Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Seharian ini yang Arumi lakukan hanya meringkuk di atas ranjang sambil terus saja menangis.
Meratapi masalah yang tengah menimpanya. Suaminya Ibrahim selingkuh di belakangnya. Pria itu ternyata sudah menghianati dirinya.
Arumi masih tak habis pikir, benarkah Ibrahim setega itu padanya? Sedangkan baru semalam pria itu mengatakan kalau dia sangat mencintai Arumi.
Tak ada wanita lain lagi dihatinya selain dirinya. Bahkan, Arumi juga percaya begitu saja dengan ucapannya. Karena selama ini Ibrahim memang selalu bisa bersikap setia terhadap Arumi.
Arumi menghapus air matanya. Ia berfikir, kalau benar Ibrahim menghianatinya. Tak seharusnya ia menangis seperti ini. Ia tak ingin mejadi wanita yang lemah.
Baru saja Arumi merasa sedikit lega, tiba-tiba saja ponselnya berdering.
Arumi segera mengambil ponsel miliknya ia simpan diatas nakas dan ia melihat nama Erlan tertera di layar ponselnya.
Arumi merubah posisinya menjadi bersandar di kepala ranjang, meski merasa sedikit ragu Arumi menerima panggilan itu.
"Halo!" Ucap Arumi dengan suara sedikit parau khas seseorang habis menangis.
"Mbak Arumi, gak papa?" Suara Erlan di seberang sana terdengar cemas.
Arumi terdiam sejenak. Ia berusaha agar terdengar baik-baik saja.
"Iya, aku gak papa." Jawab Arumi setelah menghela nafas beberapa kali.
"Beneran?"
"Iya." jawab Arumi singkat.
Tapi sayang ternyata Arumi kini sudah tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.
Air mata sejak tadi ia tahan kini kembali luruh tanpa bisa di bendung.
"Mbak Arumi bohong kan! Aku tau Mbak Arumi lagi gak baik-baik aja. Mbak Arumi lagi nangis?" Suara Erlan semakin cemas terdengar.
Arumi hanya bisa terdiam, sebenarnya Arumi tak ingin berkata jujur pada Erlan.
Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Erlan, tapi ternyata itu sangat sulit ia lakukan saat ini.
"Nangisnya gak usah ditahan, Mbak. Gak papa kok kalo mau nangis, biar sedihnya bisa tersalurkan." Ucap Erlan.
Setelah mendengar ucapan Erlan tangis Arumi semakin pecah, bahkan kini Erlan bisa mendengar suara Arumi yang menangis sesegukan.
Erlan kini hanya bisa diam, membiarkan Arumi menumpahkan kesedihannya dalam tangis.
Erlan berusaha untuk menjadi pendengar yang baik untuk Arumi.
"Udah lega sekarang?" Tanya Erlan setelah mendengar tangis Arumi mulai mereda.
"Iya."
"Bagus kalau gitu."
"Mbak!" panggil Erlan lirih.
"Apa?"
"Keluar dong!" Pinta Erlan.
"Keluar?" Tanya Arumi bingung.
"Iya, keluar."
"Keluar ke mana?"
"Ke depan."
Arumi bergegas bangkit dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
Arumi melangkah keluar dari kamar dan menuju ruang tengah.
Arumi membuka pintu rumahnya. Terlihat di luar pagar rumah Arumi, mobil hitam milik Erlan yang beberapa waktu lalu sempat menghantam pagar rumah itu sudah menunggunya.
Mobil yang sebelumnya terlihat sedikit ringsek, kini sudah terlihat kembali mulus seperti sebelumnya.
Terlihat Erlan menurunkan kaca mobil. Arumi melihat pria itu berada di dalam tengah menatap ke arah Arumi seraya mengukir senyum.
"Jalan-jalan yuk, Mbak!" ajak Erlan masih lewat telepon, membuat Arumi seketika terkejut dengan apa yang Erlan ucapkan.
"Jalan-jalan?"
"Iya."
"Tapi, aku.." Jawab Arumi ragu.
"Kalo Mbak Arumi di rumah terus, aku yakin banget kesedihan Mbak Arumi gak bakal pernah ilang."
Arumi nampak berpikir sejenak. Benar apa yang di katakan Erlan, kalau ia tetap di rumah, yang ia lakukan hanya akan terus menangis.
Hanya akan terus teringat dengan apa yang sudah Ibrahim lakukan terhadapnya.
"Mbak!" panggil Erlan lagi.
"Percaya sama aku. Hari ini aku bakal bikin Mbak Arumi seneng. Gak bakal sedih lagi kaya gini."
Arumi yang mendengar ucapan Erlan masih terdiam. Arumi terlihat masih ragu untuk menerima niat baik Erlan.
Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena setelah cukup lama berpikir Arumi hampir terbujuk oleh ajakan Erlan.
"Ayo Mbak! Masuk sini ke mobilku!" Ajak Erlan pada Arumi masih lewat sambungan telepon mereka yang belum terputus.
"Tapi pakaian aku masih kaya ini. Aku ..." Arumi sejenak memeriksa penampilannya yang belum bersiap.
"Mbak Arumi udah cantik, kok. Mau pakai apa pun Mbak tetep kelihatan cantik." Ucap Erlan memotong ucapan Arumi.
Sebuah kalimat yang membuat Arumi sedikit merasa bahagia di tengah kesedihan yang tengah Arumi rasakan.
Meski masih sedikit ragu, akhirnya Arumi berjalan menghampiri mobil Erlan, saat itu juga panggilan mereka sama-sama di akhiri.
Arumi masuk ke dalam mobil Erlan. Ia duduk tepat di samping Erlan.
Hingga tak berselang lama mobil itu melaju membawa mereka yang entah akan kemana.
Sepanjang perjalanan perasaan Arumi tak menentu. Karena seumur hidupnya, setelah menikah dengan Ibrahim, baru kali ini ia pergi bersama pria lain.
***
Di dalam mobil, mereka masih sama-sama bungkam. Hanya Erlan yang sesekali menoleh ke arah Arumi, seraya melempar senyumnya terhadap Arumi.
"Mas Erlan!" panggil Arumi yang memberanikan diri untuk memulai percakapan.
"Iya, Mbak?"
"Gak papa aku jalan kaya gini sama Mas Erlan?"
Erlan hanya mengangguk menanggapi ucapan Arumi.
"Rika gimana?" tanya Arumi ragu.
Erlan seketika tersenyum sambil sesekali menoleh ke arah Arumi.
"Mungkin gak papa." Jawab Erlan yang sepertinya juga terlihat ragu.
"Beneran gak papa?"
"Iya. Aku kan cuma mau menghibur Mbak Arumi. Gak lagi berbuat yang macam-macam." jawab Erlan menyakinkan Arumi.
Hal itu membuat Arumi tiba-tiba merasa bodoh karena sudah berfikir berlebihan tentang apa yang sedang mereka lakukan.
Atau lebih tepatnya, Arumi sedikit geer karena perlakuan baik Erlan terhadap Arumi sekarang.
"Emhhh bener juga ya." Arumi tersenyum dengan perasaan sedikit malu.
"Kita mau kemana?"tanya Arumi saat mereka kembali bungkam.
"Sebentar lagi kita sampai. Mbak Arumi nanti tau sendiri."
Hingga tak berselang lama mobil Erlan benar-benar berhenti di suatu tempat.
Tempat yang sangat ramai pengunjungnya. Tempat yang dulu pernah Arumi datangi sewaktu ia kecil bersama keluarganya.
Sebuah tempat yang banyak ditumbuhi tanaman kesukaannya yaitu bunga.
"Kita mau kesini?" tanya Arumi.
"Iya."
Arumi merasa heran sekaligus bingung. Kenapa Erlan mengajaknya ke tempat seperti ini.
"Aku yakin kalau Mbak melihat hamparan bunga-bunga di dalam sana, Mbak Arumi pasti bakal sedikit lebih tenang. Mbak Arumi gak bakal sedih lagi."
"Mbak Arumi mau?" Tanya Erlan.
Arumi menganggukan kepalanya mantap mengiyakan ajakan Erlan itu.
***
Dan benar apa di katakan Erlan, perasaan Arumi akhirnya bisa jauh lebih baik.
Arumi melihat bunga-bunga yang dulu sewaktu kecil sangat ia sukai. Melihat bunga-bunga itu, seolah membangkitkan sifat polos Arumi saat dirinya masih kecil.
"Coba lihat ini deh Mbak!" Erlan menunjuk sebuah tanaman putri malu.
"Kenapa dengan tanaman itu?" tanya Arumi.
"Mirip sama Mbak Arumi, ya." Jawab Erlan sambil tertawa kecil.
"Apanya yang mirip sama aku." Ucap Arumi yang kini meperlihatkan wajah cemberutnya karena gurauan Erlan.
"Habisnya Mbak Arumi malu-malu terus, kaya tanaman putri malu."
"Ya udah. Aku gak bakal malu-malu lagi."
"Beneran nih?" Tanya Erlan menggoda.
Arumi hanya mengangguk.
"Janji!"
"Iya, janji."
Erlan seketika tersenyum, terlihat pria itu kini sedikit bernafas lega.
"Kamu juga sering ngajak Rika kesini?" tanya Arumi.
"Gak pernah." Jawab Erlan cepat.
"Kenapa?"
"Dia lebih seneng jalan-jalan ke Mall. Atau ke tempat-tempat mewah yang lain." Jawab Erlan.
"Gak kaya Mbak Arumi. Orangnya sederhana banget. Cuma gini aja udah kelihatan seneng banget. Kaya anak SD yang lagi darmawisata." Jawab Erlan yang lagi-lagi dengan candaan yang langsung membuat Arumi tertawa.
**************
**************
Novel ini bukan untuk di tiru ya guys.
Walaupun terkadang rumput tetangga emang suka kelihatan lebih hijau 🤭
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,