NovelToon NovelToon
Alone

Alone

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: NurFitriAnisyah

Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....

Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alone 21

“Tidak....”

Ujar Rangga, yang membuat manik netranya membulat sempurna saat melihat korban yang baru saja di turunkan dari ambulance.

“Kenapa, Bang?” Tanya Arkan yang berada di belakang Rangga.

Arkan tiba-tiba berteriak begitu melihat brankar yang telah berada di depan matanya.

“Tidak! Arhan! Bang Arief!” Teriaknya.

“Tidak... hiks... hiks...” Teriak Arkan di iringi isak tangisnya.

Flashback on.

Arief dan Arhan mengalami kecelakaan saat pulang dari mansion lama pamannya, Reza. Yang saat itu sedang mencari keberadaan Reza. Saat itu, Arief berkendara dengan sangat hati-hati karena mengetahui jalan yang akan mereka lewati akan sangat licin karena cuaca buruk akhir-akhir ini.

Akan tetapi, ada truk pengangkut barang yang datang dari belakang mereka yang terlihat melaju dengan kecepatan tinggi sebelum akhirnya menabrak mobil yang mereka kendarai. Setelah sempat oleng mobil yang mereka kendarai tersebut menghantam dinding pembatas jalan sebelum akhirnya berhenti.

“Ba... ng..., Bang... Arief...”

Ujar Arhan lemah, sebelum akhirnya ikut pingsan di sebelah Arief yang sudah tidak sadarkan diri, dengan darah yang terus mengalir keluar dari tubuhnya yang penuh dengan luka.

Flashback off.

“Tidak!” Teriakan dan tangis Arkan pecah begitu mendapati ke dua saudaranya di atas brankar dengan luka yang sangat parah.

“David, lebih baik kau tidak ikut melakukan pertolongan emergency. Kau tenangkan saja dirimu dulu.” Titah Rangga yang melihat keadaan Arkan yang begitu syok.

“Tidak Bang... aku... hiks... aku harus menyelamatkan mereka! Izinkan aku ikut Bang....” Ujar Arkan sembari menahan pintu ICU yang hendak di tutup oleh Rangga.

“Kau tunggulah di sini, biar Abang dan dokter lain yang menangani mereka berdua!” Titah Rangga lagi.

“Tidak! Tolong izinkan aku masuk, Bang. Mereka saudaraku... biarkan aku yang menyelamatkan mereka.” Ujar Arkan memohon dan mulai menghapus air matanya agar Rangga memberikan izinnya.

“Gelar Dokter ku sama sekali tidak akan ada artinya, jika aku tidak bisa menolong saudara ku sendiri, Bang.” Ujarnya lagi, kali ini dengan menatap dalam mata Rangga.

“Baiklah....” Ujar Rangga setuju.

Rangga yang akhirnya mengizinkan Arkan untuk ikut dalam pertolongan emergency untuk Arief dan Arhan, karena Rangga melihat kesungguhan di mata Arkan.

“Arhan... ini pasti sangat sakit....” Ujar Arkan yang saat ini berada di dalam ruang ICU.

Tiba-tiba tangan Arhan mencengkram lengan Arkan begitu keras.

“Sakit...”

Terdengar lenguhan Arhan dengan nafasnya yang berat.

“Ya, Abang akan sedikit mengurangi rasa sakit mu. Abang yakin kamu pasti kuat... Han.” Ujar Arkan mengelus lembut tangan Arhan.

“Bang Arkan... tolong, tolong Bang Arief...” Pinta Arhan dengan suaranya yang semakin lirih.

“Tentu saja, kau harus kuat... Bang Arief juga sedang berjuang.... Abang janji semua akan baik-baik saja, jadi kau juga harus berjuang.” Tutur Arkan yang terus menyemangati sang adik.

Tak ada jawaban lagi dari Arhan, hanya terdengar suara monitor hemodinamik yang naik turun tak beraturan. Semua yang berada di ruangan itu berjuang dan bernegosiasi dengan malaikat maut yang melihat kerja kerasnya para Dokter merebut nyawa yang berada di tangan takdir.

“Arief... ayolah... kau kuat.” Ujar Rangga yang mencoba mengembalikan detak jantung Arief yang mulai melemah.

Denyut jantung Arief semakin lemah, dan akhirnya berhenti.

“Tidak! Arief... jangan menyerah, kamu pasti bisa Arief.” Ujar Rangga yang terus mencoba menyelamatkannya Arief.

Rangga terus melakukan CPR pada arief, serta mencoba segala yang dia bisa. Sementara Arkan yang menjadi Asisten Dokter dalam operasi kali ini, terdiam membeku menatap layar monitor elektrokardiogram Arief yang hanya bergambar garis lurus.

*Elektrokardiogram adalah prosedur medis yang dilakukan untuk memeriksa fungsi jantung, termasuk aktivitas kelistrikannya.*

“Tidak! Bang Arief...”

Ujar Arkan yang merasa udara yang di hirupnya seakan tercekat di tenggorokannya, buliran bening pun mengalir begitu saja.

Rangga yang melakukan CPR pada Arief menoleh menatap Arkan penuh dengan rasa bersalah, Rangga menundukkan kepalanya di samping telinga Arief dan berbisik.

“Arief, kembalilah... Abang akan mengembalikan adikmu, Arkan.” Bisik Rangga.

Sesaat setelah Rangga berbisik seperti itu, layar monitor elektrokardiogram Arief yang awalnya hanya bergambar garis lurus, perlahan kembali terdengar suara monitor elektrokardiogram yang naik turun tak beraturan. Seakan Arief mendengar yang di katakan Rangga padanya.

Azel dan Renata yang mendapatkan kabar dari rumah sakit bahwa kedua putranya mengalami kecelakan, segera pergi ke rumah sakit dan menunggu di depan ruang ICU.

Hampir tiga jam Arkan dan Rangga berada di ruang ICU untuk memberikan pertolongan pada Arhan dan Arief, mereka keluar dari ruang ICU dengan wajah tertunduk lesu dan penuh dengan keringat.

Azel dan Renata terkejut melihat Rangga ada di rumah sakit ini, mereka saling menatap satu sama lain dan semakin yakin jika Dokter yang ada di samping Rangga saat ini adalah anak mereka Arkan Pratama. Rangga memalingkan wajahnya dari Paman dan Bibinya itu, dirinya masih merasa kecewa dengan perlakuan mereka pada Arkan.

“Rangga... bagaimana keadaan Arief dan Arhan?” Tanya Azel sembari menahan tangan Rangga yang hendak melangkah pergi.

“Mereka kritis. Terutama Arief... livernya mengalami kerusakan akibat benturan keras, dan dia harus mendapatkan pendonor secepat mungkin.” Ujar Rangga.

“Arkan....” Ujar Renata meraih tangan Arkan dan menggenggamnya.

“Tolong selamatkan mereka.... Kami sudah kehilanganmu. Bunda mohon jangan biarkan... Bunda kehilangan Abang dan Adik mu juga....”

“Bunda, sudah kehilangan ku? Berarti Bunda telah menganggap ku tiada.” Batin Arkan, yang hatinya bak di tusuk ribuan belati secara bersamaan.

“Bunda, jangan cemas. Aku akan terus memantau keadaan mereka, aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Bang Arief dan Arhan.” Ujar Arkan menenangkan sang ibu.

Meskipun hatinya sakit, mendengar perkataan sang ibu. Arkan tetap berusaha menenangkan sang ibu yang sedang sedih dan khawatir terhadap kondisi Abang dan adiknya.

“Boleh Bunda masuk, Nak?”

“Ya, silahkan... ayo Arkan temani.” Ujar Arkan sembari merangkul pundak sang ibu masuk ke dalam.

“Rangga, paman sangat kecewa padamu. Paman telah memberi mu kepercayaan untuk pengobatan Arkan di luar negri. Tapi, mengapa kau mengkhianati kami.” Ujar Azel.

“Kau tega membuat kami merasa takut, karena tak pernah mendapat kabar dari kalian, hampir 6 tahun kami menunggu. 6 tahun! Kau dan Arkan buat kami sekeluarga berada dalam kesedihan, Rangga.” Ujarnya lagi.

“Dan puluhan tahun, kalian membuat Arkan sedih dan menderita.... Bukankah kalian sudah terbiasa menganggap Arkan tak pernah ada?” Balas Rangga dingin.

“Ya, kami memang salah. Tapi kami sudah meminta maaf padanya, jika memang dia tidak mau memaafkan kami... dia bisa mengatakannya secara langsung, bukan dengan cara menghilang dan berpura-pura menjadi orang lain.”

“Apa sulitnya mengatakan jika dirinya sudah tidak mau tinggal bersama kami. Agar kami juga tidak selalu kepikiran macam-macam.”

Rangga geram dan makin kecewa dengan perkataan Azel pun angkat bicara.

“Aku yang memintanya melakukan semua ini, karena aku tidak mau Arkan di sakiti terus oleh keluarganya sendiri. Dia terlalu baik untuk kalian.” Ujar Rangga dan berlalu pergi.

Renata dan Arkan masuk ke dalam ruang ICU. Dimana Tubuh Arhan dan Arief terbaring lemah di atas brankar. Tubuh keduanya penuh dengan peralatan medis yang membantu proses pengobatan mereka.

“Arief... Arhan... bangun... lihatlah! Saudara kalian sudah ada di sini... kalian sangat merindukannya, kan?”

“Arkan... mereka akan baik-baik saja, kan?” Tanya Renata.

“Maaf Bunda... untuk sekarang Arkan tidak bisa berkata apa-apa... tapi, Arkan akan berusaha yang terbaik untuk kesembuhan mereka.” Jawab Arkan yang ikut sedih melihat sang ibu mulai menangis.

“Arief, Arhan, kalian putra Bunda yang kuat... kalian harus kuat... jangan tinggalin Bunda, Nak... hiks... hiks.” Ujar Renata tersengal di iringi isak tangis.

Arkan pun turut menangis, karena tak mampu lagi membendung kesedihan melihat kondisi kedua saudaranya. Arkan keluar ruangan meninggalkan sang ibu ditemani sang ayah yang baru saja masuk.

“Arkan....” Panggil Azel.

“Ya, Ayah.”

“Kau mau kemana?”

“Ke ruangan bang Rangga, aku harus membicarakan dan mencari cara untuk menyelamatkan Arhan dan bang Arief, Yah.”

“Oh, baiklah. Ayah percaya padamu, kau pasti bisa menyelamatkan mereka berdua.”

“Baik, Ayah.” Ujar Arkan dan berlalu pergi.

Skip ruang pribadi Rangga.

“Bang Rangga....” Panggil Arkan pelan dan berhenti sesaat.

“Aku akan mendonorkan hatiku untuk bang Arief.” Ungkapnya.

“Apa kau sudah tidak waras?! Abang tahu kau menyayangi mereka,, tapi kau juga harus menyayangi dirimu sendiri!” Ujar Rangga.

“Maaf Bang, aku hanya memberitahu mu, bukan untuk meminta izin dari mu.” Ujar Arkan namun dengan menundukkan kepalanya.

“Wah! Sungguh mulia sekali dirimu. Ingat Arkan... Abang sudah 2 kali menyelamatkan hidup mu!”

“Dua kali! Dua kali, kau hampir mati karena Arief. Jika kali ini kau nekat melakukannya maka jangan pernah memanggilku Abang lagi.” Tegas Rangga.

“Tapi keadaan bang Arief sedang kritis, kita harus cepat menemukan donor untuknya.” Ujar Arkan dengan netra yang mulai berkaca-kaca.

“Lalu?”

“Dia Abang ku... Aku harus menyelamatkannya.”

“Baik! Baiklah... donorkan saja semua organ tubuh mu! Hati, jantung, paru-paru, mata dan ginjalmu yang cuma tinggal satu itu. Banyak di rumah sakit ini yang membutuhkannya. Aku hanya akan menyiapkan pemakaman untuk mu... dan kau akan menjadi malaikat di surga!” Bentak Rangga kesal.

Mendengar bentakan dari Rangga, membuat hati Arkan begitu berdenyut. Dia merasa jika keinginannya telah menyakiti perasaan orang yang selama ini telah menyelamatkan hidupnya.

Arkan tertunduk dan keluar dari ruangan Rangga dengan hati gundah dan dilema. Dirinya tidak ingin membuat Rangga kecewa, tapi dia juga tidak ingin jika Abangnya berada dalam bahaya.

Arkan mengusap kasar wajahnya, ingin rasanya Arkan berteriak sekencang-kencangnya dan mengeluarkan semua beban yang telah lama bersemayam dalam hatinya.

Arkan memilih kembali ke ruangan Arhan dan Arief, di sana Azel mulai bertanya hasil pembicaraannya dan Rangga. Karena tak ingin sang Ayah terlalu khawatir, Arkan mengatakan bahwa Arhan dan Arief akan baik-baik saja. Setelah mendengar hal itu, Azel merasa tenang.

Dan Azel baru mulai bertanya tentang kenapa Arkan berubah, dan Arkan menjelaskan semuanya pada sang Ayah.

“Arkan... sebegitu dendamnya kah kau pada kami semua, Nak?” Tanya Azel setelah mendengar penjelasan Arkan.

“Maafkan Arkan... Ayah, Bunda...”

“Ayah mohon padamu Nak. Tolong selamatkan Arhan dan Arief. Jangan biarkan hal buruk terjadi pada mereka...” Ujar Azel mengabaikan ucapan Arkan.

“Yah... Ayah tenanglah. Arkan tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Bang Arief dan Arhan.”

“Arhan... kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa? Bangun Han...” Ujar Shalwa tersengal di iringi dengan isak tangisnya.

“Shalwa Aditama....” Batin Arkan, yang melihat sosok yang sangat tidak asing untuknya masuk kedalam ruangan.

“Bangun Han... buka matamu, jangan membuatku takut seperti ini....” Ujar Shalwa terisak.

Ingin rasanya Arkan menenangkan wanita yang ada di depannya, namun dia tak berani. Bayangan masa lalu masih menyisakan luka saat dirinya harus merelakan wanita yang sangat dia cintai itu menjadi milik orang lain.

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

1
IR WANTO
taiiii
IR WANTO
kok dokter pada tolol
IR WANTO
tolol lc goblog...
Nunu Hasan
orang tua y kaya iblis.egois tida tau malu
Nunu Hasan
biarturasa kelurga itu
Nunu Hasan
mudah bapa y jatoh dari kapal terbang.tapi bapa y ajah jangan sama orang lain...
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
happy ending...😁😁
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
kenapa harus meninggal thor..duh kapan bahagianya arkan
❤️⃟Wᵃf~알레나 (Alenα) ⍣⃝కꫝ 🎸
alhamdulillah sudah ada perubahan dalam diri Arkan, Cita-cita dan harapan dia sudah terwujud, tinggal menyambut kebahagiaan bersama keluarga nya
❤️⃟Wᵃf~알레나 (Alenα) ⍣⃝కꫝ 🎸
syukur deh mimpi membawa perubahan, tinggal Arif aja nih yang masih sinis terhadap Arkan
❤️⃟Wᵃf~알레나 (Alenα) ⍣⃝కꫝ 🎸
ampuunnn thoorr ternyata ini cuma mimpi, air mata udah menetes 🚶🏻‍♀️🚶🏻‍♀️
tapi syukur deh, semoga dengan mimpi itu sang ayah bisa merubah sikap nya sama Arkan
❤️⃟Wᵃf~알레나 (Alenα) ⍣⃝కꫝ 🎸
menyesal kah sekarang ketika melihat Arkan sudah tak berdaya
dan buat bunda jangan hanya bisa menyalahkan saja kau juga sama 🤧
❤️⃟Wᵃf~알레나 (Alenα) ⍣⃝కꫝ 🎸
ternyata Arkan donorin ginjal nya buat Arif dan lagi dia koma, itu pula yang menyebabkan Arkan tidak menjenguk atau memberikan semangat buat Arif.
duh kalau Arif tau pasti nyesel banget itu, Arkan udah berkorban buat dia
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
alone alone alone...
arkan selalu sendiri padahal memiliki keluarga yang lengkap
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
bisa aja nih Arkan, kalau memang suka bilang dong jangan diam bae
bbip20
Banyakkk banyak banget yg kamu dan keluarga g tau tentang Arkan
bbip20
Tapi emng selalu menjadi pertanyaan buat aku, kenapa? kenapa anak tengah/kedua tuh di gituin? di beda2in. rasanya tuh kit heart bangettt, punya keluarga tpi kyk sendirian 😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan jangan meninggal dulu, kamu harus kuat ayo bangun lah Arkan ada Rafi yang menunggu mu😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tidak mungkin.... ini hanya mimpi kan😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Semoga berubah beneran ayahnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!