Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.
"Mama...!"
Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.
Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkah Aneh
Kini mereka telah berada di pesawat yang tidak lama lagi akan melakukan penerbangan, rupanya pesawat yang mereka naiki adalah pesawat jet eksekutif. Khyra melirik Shaka yang telah menyapa seseorang, yang kelihatannya adalah rekan bisnisnya atau apalah, Khyra tidak tahu. Yang jelas mereka berpakaian formal seperti Shaka.
"Terima kasih telah memilih layanan jet eksekutif kami. Mohon nikmati tinggal Anda, dan kami harap dapat melayani Anda dengan baik," ucap Pramugari.
Khyra dapat merasakan perbedaan pesawat umum dan eksekutif, fasilitasnya benar-benar lengkap. Apa lagi kursinya sangat nyaman yang dapat di atur secara elektronik, dan fasilitas lainnya seperti layar TV, sistem audio. Juga dilengkapi konektivitas internet sehingga tidak akan merasa bosan selama penerbangan.
"Ada apa Lea?" tanya Khyra. Lea terlihat tidak semangat membuat Khyra khawatir.
"Lea tidak apa-apa, Lea hanya ngantuk Ma.." jawab Lea.
"Rupanya Tuan putri ngantuk," ujar Khyra tersenyum lega, dan kemudian mengatur kursi Lea agar Lea bisa berbaring dengan nyaman. "Silahkan tidur sayang.." lanjutnya, perlahan membantu Lea membaringkan tubuh kecilnya. Khyra juga tak lupa memberikan Lea boneka beruangnya. Kemudian Lea tertidur sambil memeluk bonekanya.
Khyra mencari Shaka namun ia tidak menemukannya, tidak lama terdengar bahwa pesawat sudah akan melakukan penerbangan. Khyra masih mencari keberadaan Shaka.
"Tuan Shaka kemana ya?" gumam Khyra.
Setelah berbalik kesana kemari, melihat setiap tempat, namun Shaka tetap tidak terlihat.
"Kamu pasti mencari ku kan?" ucap Shaka yang entah dari mana, Khyra berbalik melihat Shaka yang sudah berdiri di sampingnya.
"Kenapa? Takut?" tanya Shaka.
"Saya tidak takut Tuan, saya cuman penasaran anda dimana," jawab Khyra kemudian mengambil handphone-nya, ia ingin memberikan kabar ke orang tuannya kalau dia sudah berangkat.
Shaka kesal mendengar jawaban Khyra, apa lagi Khyra saat ini mengabaikan keberadaannya dan sibuk bersama handphonenya. Tiba-tiba Shaka berpikir untuk menggodanya sedikit.
"Aku lelah, aku ingin kamu menemaniku beristirahat di ruang tidur," pinta Shaka menyunggingkan senyuman.
"Ya?" Khyra sangat terkejut mendengarnya. Pria di hadapannya meminta untuk di temani di ruang tidur? Khyra tak habis pikir. Khyra juga merasa bahwa sikap Shaka semakin aneh. Sangat berbeda saat awal bertemu.
"Kamu tidak dengar? Aku lelah?" ujar Shaka dingin.
"Maaf Tuan, kita sudah di udara, kenapa Tuan tidak duduk di tempat Tuan, atau pergi saja sendiri ke ruang tidur?" tutur Khyra ketus, ia merasa jika terus meladeni pria di hadapannya yang tak lain adalah bosnya, akan sangat melelahkan.
Namun Shaka tidak memperdulikan ucapan Khyra dan tetap berdiri di tempatnya dengan angkuh, kedua tangannya di lipat, matanya menatap Khyra dengan tajam.
"Tuan lelah kan? Kenapa masih berdiri di sini?" tanya Khyra dengan nada rendah namun terdengar kesal. Kini mata keduanya saling bertemu.
"Aku tidak akan pindah dari sini," tuturnya.
Khyra menarik nafas dan menghembuskan dengan kasar, mencoba menahan dirinya untuk tetap sabar menghadapi bosnya. Shaka tersenyum menyeringai, ia merasa puas karena berhasil membuat Khyra kesal.
"Baiklah.. Saya akan menemani Tuan, tapi sampai di depan ruang tidur saja," ucap Khyra pasrah. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi, tidak ada juga yang berani menegur Shaka karena posisinya sebagai VIP. Jadi tidak heran kalau dia bersikap semaunya.
"Tidak usah! Aku bisa pergi sendiri." ujar Shaka kemudian pergi dengan senyum kemenangan. Namun berbeda dengan apa yang Khyra lihat, di mata Khyra pria itu pergi dengan wajah datar dan menakutkan membuat Khyra merasa bersalah.
"Apa Tuan marah?" gumam Khyra masih menatap punggung Shaka yang telah pergi.
"Sudahlah.." ucap Khyra mencoba melupakannya, ia juga merasa bahwa dirinya tidak salah apapun, jadi Khyra tidak ingin memikirkannya lagi dan lanjut bermain dengan handphonenya.
***
Setelah 7 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba dengan selamat di ibu kota republik rakyat Tiongkok, yaitu kota Beijing, salah satu kota terbesar di dunia.
Mobil yang mereka naiki memasuki sebuah Villa berwarna putih mewah dengan gaya elegan. Shaka menggendong tubuh Lea keluar dari mobil. Begitupun dengan Khyra yang segera keluar dari mobil.
Selain jet eksekutif, mereka juga menempati sebuah Villa, menurut Khyra itu sangat berlebihan karena mereka hanya tiga hari di sana. Yah.. Tidak ada yang dapat di pungkiri dari pikiran orang kaya.
Khyra mengangkat kopernya lalu masuk ke dalam Villa, jantung Khyra berdetak kencang, melihat pemandangan di dalam Villa yang sangat luas, dengan interior mewah. Apa lagi mengingat ia hanya akan tinggal bertiga di Villa besar ini.
"Wah.. Lea suka tempat tinggalnya..!" ucap Lea senang dan berlari ke lantai atas.
"Hati-hati Lea!" teriak Khyra khawatir melihat Lea menaiki tangga.
Kini tinggal Shaka dan Khyra yang masih berdiri di ruang tengah, Khyra terdiam. Ia masih tidak menyangka kalau ia benar-benar hanya akan tinggal selama 3 hari bersama Shaka, meskipun ada Lea namun tetap saja tidak nyaman bagi Khyra.
"Kenapa? Kamu pasti berpikir untuk menikahi ku kan?" ucap Shaka kembali menggoda Khyra, ia tahu kalau semua wanita kagum dengan apa yang dia miliki, dan tidak tahan untuk melemparkan dirinya untuk di nikahi.
"Hah? Tuan ngelanturin apa sih?" jawab Khyra semakin tidak nyaman dengan tiap ucapan Shaka.
"Kamar saya dimana?" tanya Khyra ketus.
"Kamar kita ada di lantai atas," jawab Shaka semakin membuat Khyra kesal mendengar Shaka mengatakan 'Kamar kita'. Khyra merasa Shaka semakin banyak bicara, apa lagi dengan ucapan anehnya.
"Tuan.. Saya tidak ingin bercanda," ujar Khyra lelah memberikan Shaka tatapan sinis. Sedangkan Shaka merasa senang dengan tatapan yang diberikan Khyra.
Shaka melonggarkan dasinya, kemudian ia membuka Jas nya, menyisakan kemeja putih yang menanggal di tubuh kekarnya. Shaka berjalan sembari menggulung lengan kemejanya, sehingga nampak jelas urat tangannya.
Shaka mengambil sebotol air di dalam kulkas dan menuangkannya ke dalam gelas.
"Mau juga?" tawar Shaka.
"Terima kasih, saya tidak haus," tolak Khyra dengan nada pelan, ia hanya ingin Shaka segera mengatakan kamarnya dimana. Tubuhnya sudah terasa lengket, tidak sabar untuk segera bersih-bersih dan menyiapkan makan siang.
"Naiklah, kamar mu ada di lantai dua," pinta Shaka kemudian meneguk segelas air yang berada di tangannya.
Khyra segera mengangkat kopernya menuju lantai dua, namun di cegat oleh Shaka.
"Biar aku yang membawanya," tutur Shaka.
"Ya Tuan?"
"Kamu memang suka ya, aku mengulang perkataan ku, taruh saja koper mu, biar aku yang bawanya kelantai dua," jelas Shaka dengan serius.
"Mama..! cepat Kamri!" teriak Lea.
"Iya Lea tunggu," jawab Khyra setengah berteriak.
"Tidak usah Tuan.. saya bisa membawanya sendiri," ucap Khyra segera mengambil langkah pertama menaiki anak tangga.
"Huh!!" Shaka segera berjalan mendekati Khyra.
"Minggir," pinta Shaka.
Khyra menelan saliva nya karena Shaka tiba-tiba berada di depannya dengan sedikit jarak, dan dengan spontan melangkah mundur memberikan Shaka peluang untuk menaiki tangga lebih dulu.
"Merepotkan," ujar Shaka pada koper yang Khyra bawa dan segera menaiki anak tangga satu persatu.