Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGHANGAT
Di Kota Berlin, Jerman ...
"Sayang, bisakah kamu diam di rumah bersama dengan Joanna?" tanya Hansen.
"Diam di rumah? Maksudmu?! Apa aku harus mengurusnya sambil menunggumu pulang? Yang benar saja," ucap Jesslyn.
"Kamu Mommynya, sayang. Sudah seharusnya kamu menemaninya. Baik itu saat ia belajar, ataupun bermain."
"Aku Mommynya, tapi bukan babysitter nya. Aku juga punya kehidupan sendiri. Aku bosan jika terus menerus di rumah. Aku jenuh. Titipkan saja Joanna pada Mommymu," ucap Jesslyn.
"Kamu setiap hari pergi berkumpul bersama teman temanmu dan kamu masih mengatakan bosan?" tanya Hansen yang mulai merasa jengah dengan tingkah Jesslyn yang kekanak kanakan.
Selama 5 tahun pernikahan mereka, Hansen selalu berusaha mengalah pada Jesslyn. Ia tak ingin terjadi pertengkaran lagi di antara mereka seperti dulu, yang membuat Hansen melakukan satu kesalahan.
Hingga saat ini, Hansen masih sedikit merasa bersalah pada Jeanette. Ia terpaksa menjadikan sahabat sekaligus kakak kekasihnya itu sebagai alat untuk membuat Jesslyn sakit hati.
Jika diingat ulang, selama masa pernikahannya dengan Jeanette, tak pernah Jeanette berkata kasar padanya. Bahkan wanita itu bisa dikatakan sangat penurut. Namun, memang ia tak bisa menganggap Jeanette lebih dari sekedar sahabat.
"Aku tidak mau tahu, yang pasti aku tidak mau diam di rumah dan hanya mengurus anak," ucap Jesslyn sambil memperhatikan kuku kukunya yang baru saja mendapat perawatan.
Hansen menghela nafasnya pelan. Ia tak tahu lagi bagaimana cara menasihati Jesslyn agar menjadi seorang ibu yang lebih memperhatikan keluarganya.
"Aku pergi dulu," ucap Hansen. Ia ada pertemuan dengan klien sambil makan malam. Ia sengaja pulang terlebih dulu untuk bertemu dengan Jesslyn dan membicarakan apa yang mengganggu pikirannya belakangan ini.
Setelah Hansen pergi, Jesslyn yang sendirian kini langsung meraih ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu di sana dan ponselnya pun kini berbunyi.
"Bagaimana? Baiklah, aku akan segera ke sana," ucap Jesslyn dengan wajah yang sangat bahagia. Ia langsung mengganti pakaiannya, kemudian meraih tas dan kunci mobilnya. Ia akan bersenang senang bersama teman temannya.
*****
"Kita pulang sekarang, sayang," ucap Jeanette.
"Asik, pulang! Pulang! Aku mau ambil mobilan aku dali Abla," ucap Alex.
"Tidak apa Abra pinjam sebentar, sayang. Lagipula sudah lama kamu tidak memainkannya," Jeanette mengusap pipi Alex.
"Tapi itu mainan Alex!" Alex mulai mengeluarkan kekesalannya.
"Sayang, Alex ... Bukankah kamu ingin komputer? Mommy akan membelikannya untukmu."
"Komputel, aku mau! Aku mau! Abla boleh ambil mobilannya," senyum terlihat merekah di wajah Alex.
Jeanette membantu Alex turun dari tempat tidur dan menempatkannya di sebuah kursi roda. Setelah menginap 2 malam di rumah sakit, akhirnya dokter mengijinkan putranya itu untuk pulang, meskipun kakinya belum dapat digunakan untuk berjalan.
Jeanette menggendong ransel di pundaknya, kemudian mendorong kursi roda. Jeanette menuju ke arah kasir, untuk membayar biaya perawatan Alex.
"Semua sudah lunas, Nyonya," ucap sang kasir sambil menyerahkan bukti pelunasan pembayaran.
Jeanette mengambil bukti pelunasan itu dan melihat dengan teliti. Tak ada pemberitahuan siapa yang telah melunasinya.
"Siapa yang membayarnya?" tanya Jeanette.
"Maaf, Nyonya. Saya kurang tahu. Di sini hanya tertulis sudah lunas."
"Om!" teriak Alex saat melihat kedatangan Axton di sana.
"Kamu sudah mau pulang?" tanya Axton sambil setengah berlutut dan memegang kursi roda tersebut.
"Ya, Mommy sedang membayar."
"Pasti kamu yang membayarnya bukan?" Axton menengadah dan melihat wajah Jeanette.
"Ya, aku yang membayarnya."
Jeanette menghela nafasnya lagi. Ia melihat ke arah Axton, "Bisakah kita bicara sebentar, Tuan?"
"Bicaralah."
"Apa maksud anda melakukan semua ini?" tanya Jeanette.
"Aku hanya ingin membantu Alex saja. Aku juga merasa bertangging jawab atas kecelakaan itu karena aku adalah tamu di acara itu," jawab Axton.
"Tapi ini sudah berlebihan, Tuan. Beritahukan rekening anda padaku, aku akan mentransfer semua yang telah anda bayar," Jeanette mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan membuka aplikasi mobile bankingnya, kemudian menyerahkan pada Axton untuk mengisi nomor rekeningnya.
"Aku tidak ingat nomor rekeningku," Axton meninggalkan Jeanette begitu saja dan langsung meraih kursi roda Alex. Ia mendorong menuju pintu keluar.
"Tuan, tunggu!"
Di teras lobby rumah sakit telah terparkir sebuah mobil. Zero keluar dari sana dan membukakan pintu.
"Silakan, Tuan."
"Woww, mobilnya keren," ucap Alex terpesona.
"Om akan mengantarmu pulang, bagaimana?"
"Mau! Mommy, boleh ya?" Alex menatap Jeanette dengan tatapan memohon.
"Masuklah, sepeda motormu akan dibawa oleh asistenku. Berikan kuncinya," ucap Axton.
Ya, Jeanette berpikir bahwa tak mungkin ia membawa Alex pulang dengan menggunakan sepeda motor. Ia pun akhirnya masuk ke dalam mobil, duduk di kursi belakang. Itu semua atas perintah Axton, karena ia tahu Jeanette harus menjaga putranya.
Axton memberikan kunci sepeda motor pada Zero, kemudian masuk ke dalam mobil.
"Di mana rumahmu?"
Jeanette menyebutkan nama sekolah Alex. Sekolah akan lebih mudah ditemukan di GPS, kemudian Axton mulai mengemudikan mobilnya dan berjalan mengikuti GPS.
30 menit perjalanan, mereka pun sampai di sebuah rumah sederhana. Jalan di mana rumah itu berada sangat teduh karena beberapa pohon tinggi berada di tepi jalan.
Jeanette langsung turun dari mobil setelah mobil berhenti dan Axton terlihat membuka bagasi belakang. Ia menurunkan kursi roda milik Alex dan membawanya mendekat ke pintu mobil.
Saat Jeanette mengeluarkan kursi roda, Axton langsung membuka pintu belakang dan menggendong Alex. Terlihat anak laki laki itu tertidur dengan sangat nyenyak. Hati Axton menghangat ketika kepala Alex jatuh di bahunya. Axton langsung mengusap kepala Alex.
"Tunjukkan di mana kamarnya, aku akan membantumu menggendongnya," ucap Axton.
Bu Made yang melihat kedatangan Jeanette, langsung mendekat. Ia memberikan kunci rumah milik Jeanette.
"Jean, ini kuncinya."
"Terima kasih, Bu."
"Ini Ayahnya Alex? Wajahnya mirip," ucap Bu Made tersenyum, kemudian pamit.
Jantung Jeanette berdetak dengan cepat mendengar ucapan Bu Made. Ia tak ingin sampai Axton memasukkannya ke dalam hati ataupun curiga sedikit saja.
"Ayo masuk," ucap Jeanette setelah membuka pintu.
Ia mengarahkan Axton masuk ke dalam kamar tidur yang ditempati oleh dirinya dan Alex.
"Baringkan saja dia di tempat tidur," ucap Jeanette.
Wangi ini lagi. - Axton memejamkan matanya sesaat, kemudian maju dan membaringkan Alex. Ia menyelimuti anak laki laki itu, lalu berbalik untuk keluar.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Axton.
"Ya, ada apa?" Jeanette sebenarnya merasa ragu. Ia takut Axton akan bertanya mengenai kemiripannya dengan Alex.
"Kamu menggunakan pengharum ruangan apa?"
"Pengharum ruangan? Tidak, aku tak menggunakan pengharum ruangan," jawab Jeanette.
"Lalu ini wangi apa?"
Jeanette berusaha menghirup wangi yang dimaksud Axton, tapi ia tak mengerti sama sekali, "tak ada wangi apa apa."
Axton berjalan mendekati Jeanette, membuat Jeanette sedikit mundur.
"Rambutmu."
🧡 🧡 🧡
setelah 5 tahun ..
karma untuk jessyln yg jahat /CoolGuy/
kmu pasti bisa /Smile/
besok Otewe masuk rumkit lg deh
Tdk membosankan ..
menarikkkkk❤️🔥