NovelToon NovelToon
Aku? Jadi Suami Pengganti?

Aku? Jadi Suami Pengganti?

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nur dzakiyah

ig: nrz.kiya

Farel Aldebaran, cowok yang lebih suka hidup semaunya, tiba-tiba harus menggantikan posisi kakak kembarnya yang sudah meninggal untuk menikahi Yena Syakila Gunawan. Wanita yang sudah dijodohkan dengan kakaknya sejak bayi. Kalau ada yang bisa bikin Farel kaget dan bingung, ya inilah dia! Pernikahan yang enggak pernah dia inginkan, tapi terpaksa harus dijalani karena hukuman dari ayahnya.

Tapi, siapa sangka kalau pernikahan ini malah penuh dengan kekonyolan? Yuk, saksikan perjalanan mereka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7: Suami yang Terlambat

Suara burung yang biasanya menenangkan justru menjadi latar belakang dari kekacauan kecil di kamar pengantin itu. Matahari sudah cukup tinggi, tapi Farel masih meringkuk di bawah selimut, tenggelam dalam mimpi panjang setelah semalaman begadang main game.

Di sisi lain, Yena sudah bangun sejak subuh, menjalankan kewajibannya, dan bahkan sempat sarapan ringan. Namun, ketika melihat jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi, dia mulai panik.

“Farel!” teriak Yena, suaranya nyaring seperti alarm darurat.

Farel tidak bergerak.

“Farel, bangun! Lo tau nggak ini udah jam berapa?!” Yena kembali berteriak sambil mendekati tempat tidur.

Masih tidak ada respons. Farel hanya berguling sedikit, menarik selimutnya lebih erat, dan menggumam pelan, “Lima menit lagi, Bu Nia…”

Yena menghela napas panjang, lalu menepuk keningnya sendiri. Dia pikir gue siapa? Pembantunya? Dengan cepat, dia menarik selimut Farel dengan tenaga penuh.

“Farel, bangun! Lo udah telat kerja!”

Farel langsung membuka mata dengan kaget, mengedip beberapa kali sebelum akhirnya menatap Yena yang berdiri di samping tempat tidur dengan tangan di pinggang. Rambut panjangnya sedikit berantakan, dan wajahnya penuh amarah yang tertahan.

“Kerja? Kerja apaan? Kan gue baru nikah, masa langsung kerja?” Farel mengerang sambil memejamkan mata lagi.

Yena mendengus kesal. “Kerja di perusahaan Ayah lo, ingat? Hari pertama lo jadi orang yang berguna buat keluarga!”

Farel membuka satu mata, menatap Yena dengan wajah bingung. “Hari pertama? Ini hari Senin?”

“Bukan cuma Senin, tapi udah jam delapan lebih, Farel! Lo tau nggak kantor buka jam berapa?!” Yena menepukkan kedua tangannya untuk menambah efek dramatis.

Farel langsung duduk dengan wajah panik. “Jam delapan? Gila! Kenapa nggak bilang dari tadi sih?!”

“Dari tadi gue udah teriak-teriak, lo aja yang tidur kayak batu!” balas Yena sambil memutar matanya.

Farel melompat dari tempat tidur, mengambil handuk dengan gerakan panik. Tapi sebelum dia sempat masuk kamar mandi, dia berhenti di depan cermin, menatap dirinya sendiri. Rambutnya berantakan, matanya sembab, dan masih ada bekas bantal di pipinya.

“Buset, gue kayak zombie… gimana gue mau kerja kayak gini?” gumamnya.

“Makanya cepet mandi!” Yena berkata sambil mendorong punggungnya ke arah kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Farel menggerutu sendiri. “Gue belum siap mental buat masuk dunia kerja… gue ini kan Farel, bukan Faris. Mana mungkin gue cocok kerja kantoran…”

Sementara itu, di luar kamar mandi, Yena mendengar semua gerutuan itu dan hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil.

Ketika akhirnya Farel keluar dari kamar mandi, dia sudah mengenakan kemeja rapi, meskipun kancingnya masih salah pasang dan celana bahan. Rambutnya basah, tapi dia tidak berusaha menatanya sama sekali.

Yena menatapnya dari atas ke bawah, menahan tawa. “Farel, kancing baju lo salah.”

Farel menatap dirinya di cermin, lalu mengumpat pelan. “Ah, kenapa gue nggak bisa hidup normal kayak orang lain?”

Yena mendekat dan membantunya mengancingkan kemeja dengan benar. Saat jarak mereka begitu dekat, Farel menatap wajah istrinya yang terlihat serius.

“Kenapa lo ngurusin gue banget, sih?” tanyanya tiba-tiba.

“Karena sekarang lo suami gue,” jawab Yena sambil menepuk pundaknya setelah selesai. “Dan sebagai istri, gue nggak mau suami gue kelihatan kayak orang nggak niat hidup di hari pertama kerjanya.”

Farel tersenyum kecil, tapi dia buru-buru menghapusnya agar tidak terlalu terlihat senang. Dia meraih tas kerja yang sudah disiapkan Yena di atas meja, lalu berjalan menuju pintu.

“Tunggu, Farel,” panggil Yena sebelum Farel sempat keluar.

“Apa lagi? Gue udah telat banget, Yen.”

“Bismillah dulu,” Yena berkata sambil tersenyum kecil.

Farel terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Ya udah, Bismillah.”

Dan dengan itu, Farel pergi, meninggalkan Yena yang hanya bisa berharap suaminya itu bisa bertahan di dunia kerja tanpa membuat masalah baru.

 

Pagi yang cerah di gedung megah milik Aldebaran Group berubah menjadi sedikit riuh dengan kedatangan seorang pria muda yang tidak biasa. Farel, dengan rambut yang hanya disisir seadanya, mengenakan kemeja yang sudah sedikit kusut karena terburu-buru, muncul di lobby perusahaan sambil menggigit roti.

“Eh, itu Pak Faris?” bisik salah satu karyawan di resepsionis.

“Tapi kok gayanya... beda, ya?” balas yang lain, memiringkan kepala.

Beberapa detik kemudian, seorang pria berjas rapi yang mengenali sosok itu segera menepis keraguan. “Itu bukan Pak Faris. Itu adik kembarnya, Pak Farel. Saya dengar beliau baru kembali dari Inggris.”

“Yang sering bikin masalah itu?” seseorang bertanya dengan nada pelan, tapi cukup terdengar.

Farel, yang sebenarnya mendengar komentar itu, hanya mengangkat alis dan tersenyum tipis. Dia tidak peduli. Baginya, selama rotinya aman dan dia bisa mengisi perut, apa pun yang orang lain pikirkan bukan urusannya.

Sambil berjalan ke arah lift, Farel memandang sekeliling dengan santai. Gedung itu memang megah, penuh dengan ornamen modern dan lantai marmer yang bersinar. Tapi baginya, semua itu hanya tanda-tanda dunia yang terlalu serius, dunia yang ingin ia hindari.

Saat pintu lift terbuka, Farel melangkah masuk dengan satu tangan memegang roti, satu lagi dimasukkan ke saku celana. Di dalam lift, beberapa karyawan berdiri dengan canggung, menatapnya sambil berbisik pelan.

“Jadi dia beneran saudara kembarnya Pak Faris?”

“Iya, tapi kayaknya beda banget, ya. Pak Faris itu rapi, profesional, nggak pernah terlihat makan sembarangan.”

Mendengar bisik-bisik itu, Farel menoleh santai dan memasang senyum lebar. “Iya, gue beda banget sama abang gue. Tapi tenang aja, gue nggak gigit kok.”

Karyawan-karyawan itu langsung terdiam, wajah mereka memerah. Lift tiba di lantai 20, dan Farel keluar sambil terus mengunyah rotinya.

Di lantai itu, suasana lebih serius. Para manajer dan staf berpakaian formal terlihat sibuk dengan laptop dan berkas-berkas di tangan. Pandangan mereka semua tertuju pada Farel, yang melenggang santai dengan sepatu sneakers, tanpa jas, dan tetap menggigit roti di mulutnya.

“Pak Farel, selamat datang!” sapa seorang wanita paruh baya yang berdiri di dekat pintu ruang rapat.

“Selamat datang, Pak!” yang lain menambahkan dengan suara penuh antusias.

Farel mengangguk singkat sambil tersenyum. “Iya, iya, santai aja. Gue cuma manusia biasa, kok. Nggak usah formal-formal amat.”

Wanita itu tampak canggung, tapi tetap tersenyum ramah. “Kami sudah diberi tahu soal kedatangan Bapak. Silakan masuk ke ruang rapat, Ayah Anda sudah menunggu.”

“Oh, oke. Tapi gue boleh makan ini dulu, kan?” Farel mengangkat rotinya sambil tersenyum lebar.

Wanita itu tampak bingung sejenak, lalu mengangguk. “Tentu saja, Pak.”

Dengan langkah santai, Farel masuk ke ruang rapat, di mana Pak Syaiful Aldebaran, dimana jika di perusahaan di panggil 'Pak Aldebaran'. Sudah duduk di kursi tengah, dikelilingi oleh beberapa direktur perusahaan. Mata sang ayah langsung menyipit melihat putranya yang baru datang.

“Farel,” panggil Pak Aldebaran dengan nada datar.

“Iya, Pak?” Farel menjawab sambil mengunyah.

“Kamu tahu ini tempat kerja, kan? Dan di sini bukan kantin?”

Farel menghentikan kunyahannya sejenak, menelan, lalu tersenyum. “Tau, Pak. Tapi gue lapar. Kalau nggak makan, nanti gue nggak fokus. Lagian, kan katanya orang lapar itu lebih emosian.”

Pak Aldebaran memijat keningnya, mencoba menahan emosi. “Farel, kamu bisa tidak menunjukkan sisi lebih dewasa? Ini perusahaan besar, bukan tempat main.”

Farel menarik kursi dan duduk santai. “Pak, gue di sini kan karena di suruh. Kalau gue nggak bisa jadi Faris yang dewasa itu, ya jangan paksa gue. Gue cuma jadi Farel, ya, dengan segala paket lengkap gue.”

Ruang rapat mendadak hening. Para direktur saling bertukar pandang, beberapa di antaranya berusaha menyembunyikan senyum. Pak Aldebaran menghela napas panjang, menatap putranya dengan ekspresi penuh kesabaran yang dipaksakan.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi kalau kamu mau kerja di sini, ada aturan. Dan aturan pertama, tidak ada roti di ruang rapat.”

Farel mendengus kecil, lalu dengan berat hati meletakkan sisa rotinya di meja. “Oke, oke. Aturan pertama dicatat.”

Meski terlihat santai, Farel tahu bahwa dunia kerja ini adalah medan perang baru baginya. Dan meski dia tidak suka aturan, setidaknya dia harus mencoba bertahan... untuk sementara.

1
Angel Ine
semangat terus, ceritanya gak berhenti bikin ngakak, selalu mendukung karya k.thor
Angel Ine
Lanjut terus k.thor semangat dalam berkarya
Ana
Pokonya baca semua karya kakak, bisa jadi inspiratif yg baik, karya yg ini tema beda tapi tdk jauh banget dri ciri khas kakak,, ngakak abiss jg bacanya
El
Mampir lagi.. seperti biasa karya kakak luar biasa, apa lgi kali ini tema berbeda..
El
Bener" yee nih farelll...🤦🏻‍♀️😂
Ddek Aish
ada2 aja grup anak spesial. kirain anak disabilitas yang spesial taunya 😂😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: hahaha.. 🤣🥰
total 1 replies
Agnan
Kocak sih ini, keren.. keren..
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih kak, atas dukungannya dan komen positifnya🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
PuputMega Shelviana SuJanii
bahasanya kurang ngena thor, masa ank ngomong nya gue2 k ayahnya, giliran ayahnya jh bz sopan pakex saya
ᏦᎨᎽᎯ~: wajar sih kak, melihat sifat farel ya gtulah.. adapnya kurang🤣 jdi mon maap klw krng nyaman🙏🏻 tp terima kasih udh baca🫶🏻
total 1 replies
Ddek Aish
mampir lagi
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih ya kak, atas dukung setiap karyaku, bakal semakin semngt nihhh🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
Agnan
Haha Kocak si farel😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: beh gercep ya, tenkyu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!