NovelToon NovelToon
Aku Menolak Menjadi Pemeran Figuran

Aku Menolak Menjadi Pemeran Figuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:40.1k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Naya wanita cantik yang berumur 27 tahun mendapati dirinya terbangun didunia novel sebagai pemeran tambah yang berakhir tragis. Naya merasuk kedalam tubuh Reka remaja cantik yang berusia 18 tahun. Reka memiliki keluarga yang sangat amat menyayanginya, mereka rela melakukan apapun demi kebahagiaan Reka. Meskipun memiki keluarga yang sangat amat mencintainya sayangnya kisah percintaan Reka tidak berjalan dengan baik. Tunangannya Gazef lebih memilih pemeran utama wanita dan meninggalkan Reka. Reka yang merupakan pemeran tambahan akhirnya menjadi batu pijak untuk kebehagian Gazef dan Rosa, Reka harus mati demi kebahagiaan pemeran utama dalam novel.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Reka, Felly, dan Arga keluar dari restoran dan berjalan menuju mobil mereka. Suasana malam yang biasanya menyenangkan kini terasa hampa dan penuh ketegangan. Mereka bertiga memasuki mobil dengan diam, Reka mengambil duduk disamping kemudi sementara Felly dan Arga duduk di kursi belakang, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Saat mobil melaju meninggalkan mal, keheningan yang tebal memenuhi udara. Felly dan Arga duduk terpaku, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang kacau. Mereka mencoba memahami dan mencerna apa yang baru saja mereka ketahui.

Felly memegang erat tangannya sendiri, merasakan dingin dan ketegangan yang menyelimuti tubuhnya. Ia ingin sekali membantah perkataan Reka bahwa mereka hidup dalam dunia novel, tapi setelah melihat pelayan yang membeku tadi, dia tidak bisa berkata-kata apa-apa selain terdiam syok.

Perjalanan pulang terasa begitu panjang, dengan keheningan yang hanya diisi oleh suara deru mesin mobil. Sore itu, Felly dan Arga terdiam dalam kebisuan, memikirkan kenyataan baru yang mengubah pandangan mereka tentang dunia.

Mobil Reka melambat dan akhirnya berhenti di depan jalan menuju rumah Arga. Sore yang berganti malam, dan lampu-lampu jalanan memberikan cahaya redup yang memantulkan bayangan mereka di sepanjang jalan.

Arga melepaskan sabuk pengamannya dan menatap Reka dengan pandangan penuh terima kasih. "Reka, antar aku sampai di sini saja. Aku bisa jalan sendiri ke rumah," ujarnya.

 "Baiklah, Arga. Hati-hati di jalan," kata Reka mengangguk, memahami keinginan Arga untuk sendiri sejenak.

Arga keluar dari mobil, lalu menutup pintu perlahan. Dia melambai pada Reka dan Felly sebelum berjalan menuju rumahnya. Dengan langkah pelan, Arga menghilang di balik bayangan malam, masih merenungkan segala hal yang baru saja terjadi.

Reka melanjutkan perjalanan, kali ini menuju rumah Felly. Keheningan kembali mengisi mobil mereka. Felly masih tenggelam dalam pikirannya, sesekali melirik Reka yang fokus pada jalan di depannya. Akhirnya, mereka sampai di depan rumah Felly.

Reka menghentikan mobil dan menoleh ke arah Felly. "Sampai sini, Felly. Istirahatlah. Kita akan bicara lagi besok."

Felly mengangguk pelan, membuka pintu mobil dan keluar. Sebelum menutup pintu, dia melihat ke arah Reka. "Terima kasih, Reka. Hati-hati di jalan pulang," ujarnya.

 "Selamat malam, Felly," kata Reka tersenyum tipis dan mengangguk.

Felly menutup pintu mobil dan berjalan menuju rumahnya, sementara Reka mengamati hingga dia masuk ke dalam rumah. Setelah Felly masuk, Reka menghela napas panjang, lalu menyalakan mesin mobil dan melaju pulang.

Perjalanan pulang Reka terasa sepi, meski pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan.

Saat masuk ke dalam mansion, Reka segera disambut oleh suara riang dan tingkah konyol kakaknya, Arsan. Suasana yang sebelumnya tenang seketika berubah menjadi riuh dengan kehadiran Arsan yang selalu penuh energi.

"Yuhuuuu, my curut sudah pulang sayang! Kenapa baru pulang, curutku?" seru Arsan dengan nada ceria yang berlebihan.

Reka memutar mata malas mendengar panggilan baru yang diberikan kakaknya. Panggilan "curut" yang entah dari mana asalnya selalu membuatnya kesal.

"My curut, suaranya mana? Ciiit... Ciiit... Ciiit," lanjut Arsan sambil menirukan suara tikus dengan gaya yang sangat konyol.

Reka mengepalkan tangan, menahan rasa kesal yang semakin memuncak melihat tingkah laku Arsan yang begitu random. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya.

"Arsan, bisakah kamu berhenti memanggilku dengan panggilan itu?" kata Reka akhirnya, dengan nada tegas yang mencoba menyembunyikan kemarahannya.

Arsan hanya tertawa kecil, tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh kemarahan adiknya. "Oh ayolah, Reka, ini hanya bercanda. Kamu tahu aku sayang kamu, kan?"

Reka hanya mendesah, memutuskan untuk tidak melanjutkan perdebatan. Dia berjalan melewati Arsan, menuju kamarnya untuk mendapatkan sedikit ketenangan setelah hari yang panjang dan penuh kejadian aneh.

Meskipun kesal, Reka tahu bahwa Arsan hanya mencoba menghiburnya dengan cara yang tidak biasa. Namun, malam itu, Reka lebih membutuhkan ketenangan dan waktu untuk merenungkan segala sesuatu yang baru saja terjadi daripada candaan kakaknya yang berlebihan.

Reka melangkah cepat menuju kamarnya, namun Arsan tak membiarkannya pergi begitu saja. Dengan gaya yang semakin konyol, Arsan terus mengikuti Reka, tak henti-hentinya bertingkah random.

"Oh my curut, kenapa kamu meninggalkan Bambang tampan Arsan yang menggoda iman... Ciiit... Ciiit," seru Arsan sambil menirukan suara tikus dengan semangat berlebihan.

Reka menghentikan langkahnya, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. "Tolong diam dan berhenti bertingkah aneh, Kak," ujarnya dengan nada tegas.

"Oh nooo, my curut marah pada pria tampan yang tidak tahu kejamnya dunia," balas Arsan dengan nada dramatis, berpura-pura terluka oleh kata-kata Reka.

Reka, yang sudah mencapai batas kesabarannya, tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menatap Arsan dengan tajam. Tanpa berkata apa-apa, dia melepaskan sepatu yang dia pakai dan menggenggamnya erat.

"Reka, apa yang...?" Arsan tidak sempat menyelesaikan kalimatnya saat melihat ekspresi Reka yang sudah sangat kesal.

Dengan gerakan cepat, Reka langsung mengejar Arsan yang segera menyadari situasi dan mulai berlari menghindar. Gelak tawa Arsan terdengar di seluruh mansion saat dia berlari dengan cepat, diikuti oleh Reka yang berusaha memukulnya dengan sepatu.

"Kak Arsan, berhenti sekarang juga atau aku benar-benar akan memukulmu!" teriak Reka, meski ada sedikit senyum di wajahnya.

Arsan hanya tertawa lebih keras, terus berlari mengelilingi ruang tamu dengan Reka di belakangnya. Meskipun kesal, Reka tak bisa menahan tawa kecil yang mulai muncul. Arsan, dengan segala tingkah konyolnya, selalu tahu bagaimana mengubah suasana hati adiknya.

Malam itu, meskipun penuh dengan kejadian aneh dan berat, setidaknya Arsan berhasil membuat Reka melupakan sejenak kekhawatirannya dan tertawa, meski hanya sebentar.

Arsan terus berlari mengelilingi ruang tamu, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Reka masih mengejarnya. Dalam kegembiraannya, dia tidak menyadari bahwa dia berlari langsung ke arah Gred yang baru saja masuk ke ruangan.

Dengan suara benturan yang cukup keras, Arsan menabrak tubuh kekar Gred. Keduanya terhuyung, tapi Gred tetap berdiri kokoh. Arsan, di sisi lain, langsung menelan ludah dengan kasar, merasa panik melihat tatapan tajam dari kakak laki-lakinya.

Gred, dengan mata penuh ketegasan, menatap Arsan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Arsan merasakan kegugupan yang mendalam, tahu bahwa dia telah membuat kesalahan dengan mengganggu Reka terlalu jauh.

Reka, yang melihat Gred, segera berlari dan memeluk tubuh kakaknya yang kekar itu. "Huaaaa, Kak Gred, tolong Reka! Kak Arsan terus mengganggu Reka yang imut ini," kata Reka sambil menjulurkan lidahnya ke arah Arsan yang masih menatapnya dengan tatapan syok.

Gred menghela napas, merasa geli namun tetap menjaga wibawanya. "Arsan, kenapa kamu selalu membuat masalah?" tanyanya dengan nada tenang namun tegas.

Arsan mengangkat tangan sebagai tanda menyerah, mencoba memasang senyum canggung. "Maaf, Kak Gred. Aku hanya bercanda dengan Reka."

Gred menggelengkan kepala pelan, lalu menepuk bahu Arsan dengan sedikit lebih keras dari biasanya. "Jaga tingkah lakumu, Arsan. Kamu tahu Reka butuh istirahat."

Arsan mengangguk cepat, lalu melihat Reka yang masih memeluk Gred sambil tersenyum nakal. "Baiklah, baiklah. Aku akan berhenti mengganggu curutku," katanya, mencoba mengembalikan suasana dengan candaan ringan.

Reka melepaskan pelukannya dan menatap Gred dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Kak Gred. Kamu selalu ada untuk melindungi Reka."

Gred tersenyum tipis dan mengangguk. "Selalu, Reka. Sekarang, kalian berdua tenang dan beristirahat, ya."

1
Yui
Luar biasa
Dede Mila
baca
Aisyah Suyuti
seru
Black Moon
Masih nunggu up nya, Thor.
renaa.
di chapter sebelumnya si arsan manggilnya cebol, trs micro sister, lah skrg malah kunti bogel 🙂
zakia Mutmainah
kenapa harus nolak reka? padahal kalo reka sama kael itu pasti cocok banget
Black Moon
Kalo Gw jadi Kael juga pasti mikirnya ke arah situ, sabar ya Kael tapi bukan itu yg mau dibicarakan 🙈
✓🥀 forever
suka/Heart/

smngt Thor
Moly
Lanjut...
charis@ŕŕa
up 1 lg dong
Erni Nofiyanti
pusing bacanya muter2,
Erni Nofiyanti
kirain mukanya rusak
Midah Zaenudien
cukup bagus cuma aku belum faham alur x
@ImIm: *Biar typo
@ImIm: Reka aka naya dipaksa sama author buat mengikuti cerita novelnya dimana Reka aka naya harus mati. Karena Reka menolak dan mencoba mengubah alur cerita biara tidak mati akhirnya author (penulis novel) memutar waktu. Dibagian pertama Reka berhasil memutuskan pertunangan tapi Reka tidak tahu kalau keluarganya mencelakai Rosa dan Gazef pemeran utama dalam cerita novel makanya Reka sempat bingung kenapa dia tiba-tiba ke tarik kembali ke awal cerita dimana dia masih berstatus tunangannya Gazef. Dibagian kedua dimana Reka menembak Gazef disitu titik awal Reka sadar kalau terjadi sesuatu yang buruk kepada pemeran utama maka Reka akan di tarik paksa kembali ke titik awal cerita.

Semoga paham dengan penjelasannya
total 2 replies
Black Moon
Ditunggu up selanjutnya, semangat Author
Lippe
kata cebol dengan berat hati masih keterima. Tapi..... MICRO???
semungil itu😭😭😭😭
Neng Rusyanah
Luar biasa
Grey
apa jangan² karena perasaan kael? author nya terlalu terobsesi sama peran si kael? atau author nya terobsesi sama ending dari pemeran utama yg dia ciptakan?
Grey
kirain gegara kata rawrr nya😂🤣
Grey
kenapa harus Kunti bogel😂🤣
vio~~~~
serem juga ya si arsan kayak psyco..😬😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!