Gadis Penebus Hutang

Edward duduk bersebelahan dengan Anya saat di meja makan,dia melirik sekilas pada sang istri.

"Ak-u ingin iz-in keluar nanti siang"ucap Anya gugup

"Kemana?" tanya Edward cepat

"Ma-af tadi aku memakai sampo mu karena tidak ada lagi sampo yang bisa aku kenakan, pemberian bik Sum tempo hari juga sudah habis jadi aku ingin belanja" jawab Anya pelan

Astaga Edward merutuki dirinya sendiri sangking sibuknya dia melupakan kebutuhan Anya.

"Aku akan minta Joo untuk membelikan nya"

"Tapi aku butuh yang lain" jawab Anya cepat

"Apa? Katakan saja nanti akan aku minta pada Asisten Joo semua kebutuhan mu"

"Hmmm it-u ak-u bisa sendiri,kamu tidak perlu meminta Asisten Joo untuk membelikan nya,biar kan aku membeli kebutuhan ku sendiri aku tak biasa di beli kan orang lain" ujar Anya yang kekeh ingin berbelanja sendiri keluar rumah.

"Baik lah aku mengizinkan kamu keluar tapi dengan sopir dan di jaga oleh orang ku"

"Kenapa harus seperti itu,aku bukan tahanan!" kesal Anya,dia hanya ingin keluar sebentar membeli kebutuhan nya tapi di perlakukan seperti tahanan oleh suaminya sendiri.

"Tidak ada yang bisa membaca pikiran mu,di kawal atau tidak sama sekali" ujar Edward membuat Anya cemberut.

Sudut bibir Edward berkedut saat melihat sang istri merajut,andai saja di izinkan mencium bibir Anya pasti akan dia cium karena gemas melihat sang istri.

"Pakai kartu ini jika kamu ingin belanja sekalian borong apa yang kamu mau agar tidak bolak-balik ke swalayan"ujar Edward meletakkan satu kartu ATM di hadapan Anya.

"Aku masih ada uang" tolak Anya cepat dia tidak mau di nilai matre.

"Jangan membantah ambil kartu ini" tegas Edward membuat Anya terdiam sedangkan bik Sum tersenyum melihat interaksi dua pasutri ini.

****

Rasa penasaran dan cemburu bercampur aduk di hati Anita,dia. Memutuskan untuk mendatangi kantor Arga agar perasaan nya ini tenang.

Anita turun dari taksi lalu berjalan perlahan memasuki kantor Arga.

Anita tertegun melihat sang suami yang tengah jalan beriringan dengan perempuan cantik.

"Mas..."Panggil Anita pelan,Arga melihat ke arah sang istri dan segera mendekati Anita.

"Kenapa kamu ke sini Nit?"

"Ma-s ak-u" belum sempat Anita menyelesaikan ucapannya Arga segera menarik tangan Anita untuk menjauh ke sudut ruangan besar tersebut.

"Kamu kenapa kemari,aku kerja Nita!" tekan Arga kesal

"Apa salah aku merindukan suamiku mas"

"Kamu gila Nita ini jam kerja,apa kata rekan kerja ku kalau kamu ke sini"

"Aku istri kamu mas,kamu malu mengakui nya?"

"Nita,aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran mu ya,aku pulang ke rumah kamu terus menanyakan uang,aku berkerja kamu datang jadi aku harus bagaimana Nita"

"Aku rasa tidak akan ada larangan mas istri mendatangi suaminya sendiri apalagi dalam keadaan hamil"

"Kamu selalu menjadi kan kehamilan mu ini sebagai senjata,aku tidak mau ya kalau aku sampai mendapatkan teguran hanya karena kecemburuan mu yang tidak jelas"

"Mas-"

"Pulang Anita!"bentak Arga

"Tidak"

"Sebentar lagi aku harus keluar kantor,aku tidak mau kalau justru jadi bahan omongan karyawan lain karena kebodohan kamu ini" marah Arga membuat Anita menitikkan air mata nya,entah kenapa dia sekarang malah jadi perempuan yang sangat lemah apa efek dari mengetahui kalau dia bukan anak kandung pak Suryo.

"Aku harus pergi" ujar Arga meninggal Anita berdiri sendiri.

"Mas" panggil Anita tapi tak di hiraukan oleh Arga.

****

"Bibi yakin nggak mau ikut nih bik?" tanya Anya

"Nggak usah An,bibi di rumah saja"

"Ada titipan bik?" tanya Anya

"Terserah kamu mau beli apa"

"Ya sudah aku berangkat ya bi" pamit Anya dan diangguki Bik Sum sambil tersenyum kecil.