WORST PRINCE

Fairris terduduk lemas di hadapan Lucas, napasnya terengah-engah dan tubuhnya dibasahi keringat.

Di bawah sinar matahari yang menembus jendela aula latihan, bayangan mereka bergerak pelan seiring dengan meredanya gerakan mereka.

"Anda sangat luar biasa, Yang Mulia," puji Fairris dengan sepenuh hati. "Bagaimana bisa anda sekuat ini di usia Anda yang baru menginjak 13 tahun?"

Lucas tersenyum lembut, membantu Fairris berdiri dengan lengannya yang kecil.

"Aku tidak sehebat itu," balas Lucas dengan kerendahan hati. "Keahlian pedangmu lah yang luar biasa, Fairris."

Fairris berdiri dengan bantuan Lucas, merasa rendah diri. "luar biasa apanya?" batinnya. "Aku bahkan tidak bisa mendaratkan satu serangan pun kepadanya," lanjutnya dalam hati, menggelengkan kepala perlahan.

Lucas meletakkan pedang kayunya kembali ke rak dan membersihkan debu dari bajunya dengan gerakan santai.

"Aku akan pergi ke kelas sihir," ucap Lucas, memecah keheningan.

"Eh? Apakah Anda tertarik dengan sihir?" tanya Fairris antusias. "Kebetulan, saya juga akan pergi ke sana."

Lucas menyipitkan matanya, menatap Fairris dengan senyum tipis. "Kau juga ingin ke sana?" tanyanya, sedikit menyeringai. "Sungguh sebuah kebetulan."

Fairris berjalan menuju rak senjata dan menaruh pedang kayunya di sana dengan hati-hati.

"Apakah Anda ingin pergi ke sana bersama?" tanya Fairris sopan dan ramah.

Lucas terdiam sejenak, memandang Fairris dengan penuh pertimbangan. "Tentu saja, mari kita pergi bersama," ujarnya akhirnya.

Mereka berdua berjalan meninggalkan aula latihan Akademi, melintasi lorong-lorong yang megah dengan dinding marmer dan lampu kristal yang bersinar terang.

Lorong-lorong itu mencerminkan reputasi Akademi Kekaisaran Valorian, tempat paling bergengsi di kekaisaran.

"Akademi Kekaisaran..." bisik Lucas, matanya mengamati suasana sekitar.

Para murid dan profesor tampak sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, menciptakan pemandangan yang hidup dan dinamis.

Akademi Kekaisaran adalah lembaga pendidikan paling bergengsi di Kekaisaran Valorian, tempat di mana individu-individu berbakat berkumpul untuk mengasah kemampuan mereka.

Dari ilmu bertarung dan sihir hingga ekonomi, hukum, dan politik, semua bidang dipelajari di sini.

Ini adalah tempat di mana para pemimpin masa depan dibentuk.

Dengan total 32 profesor yang mengajar, masing-masing ahli di bidangnya, akademi ini menjadi pusat keunggulan dan inovasi.

Di balik semua itu, berdiri pendiri sekaligus kepala akademi, Theron, seorang visioner yang menciptakan tempat ini untuk membentuk generasi yang lebih baik.

Lucas dan Fairris akhirnya sampai di depan kelas sihir.

Mereka memasuki ruangan yang luas dengan dinding berwarna coklat dan tempat duduk yang mewah.

Kelas sudah diisi oleh murid-murid akademi, yang tengah sibuk dengan persiapan mereka.

"Kelasnya belum dimulai," ujar Fairris kepada Lucas, matanya menyapu ruangan.

Lucas mengangguk pelan, setuju. "Kau benar," jawabnya singkat.

Mereka melangkah masuk dan duduk bersebelahan, menunggu dengan sabar.

Lucas dan Fairris langsung menjadi pusat perhatian dari orang-orang. Bisikan-bisikan pun mulai terdengar.

"Bukankah itu pangeran ketujuh? yang dijuluki pangeran terburuk."

"Pangeran terburuk? bukankah julukan itu sudah hilang darinya setelah mengalahkan pangeran kedua satu bulan yang lalu..?"

"Seorang keluarga kekaisaran bergaul dengan seorang bangsawan jatuh? yang benar saja."

Lucas melirik dengan tajam orang-orang yang berbicara tentangnya diam-diam.

"Berani sekali kalian berbicara buruk kepada seseorang dari keluarga Kekaisaran..?! Apakah kalian mengerti apa yang telah kalian perbuat..!!!?" Suara Lucas menggema di seluruh ruangan.

Seluruh orang yang berada di sana gemetar ketakutan karena ancaman Lucas.

Namun, tiba-tiba terdengar suara tawa dari depan kelas. "huhuhu"

Tekanan ketakutan yang diberikan Lucas langsung menghilang seketika terkena sebuah gelombang sinar biru.

Seorang pria dewasa muncul di ruang kosong di hadapan murid, rambutnya berwarna biru cerah, serta memiliki wajah yang tampan.

"Woahh.." Fairris terpana dengan kedatangannya. "Bukankah itu kepala akademi, Theron?"

Lucas menatap pria itu dengan sangat tajam, dia juga menatap Lucas balik dengan senyuman.

"Lucas De Valorian, Di akademi ini seluruh murid memiliki hirarki yang sama." panggil Theron dengan tajam. "Jadi jangan gunakan statusmu untuk menekan yang lebih rendah, oke?." Jelasnya.

Lucas melirik ke arah Fairris, kemudian dia berdiri dengan percaya diri.

"Maafkan saya kepala akademi, sebelumnya saya sedikit terbawa suasana," ucapnya, ekspresinya langsung berubah menjadi ramah.

"Baiklah." Theron tersenyum ramah. "Menyesuaikan diri di akademi ini memang lah sulit."

Orang-orang yang berada di sana akhirnya bisa bernapas lega.

"Pangeran Ketujuh, Lucas de Valorian," batin Fairris dengan penuh kekaguman. "Sekuat apa dia sebenarnya...??!!"

Theron mengeluarkan sebuah tongkat kayu kecil. "Aku tidak perlu memperkenalkan diri, karena sepertinya kalian semua sudah tahu siapa aku," ucap Theron dengan percaya diri.

"Sepertinya kali ini kalian akan diajari olehku." Katanya sambil memainkan tongkat kayunya. "Lagipula, aku sudah terlanjur di sini."

Mereka semua sangat senang mendengar hal tersebut.

"Diajar oleh master segala bidang? ini bukan mimpi, kan?"

"Apakah ini sungguhan? diajar oleh kepala akademi?"

Fairris yang berada di sebelah Lucas pun ikut senang, ekspresinya sangat terlihat.

Fairris menoleh ke arah Lucas, kemudian berkata. "Yang mulia, coba tampar saya."

Lucas menengok ke arah Fairris. "Tentu," jawabnya.

Plak!

Lucas langsung menampar Fairris. "Sudah," ucap Lucas.

Fairris menyentuh pipinya yang merah akibat tamparan Lucas. "Astaga, ini nyata!" gumamnya penuh kebahagiaan.

Lucas mengalihkan perhatiannya kembali kepada Theron.

"Theron... dia adalah orang yang pantas memiliki julukan sebagai manusia sempurna," gumam Lucas dalam hati.

"Penampilan, kemampuan, prestasi, dia telah memiliki segalanya," lanjutnya. "Dan dia adalah orang terkuat kedua di dunia saat ini, hanya berada di bawah Kaisar Edgard sedikit."

Theron bertepuk tangan sekali, membuat seluruh orang yang berada di kelas sihir langsung diam.

Theron tersenyum sinis sambil menyipitkan matanya, dan berkata.

"Tema pelajaran kita hari ini adalah; Apa itu Mana."