NovelToon NovelToon
Tuan Adipati, Sang Putri Hanya Ingin Punya Bayi

Tuan Adipati, Sang Putri Hanya Ingin Punya Bayi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Romansa / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:802k
Nilai: 4.9
Nama Author: Zhuzhu

Setelah bertransformasi menjadi bayi, mantan kepala badan intelijen rahasia, Cheng Yao yang tumbuh besar dan dikenal sebagai Putri Danyang yang malas dan tidak berguna ditipu oleh Kaisar dan dikirim ke perbatasan untuk menikahi Adipati Ning. Adipati Ning adalah adik sepupu Kaisar, dan Cheng Yao menganggap bahwa suaminya adalah pria tua yang jelek.

Namun, setelah melihat wajah asli Adipati Ning, Cheng Yao mengubah pemikirannya dan berkata ingin punya anak dengan Adipati Ning.

Adipati Ning mengabaikannya, namun dia kemudian menyadari bahwa Cheng Yao berkaitan erat dengan Master Qiheng dari Paviliun Zhanbai, organisasi intelijen rahasia nomor satu di dunia persilatan.

Akankah Cheng Yao mendapatkan keinginannya untuk memiliki anak dari Adipati Ning, Ning Ziyu tanpa menyingkirkan bayangan yang ia sembunyikan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 25: Festival Perahu Naga

Festival Perahu Naga tahun ini sudah tiba.

Rakyat Kota Feng beramai-ramai memadati kota untuk menikmati waktu festival yang dibuat sangat megah ini. Seperti tahun baru, pada malam hari ada banyak kembang api yang menyala di langit. Keramaian dan kemeriahan festival ini begitu menggoda.

Cheng Yao pergi ke pusat kota untuk menikmatinya. Masalah antara dia dan Ning Ziyu masih belum menemui penyelesaian, dan Cheng Yao ingin menghibur dirinya sendiri. Xiuli dan Chai Meng setia berada di belakangnya, menjadi penunjuk arah dan pelindungnya.

Suara kembang api meledak di angkasa, langit seperti dipenuhi cahaya warna-warni dalam waktu yang singkat. Cheng Yao berhenti di depan sebuah stand penjual lentera naga yang menyediakan teka-teki sebagai cara untuk mendapatkan lentera. Merasa tertarik, dia mencoba menjawab satu pertanyaan yang ada pada salah satu lentera.

“Bersinar seperti cahaya, hangat seperti matahari, namun tidak abadi. Bintang di langit sudah dipetik, tetapi pada siapakah aku menerbangkan lentera ini?”

Pertanyaan aneh. Ini sebuah puisi, tapi di bagian akhir terdapat sebuah pertanyaan yang harus dijawab olehnya. Petunjuknya ada di bait sebelumnya. Dengan jari lentiknya, Cheng Yao mengambil kuas dan menuliskan kata ‘kekasih di musim semi’ sebagai jawaban.

Maksudnya, puisi itu sama artinya dengan kekasih di musim semi. Mereka hangat dan baik, tetapi setelah musim semi berlalu, semuanya jadi tidak berarti. Entah benar atau tidak, tapi si pemilik stand tampak terkesima dengan jawaban yang ditulis Cheng Yao. Pada akhirnya, lentera naga itu menjadi milik Cheng Yao.

“Kekasih apanya? Apakah hidup harus selalu punya kekasih?”

Bahkan punya suami pun belum tentu bisa bersama, pikirnya. Seperti dia dan Ning Ziyu. Meski mereka sudah menikah, status suami istri mereka seperti hanya tampak dari permukaan saja. Hubungannya justru rumit. Cheng Yao seperti pengejar, dan Ning Ziyu seperti laying-layang yang lepas dari benangnya.

Entah sampai kapan ini akan terjadi, tetapi jauh di lubuk hatinya, Cheng Yao sungguh berharap pria itu bisa menepati janjinya. Setidaknya mereka harus rukun untuk bisa bersama. Tapi apa daya, dua-duanya begitu keras kepala dan tidak mau mengalah.

Ada begitu banyak orang di jalan. Di atas jembatan yang melengkung, kembang api kembali menyala di angkasa. Cheng Yao berhenti sejenak untuk menikmati keindahannya. Di kehidupannya di dunia modern lalu, kembang api terasa sangat biasa. Tetapi setelah tiba di dunia ini, kembang api malah menjadi benda yang selalu dinanti-nanti.

Akibat terlalu asyik menikmati kembang api, Cheng Yao tidak sadar kalau dia sudah terpisah dari Xiuli dan Chai Ming. Matanya menjelajahi setiap orang dan sudut, mencoba menemukan keberadaan kedua orang itu. Akan tetapi, hasilnya nihil. Di sini terlalu banyak orang. Lautan manusia ini membuat pencariannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

“Mungkin sudah saatnya aku belajar memahami arah sendiri,” gumam Cheng Yao. Dalam situasi seperti ini, dia tidak panik sama sekali. Meskipun buta arah dan kehilangan kedua orang itu, Cheng Yao masih bisa pulang dengan selamat, kan?

Dia berjalan ke sana kemari sambil terus mencari. Sayangnya, setelah berputar selama setengah jam, dia berhenti. Cheng Yao menghampiri sebuah stand, kemudian bertanya manakah jalan menuju kediaman Adipati Ning. Si penjual kemudian berkata bahwa dia harus berjalan ke arah timur.

Tetapi, Cheng Yao malah berjalan ke arah barat. Si penjaga stand keheranan, namun dia kembali disibukkan oleh pembeli hingga tidak lagi memperhatikan Cheng Yao. Cheng Yao terus berjalan ke barat, yang ia pikir adalah timur. Semakin lama, rasanya arah yang dituju Cheng Yao semakin jauh dari keramaian.

“Sial, apakah aku sudah tersesat?” Cheng Yao bertanya pada diri sendiri. Yah, sepertinya dia memang sudah tersesat. Kalau begini urusannya bisa gawat. Cheng Yao hendak kembali ke arah semula untuk kembali ke keramaian, tapi kemudian dia dikejutkan oleh teriakan seorang wanita.

Teriakan itu berasal dari sebuah gang sempit yang sepi dan agak gelap. Saat Cheng Yao tiba di sana, dia melihat beberapa pemuda sedang mencoba melecehkan seorang gadis jelata. Pakaian si gadis sudah terkoyak dan beberapa bagian tubuhnya terbuka. Tatapan para pemuda itu seperti serigala lapar.

“Dasar binatang! Menodai seorang gadis di tempat umum? Bukankah itu terlalu berani?”

Cheng Yao kemudian mengambil balok kayu dan memukul para pemuda dari belakang. Pemuda-pemuda tersebut berbalik sambil menahan sakit, menatap marah pada wanita yang sedang memegang balok kayu. Tatapan mereka kemudian berubah menjadi serigala lapar seperti tadi dan tertawa.

“Saudara-saudaraku, lihat! Gadis ini berani memukul kita! Aku rasa kita mendapat hidangan penutup!” seru salah satu pemuda, yang disambut dengan gelak tawa pemuda lainnya.

“Cuih… bajingan di rumah bordil pun lebih berkelas daripada kalian! Dasar binatang jalanan!”

“Berani menghina kami? Saudara-saudaraku, mari kita tangkap gadis bermulut kurang ajar itu!”

Cheng Yao akhirnya berkelahi dengan para pemuda. Dia memukul dan menendang mereka dengan brutal sampai para pemuda itu kewalahan. Cheng Yao begitu lincah meski jurus-jurusnya tidak karuan.

“Meski kemampuan beladiriku tidak bagus, itu lebih dari cukup untuk menghajar sekumpulan bajingan jalanan seperti kalian!”

Para pemuda sudah babak belur. Cheng Yao memang tidak mahir beladiri, dan dia sengaja tidak mengembangkan kemampuannya saat masih berada di istana.

Yang dia kuasai hanyalah kemampuan dasar yang dibangun diam-diam, karena tanpa dia belajar pun, ada orang yang melindunginya. Ia bersyukur karena dia masih mengingat jurus-jurusnya untuk menghadapi beberapa bajingan jalanan ini.

“Kemampuan Putri Danyang ternyata lumayan bagus,” seseorang berucap dari belakang. Cheng Yao menoleh. Sekumpulan pemuda lainnya berdiri di ujung gang, menatapnya dengan misterius.

“Dari mana kalian tahu aku adalah Putri Danyang?”

“Itu tidak penting. Kamu hanya harus tahu bahwa kami datang untuk menangkapmu. Jadi, Putri, jika tidak ingin terluka, jangan melawan dan ikut kami dengan patuh!”

Mereka bukan komplotan bajingan jalanan. Mereka kelompok yang lain. Orang-orang itu lebih kuat dari para bajingan ini.

Sepertinya saat Cheng Yao menanyakan arah dan berjalan kemari, orang-orang ini mengikutinya sepanjang waktu. Mereka juga mengetahui identitasnya. Sudah pasti mereka ini bermaksud jahat.

“Hah, kamu pikir aku bodoh? Siapa yang akan percaya pada kata-katamu? Kalian ingin menangkapku? Ohoho, tidak semudah itu Ferguso!”

Meski mereka berpenampilan orang Dayan, tetapi sifat dan cara bicara mereka jelas menunjukkan mereka berasal dari Negara Jin, mirip dengan aksen Yuchi Kui saat itu.

Ah, jadi mereka adalah sekumpulan pemburu yang katanya beraktivitas di Gunung Mali dan menghilang itu. Rupanya mereka sudah berhasil masuk ke dalam kota dengan menyamar.

Cih, orang-orang ini pasti ingin menangkapnya untuk dijadikan tawanan. Mereka ingin menjadikan Cheng Yao sebagai sandera. Jika dia ditangkap, maka Negara Jin akan mendapat dua keuntungan: menekan kekaisaran dan menekan Adipati Ning. Sungguh sebuah strategi yang cemat!

“Aku tahu kalian ingin menangkapku untuk dijadikan sandera. Tetapi, apakah kalian tahu kalau itu tidak ada gunanya?”

Orang-orang itu saling pandang. Cheng Yao melanjutkan, “Kalian pasti sudah tahu aku adalah putri yang tidak berguna. Kaisar tidak menyayangiku, dan Adipati Ning juga tidak mencintaiku. Jika aku ditangkap, itu hanya akan menjadi berkah untuk mereka. Jadi, para penculik, coba kalian pertimbangkan baik-baik!”

Orang-orang itu mulai berpikir. Mereka berembug dan merasa perkataan Cheng Yao memang benar. Putri Danyang ini dikenal malas dan tidak beguna, selain nakal, dia tidak punya kelebihan apapun. Orang mengatakan kalau Kaisar Dayan mengabaikannya, dan Adipati Ning juga tidak mencintainya, bahkan bersikap dingin padanya.

Bukankah tidak berguna menyandera seorang wanita yang bahkan tidak dipedulikan oleh suami dan ayahnya?

Pada saat itu, Cheng Yao menghampiri si gadis. Dia melepas jubahnya dan menutupi tubuh si gadis dengan jubah tersebut. Jepit rambut emas di kepalanya dicabut, kemudian diberikan pada gadis tersebut.

“Pergi ke kediaman Adipati Ning, minta seseorang untuk datang kemari,” ucap Cheng Yao. Si gadis, walaupun ragu, tetap berdiri dan diam-diam pergi dari gang tersebut. Tidak lama setelah itu, orang-orang yang ingin menculik Cheng Yao berbalik.

“Kami hampir saja tertipu olehmu. Putri Danyang, apakah kamu pikir kami tidak tahu bahwa demi kamu, Adipati Ning menyinggung bawahannya sendiri? Adipati Ning menyinggung Song Haitian dan Qiu Ju untuk membalaskan ketidaksenanganmu! Bukankah itu sudah cukup menjadi alasan kami menculikmu?”

Cheng Yao terkejut dengan fakta tersebut. Dia baru tahu kalau Ning Ziyu ternyata sudah membalaskan dendamnya pada Qiu Wen dan Song Hua lebih dulu. Hatinya sedikit senang, senyumnya sedikit mengembang. Kemudian, dia kembali berekspresi seperti tadi.

“Kalau begitu coba saja tangkap kalau bisa!”

1
Anonymous
keren
Daniela Whu
katax suka kebersihan, La kok malah milih tdur dilantai, memang tdk ada kursi ato sofa gitu🤔🤷‍♀️
jumriati
Thor harus ada novel untuk anak² nya Ning ziyu dan Cheng yao
Ayu Sari Murni
ngadon g harus malam....hihihi
Nia Nara
Pikir2 kasian ya jadi putri di kerajaan jaman dulu. Pernikahan politik dikirim ke daerah nan jauh di sana
Sun Flower: untung hidup bukan di jaman siti nurbaya
total 1 replies
Risna Murni
Luar biasa
Neng Diah
Suka banget ihh sama cheng yao dan adipati Ning. Alurnya pun gak berbelit belit gituu tapi jelas dan enak dibacanya. semangat kakak
Neng Diah
Ceritanya bagus, cocok deh dibaca baca pas waktu senggang
Neng Diah
Jangan lupa barcode dan nomor resinya jun heng 😭😭
Siti S
Luar biasa
Rere Salsa
Biasa
Rere Salsa
Kecewa
Fajar Ayu Kurniawati
.
MisZie
👍👍👍👍
Sumringah Jelita
Luar biasa
Gesang
masih seru mlh habis lanjutannya yg mn min
Gesang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
tukimin tjokromihardjo
meskipun beda latar belaksng & jaman tp perasaan jg pemikiran bisa turut terhanyut mengikuti kisah ini. Trims, keren kisahnya.
Na
Secara Hitungan “Iya Tidak Cukup” Secara Githu Lho, Terus Lanjutkan 🤓
Na
Hayuk Menghitung Waktu 1/1=1 👏🏻 Oke Dapat Nilai/Ponten 💯✍️🤑
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!