Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Maxim sedang bekerja, telinganya sibuk mendengarkan apa yang Mark jelaskan, tapi matanya terus memantau pergerakan Anna yang sedang berbelanja di pusat perbelanjaan saat ini.
Di saat sedang fokus, tiba-tiba saja tampilan di layar Ipad-nya hilang.
"Ck, sial!" umpat Maxim saat Anna pergi ke sebuah ruangan ganti untuk mencoba pakaian yang ingin dia beli dengan uang Maxim.
Melihat Maxim yang mengumpat seperti itu membuat Mark hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Benar-benar definisi jatuh cinta sampai gila.
"Apa?" hardiknya pada Maek ketika melihat asistennya seperti itu. Terlihat seperti sedang mengejek saat ini.
"Tidak!" jawab Mark yang lebih memilih mempertahankan kewarasannya dari pada harus berdebat dengan pria itu.
Tanpa diketahuinya, jika saat ini Anna sedang terlibat masalah dengan seseorang.
Anna yang sedang memilih pakaiannya tiba-tiba saja di datangi seorang wanita yang merebut pakaiannya.
"Hey, itu milikku!" ucap Anna saat wanita wanita itu mengambil pakaiannya.
Padahal dia lebih di rumah memegang gaun itu, tapi tiba-tiba saja dia datang lalu mengambil gaun yang dipegangnya tadi. Bukankah seharusnya tidak bersikap seperti itu. Tapi kenapa dia malah mengambil gaun yang begitu saja tanpa permisi dan mengatakan bahwa gaun yang dipegangnya itu adalah miliknya.
"Ini milikku!" jawabnya yang membuat Anna kesal.
"Bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa gaun itu adalah milik anda sementara aku sudah memegangnya lebih dulu. Bahkan aku sudah mencobanya tadi, dapat tiba-tiba saja Anda datang dan mengambilnya. Apa anda tidak tahu bagaimana etika berbelanja?" tanya Anna yang membuat wanita itu marah.
Dia langsung menghampiri Anna lalu mendorong kening wanita itu. Mendapatkan peralatan seperti ini dari wanita tadi membuat Anna tidak terima.
"Apa-apaan anda?" pekik Anna saat wanita itu mendorong keningnya.
"Apa, kau mau marah? apakah tidak tahu siapa aku?" tanya wanita itu dengan begitu sombong.
Dia sengaja melakukan hal itu, dan bahkan dia bersikap seolah-olah Dia memiliki segalanya.
"Kenapa kalau memang aku mau marah? seharusnya anda tidak melakukan ini. Siapa pun anda, etika berbelanja itu wajib dan Anda harus tahu bagaimana caranya menghargai orang lain." ujar Anna karena dia pernah bekerja di sebuah butik jadi dia tahu bagaimana cara melayani orang dan bagaimana caranya menghargai orang lain.
Tidak hanya sekali dua kali dia bertemu dengan klien seperti ini, tapi sering. Hanya saya tidak seperti yang dihadapi sekarang ini. Masalahnya ini bukan kliennya, saat ini mereka sesama konsumen di sini. Jadi ada dia tahu bagaimana cara menghargai orang lain.
Tapi tidak, dia tidak tahu bagaimana caranya menghargai orang lain dan itu membuatnya kesal. Sungguh, ini benar-benar membuatnya kesal dan juga marah.
"Kau-" geramnya tertahan dan hendak menampar wajah Anna.
Sayangnya ada seseorang yang langsung menahan tangannya agar tidak menyentuh Anna.
Melihat siapa yang melindunginya membuat Anna kaget. Maxim, dia masih mengingat dengan jelas saat laki-laki itu menolong yang kemarin. Jadi dia takut jika sampai Maxim berbuat sesuatu yang berakibat buruk nantinya.
"Hentikan, itu. Aku baik-baik saja," ucap Anna pada Maxim yang membuat Maxim menatap tajam ke arahnya.
Mendapatkan tatapan tajam seperti dari Maxim membuat Anna langsung menundukkan kepalanya. Entah mengapa dia tidak berani setiap laki-laki itu menatapnya.
"Siapa kau?" tanya wanita itu ketika melihat Maxim menahan tangannya.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang jelas aku akan membuatmu menyesal karena telah berani melakukan hal itu pada wanitaku!" ujar Maxim.
Dia benar-benar tidak akan membiarkan wanita itu begitu saja. Dia berani menyentuh Anna, itu artinya dia harus siap menerima akibatnya.
"Ahk..." wanita itu berteriak kesakitan ketika tangannya diremas oleh Maxim.
Sungguh, ini benar-benar sangat menyakitkan hingga membuat dia terus saja berteriak dan merasa tangannya seperti ingin patah saat itu juga.
"Hentikan itu, aku mohon hentikan. Kasihan dia," ucap Anna yang memohon pada Maxim untuk tidak melakukannya.
Dia tau seperti apa kekuatan laki-laki itu, jadi rasanya pasti sakit ketika tangannya diremas begitu oleh Maxim.
"Kenapa kamu minta aku untuk melepaskannya sementara dia telah mengganggumu. Kau tau, aku paling membenci manusia-manusia seperti dirinya ini. Angkuh dan sombong, Dia pikir dia memiliki segalanya di sini. Kau tau, aku bisa saja menghancurkan mu saat ini juga," ucap Maxim yang langsung menghempaskan tangan wanita itu hingga dia terjerembab di lantai pusat perbelanjaan ini.
Maxim masih belum melepaskannya begitu saja dan dia datang menghampiri wanita itu lalu berdiri tepat di depannya.
"Jangan sekali-kali mencoba untuk menyakiti wanitaku karena aku akan membalas bubar kali-kali lipat lebih menyakitkan dari ini. Ingat satu hal, aku bisa menghancurkan mu hanya dengan sekejap mata. Ingat itu!" ucap Maxim dengan penuh ancaman.
Dia bukan hanya sekedar mengancam saja, tapi dia benar-benar akan melakukannya jika sampai wanita itu berani menyakiti Anna lebih jauh lagi. Sungguh, Maxim bukanlah pria yang pemaaf. Dia akan menghancurkan siapa saja yang berani mengganggu ketenangannya.
"Keluarkan wanita sialan ini dari gedung ku!" titah Maxim yang langsung membuat Anna kaget.
Sumpah, dia benar-benar kaget ketika mendengar bahwa Maxim adalah orang yang memiliki seluruh gedung ini.
"Lepaskan aku" teriak wanita itu saat anak buah Maxim membawanya keluar dari butik tempat di mana mereka berada saat ini.
Mereka bener-bener langsung melakukan perintah dari bosnya.
Sedangkan Anna sendiri juga kaget ternyata Maxim adalah pemilik gedung ini.
"Tutup butik ini dari orang luar dan biarkan wanita ku belanja sepuasnya!" ucap Maxim dengan suara berat miliknya hingga membuat mereka semua langsung melaksanakan tugasnya.
Mereka langsung menutup butik itu dari orang luar dan membiarkan Maxim dan wanitanya berbelanja di sana.
"Apa-apaan ini?" tanya Anna ketika Maxim memberi perintah untuk menutup butik ini dari orang luar dan membiarkan mereka saja berada di dalamnya.
"Apa? aku hanya ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Memangnya kenapa?" tanya Maxim yang membuat Anna kaget.
Seharusnya dia sendiri tidak perlu kaget, karena biasanya akan seperti itu. Laki-laki ini akan selalu melakukan apapun yang dia inginkan tanpa bertujuan orang lain.
"Tapi-"
"Sudahlah, cepat belanja! aku akan menunggu mu di sini!" usirnya pada Anna dan dia memberikan kode pada staff butik untuk membawakan baju-baju keluaran terbaru untuk Anna.
"Hey, kenapa aku dibawa?" tanya Anna saat dirinya dibawa pergi oleh beberapa staf butik ini.
Sedangkan Maxim sendiri sibuk dengan pekerjaannya lagi. Dia membuka iPad miliknya lalu kembali melakukan meeting dengan kliennya dan membuatkan Anna memilih barang apa pun yang dia inginkan tanpa mendapatkan gangguan dari siapa pun lagi. Anna bebas memilih apa pun yang dia inginkan dan Maxim yang menemaninya.
Bersambung...