Terjerat Cinta CEO Kejam

Bi siti mengambil keranjang baju kotor ku untuk di cuci,

"kalau non lapar, non bisa makan dulu, bibi mau cuci dulu baju" ucap bi siti

"baik bi, kebetulan aku lapar"

aku pergi ke meja makan untuk makan, jujur lapar sekali rasanya.

Saat itu tuan damian keluar dari kamar sepertinya dia juga habis mandi karena rambutnya sedikit basah.

"mau makan" tanyaku saat dia menghampiriku

"boleh" ujarnya

Aku pun menyajikan nasi dan lauk ke dalam piring tuan damian, dan kami pun makan bersama dalam diam.

Rasa dingin mulai menyelimuti antara kegiatan makan kami, tak ada obrolan apa pun dalam makan bersama sekarang, entah kenapa rasanya makan tak nikmat sekali. Apa karena perasaan ku saja yang sedikit baper. Atau memang sifatnya saja seperti ini.

Tuan damian selesai makan terlebih dahulu ia lalu berdiri dari kursi dan pergi, aku bahkan tak berani bertanya apa pun lagi, bahkan sekedar basa basi pun tak ada , padahal beberapa jam yang lalu ia tampak hangat sekali.

Aku hanya bisa melihatnya dari belakang, ia masuk ke ruang kerjanya,

"non" panggil bi siti aku cukup terkejut

"eh iyah bi, kenapa?"

"tak apa non, non diam aja takut nya kenapa kenapa"

"engga bi, aku beresin dulu meja yah"

"gak usah non biar bibi aja, tuan sudah makan non?"

"sudah bi"

"syukur lah, tuan tidak meminta kopi?" tanya bi siti dan aku hanya menggelengkan kepala ku

"baiklah"

Bi siti pun membereskan alat makan yang sudah di gunakan. Aku pun beranjak dari tempatku dan pindah ke sofa yang ada di depan tv, ku lihat koper tuan damian masih ada disana, aku ingin membukanya dan membereskannya pun tak berani rasanya , takutnya ia marah jadi aku memilih duduk di sofa panjang disana melihat tanyangan tv yang kadang sedikit membosankan,

Entah kenapa aku jadi teringat dengan ibuku sendiri, padahal ini yang kami harapkan kemewahan yang menyelimuti tapi saat aku dapatkan ia malah telah tiada.

...****************...

Tuan damian akhirnya keluar dari ruang kerja nya dia berjalan ke arahku tapi bukan duduk bersama melaikan membuka koper yang semalam ia bawa.

Aku memperhatikan semua yang di lakukan taun damian.

"Ini untukmu dan ini untuk bi siti, dan ini baju kotorku minta bi siti cuci" ujar tuan damian aku menerimanya

"terima kasih" ucapku dan pergi dari sana

Aku ke bagaian laundry ku lihat bi siti disana.

"bi ini bingkisan buat bibi dari taun. Dan ini baju kotor yang taun minta cucikan" ujarku

"oh iyah non, terima kasih"

aku memilih duduk di sana dengan bi siti sambil melihat lihat youtube cara membuat kue.

"non lihat apa?" tanya bi siti kepo mungkin karena suara dari ponsel ku sedikit terdengar

"ini bi" ucapku sambil menunjukan cara membuat kue

"oh kue bolu jadul, non mau bikin bibi bisa bantu" ucap bi siti

"bibi bisa buat kue seperti ini"

"tentu saja non, kalau non mau kita bisa membuatnya, kebetulan kemarin kita juga beli terigu tinggal beberapa bahan saja yang harus di beli, supermarket depan juga ada" ucap bi siti

"boleh bi"

"baik non kalau begitu bibi selesaikan dulu cuciannya yah"

"oke bi, mau ku bantu?"

"tak perlu non sebentar lagi"

...****************...

Akhirnya aku pun membuat kue dengan bi siti, sedangkan tuan damian sedang di ruang kerjanya karena ku lihat pintu ruangannya tertutup.

Cukup lama akhirnya bolu jadul selesai di buat satu. Aku dan bi siti membuat 4 bolu

"wah akhirnya jadi juga bi, wah lumayan besar yah bi" ujar ku

"iyah non, coba non potong dan cicip"

"hmmm enak bi, wah bibi emang the best deh, nanti kapan- kapan aku kita coba yang lain yah bi"

"siap non"

"potong dan berikan pada tuan damian non, dan jangan lupa kopi nya"

"memang tuan damian suka bi bolu gini?" tanyaku

"yah coba saja dulu, buatan istri masa gak mau di cicipi" ujar bi siti menggoda

"bibi bisa aja" ucapku.

Aku pun memotong bolu tersebut dan memberikan nya pada tuan damian tak lupa secangkir kopi

"tok tok tok"

"masuk"

aku pun membuka pintu dan membawa nampan berisi kue dan kopi untuk tuan damian

"aku membuat kue bolu dan juga kopi, kalau tuan tak keberatan silahkan coba" ujarku

Tuan damian tak mengatakan apapun ia langsung mengambil sepotong kue dan mencobanya.

"hmmm lumayan" ucapnya aku cukup senang mendengarnya.

"terima kasih"

"jadi suara berisik tadi kamu dan bi siti membuat kue" ucapnya dan membuat ku merasa bersalah

"iya, maap apa tadi cukup menganggu" ucapnya sedih

"tak juga, kamu boleh keluar" ucapnya mengusirku

Aku pun keluar dari ruangan tuan damian, dengan perasaan cukup sedih, aku tak menyangka ia komplen suara dari mixer tadi, meskipun ia bilang tak masalah tetap saja aku kepikiran .

"apa tuan tidak suka non?" tanya bi siti padaku mungkin karena melihat ku sedikit murung

"dia bilang suka bi" jawabku

"syukur lah non"

"iyah bi, boleh aku tanya sesuatu bi?"

"tanya apa non"

"apa tuan damian sikapnya selalu dingin seperti itu, dia jarang sekali bicara"

"memang tuan seperti itu, tuan irit sekali bicara tapi kalau non bertanya dia pasti mau menjawab"

"tapi tetap aja bi jawabnya dingin sekali"

"bibi heran non kenapa bisa menikah padahal sikap tuan seperti itu"

"hmmm aku gak bisa jelasin semuanya sama bibi yang jelas aku dan tuan damian bersama karena sesuatu"

"oke oke bibi mengerti, tapi non biasanya cowok yang dingin seperti itu bila dekat sama orang yang ia sayang pasti akan banyak bicara, cobalah non yang deketin tuan damian duluan mulai juga pembicaran duluan, tuan juga gak bakalan secuek itu, dan asal non tau, non wanita pertama yang tuan bawa kemari apalagi langsung status menikah" ucap bi siti

"tapi bi"

"coba lah, memulai pembicara duluan tak masalah ko non, dari pada hubungan non sama taun dingin seperti sekarang, karena menurut bibi tuan juga bukan pria yang cuek dia baik sekali"

"hmmm baiklah bi"

"semangat non, mulai lah perhatian perhatian kecil non berikan pada tuan pasti tuan juga akan luluh nanti" ucap bi siti. Memberiku sedikit nasehat

Aku pun muali memikirkan apa yang bisi bilang kalau kita sama sama cuek mungkin pernikahan ini memang akan seperti nikah kontrak yang seharusnya, tapi sejujur aku juga ingin pernikahan ini adalah pernikahan terakhir ku , apa aku salah bila tuan damian menjadi suami ku yang seutuhnya.

Bi siti akhirnya pulang, meninggalkan ku sendiri di rumah ini meskipun ada taun damian tapi aku merasa sendiri

'lama lama gua bisa nge batin tinggal di apartemen ini,' kataku sendiri sambil menatap pintu ruang kerja tuan damian yang masih setia tertutup.

Bersambung. .

Terima kasih yang sudah baca ceritaku, tolong like. Komen dan vote yah biar thor semangat lagi bacanya.

Bintang nya juga jangan lupa.