Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
.
.
.
Mereka semua pun tiba dirumah Aleta. Rumah yang tidak terlalu besar. Tapi terlihat begitu mewah bagi Ria yang memang dari keluarga sederhana.
"Silakan mbak," kata Aleta.
Dengan perasaan kikuk Ria pun masuk menggandeng tangan putranya. Aleta pun langsung mempersilakan Ria dan Arbani untuk istirahat terlebih dahulu.
Aleta menyuruh keduanya pisah kamar, tapi Ria lebih memilih satu kamar dengan putranya.
Aleta pamit keluar bersama Ars untuk membeli pakaian dan keperluan lainnya untuk Ria dan Arbani. Urusan kantor Ars serahkan kepada sang asisten pribadi.
"Kita kemana sayang?" tanya Ars.
"Ke mall, aku akan membeli keperluan mereka," jawab Aleta. Ars hanya manggut-manggut saja.
"Siap ratu hatiku," ucap Ars.
"Suka sekali menggombal," kata Aleta.
"Aku serius, engkau lah ratu dihatiku," ucap Ars mengulanginya.
"Ya sudah yuk berangkat," ajak Aleta.
Sementara Ria, bukannya istirahat. Ia malah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Seperti membersihkan rumah dan sebagainya. Hanya kamar Aleta yang tidak ia bersihkan, karena kamar itu terkunci.
"Alhamdulillah sudah selesai, sekarang saatnya aku masak," gumam Ria.
Ria pergi kedapur dan melihat bahan-bahan yang ada didalam kulkas serta lemari penyimpanan barang.
"Masak apa ya?" gumam Ria bingung.
Karena didalam sana hanya ada telur dan sayuran saja. Karena Aleta belum sempat untuk berbelanja bahan makanan. Akhir-akhir ini Aleta lebih sibuk di luaran.
Akhirnya Ria memutuskan untuk memasak nasi goreng. Ria menanak nasi terlebih dahulu. Sementara menunggu nasi matang, Ria kembali kekamar untuk mandi.
Sementara Aleta dan Ars sudah selesai berbelanja pakaian, saat Ars ingin menyimpan belanjaan dimobil. Tiba-tiba dari arah belakang sebuah pisau mengh**us kearahnya.
Beruntung Ars cepat tanggap dan menghindari pisau tersebut. Ars menendang tangan orang yang ingin men**amnya itu. Sehingga pisau itu terlempar kesisi kiri.
"Siapa kamu?" tanya Ars, karena memang tidak mengenal orang tersebut.
"Kamu tidak perlu tau siapa aku," jawab orang itu. Kemudian ia menepuk tangannya dua kali.
Keluarlah 10 orang yang sejak tadi bersembunyi. Mereka semua berbadan besar dan menyeringai lebar kearah Ars.
Ars tidak gentar sedikitpun. Malah Ars tersenyum sinis menatap tajam orang tersebut.
Mereka yang berjumlah menjadi 11 orang karena ditambah 1 orang yang ingin me**suk Ars tadi.
"Habisi dia!" perintah seorang pria
"Tunggu...!" Ars belum mengerti mengapa mereka tiba-tiba menyerang.
"Cepat hajar dia, tuan ingin pemuda ini mati," kata pria itu.
Ars pun bersiap-siap, kali ini ia akan lebih serius. Pertama 5 orang maju untuk melawan Ars, Ars menghindar dari serangan yang satu, tapi menendang satu orang yang lain.
Ars dengan gesit melawan mereka, sehingga satu persatu tumbang. Kemudian maju lagi 5 orang. Ars kembali melawan orang tersebut.
Pertarungan terus berlanjut, hingga nafas Ars ngos-ngosan. Tapi ia tidak boleh menyerah. Kalau dia menyerah maka dia yang jadi korban.
"Aku harus bisa mengalahkan mereka," gumam Ars.
Ars kembali melawan mereka setelah berhenti sejenak. Kini 5 orang berikutnya juga sudah tumbang. Tinggal satu orang lagi yang akan dikalahkan oleh Ars.
Melihat tatapan tajam Ars, orang itu mundur dan hendak melarikan diri. Melihat hal itu, Ars segera berlari kecil dan menerjang punggung orang itu sehingga orang itu terjatuh dan tertelungkup di tanah. Ars dengan tanpa hati menginjak orang tersebut hingga pingsan.
Ars merasa lega karena sudah berhasil mengalahkan mereka semua. Tiba-tiba Ars teringat Aleta yang tadi pamit ke toilet.
Sementara disisi lain...
"Siapa kalian?" tanya Aleta saat ada beberapa orang wanita memasuki toilet wanita.
Wanita itu menyeringai, "kami hanya mendapat tugas untuk membunuhmu."
Aleta tersenyum sinis, kemudian dia hendak pergi dan tidak ingin berurusan dengan orang itu.
"Mau kemana kamu?" tanya wanita itu.
"Aku tidak ingin berurusan dengan kalian. Pergilah sebelum aku buat kalian tidak bisa berjalan," jawab Aleta.
Aleta sudah memegang jarum suntik yang berisi cairan pelumpuh. Aleta melewati satu diantara mereka, tapi tiba-tiba satu tendangan keras hampir mengenai wajah Aleta.
Dengan gesit Aleta menangkap kaki tersebut dan menusukkan jarum tersebut. Kemudian Aleta memutar kaki tersebut sehingga tubuh wanita itu juga ikut berputar. Sehingga wanita itu terjerembab kelantai.
"Aaakh...!" Jerit wanita itu.
"Kau ...."
"Apa? Mau seperti dia?" tanya Aleta dengan santai.
Salah satu memberi kode kepada yang lain untuk menghajar Aleta. 4 orang maju, mereka juga berjumlah 10 orang.
Aleta melihat tato dilengan wanita itu dan mengenal tato, Aleta tersenyum smirk.
"Dasar mafia pengecut," gumam Aleta.
Ya, mereka adalah dari kelompok mafia Raja. Sebab itulah Aleta mengejeknya mafia pengecut, karena bisanya cuma kabur.
Salah satu dari mereka menendang Aleta, tapi Aleta secepat kilat mengambil pensil yang ia simpan disaku nya. Aleta menahan serangan tersebut dan meletakkan pensil tersebut ketubuh wanita itu. Hanya dalam beberapa detik wanita itu pingsan.
"B***bah!" umpat yang lainnya. Kemudian mereka maju serentak dan melayangkan tendangan kearah Aleta. Dua kaki Aleta tangkis dengan tangannya, dan satu lagi Aleta blokir dengan kakinya.
Braak... Pintu toilet didobrak dengan kasar. Mereka semua menoleh kearah pintu.
"Sayang!" panggil Ars dengan nafas yang belum teratur. Karena ia sempat berlari dari parkiran menuju toilet karena begitu mengkhawatirkan Aleta.
Padahal yang Ars khawatir lebih tangguh dari yang Ars kira.
Salah satu dari wanita itu langsung menyerang Ars. Ars sempat mengelak sehingga tendangan tersebut hanya mengenai angin.
Ars dan Aleta pun melawan mereka semua dengan sungguh-sungguh. Aleta menyetrum dan menyuntik mereka agar pingsan. Tapi ketika sadar mereka tidak akan bisa bergerak.
Tidak semua yang Aleta buat lumpuh, Aleta hanya memilih yang kuat saja untuk dibuat lumpuh.
Didalam toilet mereka terus bertarung. Ada beberapa orang yang hendak ke toilet terpaksa mengurungkan niatnya karena takut melihat perkelahian.
Ada yang memanggil keamanan di mall ini agar segera diamankan.
"Bagaimana kamu tau aku diserang?" tanya Aleta.
"Aku juga diserang saat diparkiran tadi," jawab Ars.
"Ketuanya pengecut," kata Aleta.
"Maksudmu?" tanya Ars.
"Mereka adalah orang utusan kekasih ibu tirimu," jawab Aleta.
Mereka sempat-sempatnya ngobrol saat pertarungan tersebut jeda. Membuat para musuh semakin emosi.
"Kali ini lebih serius," kata Aleta. Ars hanya tersenyum.
Perkelahian mereka berlanjut. Satu demi satu tumbang oleh Aleta dan Ars. keduanya bertos ria saat berhasil mengalahkan mereka semua.
"Lain kali selidiki dulu lawan kalian," ucap Ars pada mereka yang tidak pingsan.
Tidak berapa lama penjaga keamanan pun datang dan segera meringkus mereka semua.
"Diparkiran juga ada Pak," kata Ars.
Mereka dibawa ke pos jaga sebelum dibawa ke kantor polisi.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ars menelisik dan memutar tubuh Aleta untuk memastikan.
"Aku gak apa-apa, justru aku khawatir ke kamu," jawab Aleta.
Ars pun memeluk Aleta. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan Aleta. Padahal Aleta jago berkelahi.
.
.
.