanya untuk sementara dan cepat cepat dia bangkit berdiri akan membantu Ningrum untuk mengambil kan makanan buat orang tua Andein dan orang tua Ndaru..
Di saat Pungki baru saja berdiri telinga Pungki mendengar suara anak kecil menangis...
“Huuuaaa... huuuaaa... huuuuaaaa.... Kakak sudah membuat aku jatuh... huuuaaa.... huuuaaaaaa....” suara anak kecil itu terus saja menangis..
“Hah! Aku tidak melihat kamu di mana?” gumam Pungki di dalam hati sambil terus melangkah menuju kardus kardus besar berisi kotak kotak makanan.
“Kakak nanti takut kalau lihat aku.” Suara anak kecil
genting ini...
kasihan andinnn
hp br bener.