Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
Liam menatap tidak suka pada Bianca, wanita itu sudah berani mengancam Liam dengan membawa nama ibunya. Memejamkan mata memikirkan akibat yang akan ditimbulkan bila dia meninggalkan Bianca seorang diri, akhirnya Liam angkat bicara.
"Aku akan mengantar Bianca dulu, kamu bisa terlebih dahulu datang ke restoran yang sudah kureservasi, Ivanka," ujar Liam.
"Tapi, Liam! Aku sudah menantikannya sejak lama. Dia mengganggu semua hal yang sudah kita rencanakan!" balas Ivanka dengan wajah dibuat menggemaskan.
"Kuingatkan kembali, kita memiliki janji makan siang bersama dengan kedua orang tua kita. Jadi, jangan harap kamu dapat makan siang bersama," tukas Bianca.
"Ah.... Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku Liam?" Ivanka kesal dengan Bianca yang terus menginterupsi percakapannya dengan Liam.
Bianca memutar bola matanya, dia sudah menyangka bila Ivanka akan bertingkah seperti itu. Dari dulu mereka berdua saingan dalam hal apa pun. Tentu saja, Bianca selalu menang dari Ivanka. Kecuali, mendapatkan hati Liam. Keduanya belum mengetahui siapa pemenang hati Liam.
Walau Ivanka sangat dekat dengan Liam. Akan tetapi, pria itu tidak pernah mengakui hubungan dekat mereka. Dia tidak menyukai hubungan rumit dengan seorang wanita. Oleh karena itu, Liam sangat tidak menyetujui pernikahan ini.
"Atau kita bisa melakukannya lain waktu. Aku tidak ingin Mama kecewa lagi karena meninggalkan Bianca seorang diri," ujar Liam.
Bianca tersenyum penuh kemenangan, dalam pikirannya perempuan itu berhasil untuk mendapatkan perhatian Liam. Wajah Ivanka memerah, niatnya untuk mempermalukan Bianca gagal karena ancaman kecil saingannya itu. Namun, perempuan itu seperti tidak kehabisan akal.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mencoba menjadi wanitamu yang penurut Liam. Ingat, kamu tidak boleh terlalu dekat dengan Bianca!" bisik Ivanka.
"Jangan terlalu melambung tinggi Ivanka. Kita tidak memiliki hubungan apa pun. Aku mengizinkanmu mendekatiku hanya karena Laura meminta agar aku memperlakukanmu dengan baik!" balas Liam.
Ya! Pada kenyataannya Laura —adik Liam— adalah alasan mengapa Liam memperlakukan Ivanka lebih baik dibandingkan Bianca. Perempuan itu adalah sahabat baik dari Laura. Entah dia mengatakan apa pada Laura, Bianca tidak pernah mendapatkan penerimaan positif dari Laura.
Pernikahan mereka pun sangat ditentang oleh Laura. Akan tetapi, dia tidak bisa mengatakan apa pun karena ada bayi yang berada dalam kandungan Bianca.
"Baiklah, Liam. Kalau begitu nanti kita harus jadwalkan kembali pertemuan kita," ujar Ivanka dengan wajah cerianya.
Bianca hanya diam mengamati interaksi kedua orang yang mengabaikannya. Dia tidak ingin ambil pusing dengan Ivanka, Bianca mengetahui dengan jelas bila Liam tidak menunjukkan ketertarikan dengannya.
"Ayo, kita ke butik!" ucap Liam pada akhirnya.
Wanita hamil itu tersenyum, kemudian hendak meraih lengan Liam. Akan tetapi, pria itu menghindar, "Jaga batasanmu, Bianca! Aku tidak suka kamu terlalu dekat denganku!" tolak Liam.
Sudah terlalu sering menghadapi penolakan Liam, Bianca hanya tertunduk. Apa salahnya dia menggamit tangan calon suaminya sendiri? Apa Liam akan terus bersikap dingin seperti ini?
***
Fitting baju pengantin berjalan dengan lancar, kini mereka makan siang bersama. Dalam kesempatan itu, hanya ada Sonia yang mendampingi Bianca. James telah kembali disibukkan dengan urusan pekerjaan.
Pria itu kembali bekerja dan mengambil alih kursi pimpinan perusahaan. Dia masih terus mencari Silvia yang hilang tanpa kabar. Meskipun memiliki banyak uang dan koneksi, herannya James tidak mampu mencari jejak Silvia.
"Aku tidak setuju dengan pernikahan ini! Kak Liam tidak boleh dengan wanita licik itu!" ucap seorang wanita cantik datang dengan penuh kekesalan di wajahnya.
Laura tentu sudah mengetahui pernikahan Liam dan Bianca sejak awal. Namun, dia baru dapat hadir karena memang menempuh pendidikan di luar negeri. Saat mengetahui kalau Bianca adalah calon kakak iparnya, perempuan itu sangat marah. Dia menginginkan Ivanka yang menikah dengan Liam. Menurutnya, Ivanka adalah sosok yang paling tepat mendampingi Liam.
"Laura! Hentikan ucapanmu. Bila kamu ingin bergabung makan siang bersama, kamu harus memperhatikan etikamu!"
"Tapi, itu benar bukan? Dia hanyalah wanita licik yang memanfaatkan kehadiran bayi dalam kandungannya. Menuntut tanggung jawab yang sebenarnya bisa dia tanggung sendiri! Itu semua pasti jebakan dari Bianca!" ucap Laura.
Seseorang pastinya telah mempengaruhi Laura hingga dia dapat mengatakan kalau Liam dijebak. Dalam pikiran Bianca, semua itu tertuju pada Ivanka. Padahal, hal yang terjadi padanya adalah rencana dari Ivanka.
"Aku sama sekali tidak menjebak Liam. Dia sudah terpengaruh dengan obat itu ketika kami bertemu. Tadinya, aku ingin menolong Liam dengan menghubungi dokter, tetapi efek obatnya sangat kuat. Jadi, kami melakukannya," balas Bianca secara blak-blakan.
Semua yang ada di meja makan terperangah dengan ucapan Bianca. Mereka tentu belum mengetahui cerita dari sudut pandang Bianca. Sedari awal, Liam menegaskan kalau dia dijebak oleh wanita cantik yang selalu dia tolak itu.
"Kalau kalian tidak percaya, bisa kalian tanya pada karyawan hotel. Saat itu, Liam keluar dari kamar mandi. Aku kebetulan ada sebuah acara yang mengharuskan datang ke club yang sama dengan Liam. Jadi, itu semua terjadi begitu saja!" lanjut Bianca.
"Tapi, aku yakin kakakku bukanlah pria pertama untukmu, kan? Jadi, belum dapat dipastikan bila anak dalam kandunganmu adalah keponakanku!" sanggah Laura masih tidak ingin kalah beragumen dengan Bianca yang tidak dia sukai.
"Untuk jawaban itu, tanya saja pada Liam! Om dan Tante, aku rasa makan siang hari ini cukup sampai di sini. Aku tidak ingin mengganggu acara keluarga kalian," ucap Bianca sambil melirik Laura yang masih berdiri terpaku mendengar ucapan Bianca.
"Ya, aku rasa kami harus pergi. Satu hal yang harus kalian ingat! Tolong perlakukan Bianca dengan baik setelah menjadi menantu kalian, aku selalu memperlakukannya layaknya seorang putri. Jadi, kuharap tidak ada lagi pernyataan yang buruk keluar dari anggota keluarga kalian!" ucap Sonia dengan tegas.
Pamela mengangguk, "Maafkan perilaku dan perkataan Laura, Sonia. Aku berani menjamin kalau Bianca akan diperlakukan dengan baik di keluarga kami. Maaf karena dia tidak bisa mengontrol emosinya," balas Pamela.
Bianca tidak berpamitan pada Liam, dia merasa sudah lelah seharian harus menghadapi Ivanka. Kini, Laura datang untuk merusak makan siangnya. Suasana hatinya terlanjur buruk, hingga dia memutuskan untuk pergi saja dari Kediaman Smith.
"Kak, kamu bukan yang pertama bagi Bianca, kan? Kelakuan perempuan itu pasti sama dengan ucapan Ivanka. Dia memiliki pergaulan yang bebas dan tidak sebanding dengan Ivanka," tanya Laura pada Liam yang masih menatap datar kepergian Bianca.
"Laura! Kamu tidak boleh mengatakan hal sembarangan! Biar bagaimana pun, dia adalah calon kakak iparmu!" tegur William.
"Aku hanya ingin kebenarannya, siapa tahu bayi dalam kandungan Ivanka adalah milik orang lain!" ujar Laura.
"Tidak! Aku memang pria pertama yang menyentuhnya! Jadi, hentikan ucapanmu itu, Laura. Aku sudah cukup pusing dengan pernikahan ini," tukas Liam membuat bola mata Laura melebar tidak percaya dengan ucapan Liam.
"Apakah ucapan Ivanka selama ini salah?" gumam Laura.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.❣️