Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ( Kau juga gak bisa memilikinya)
Sudah sebulan Stella bekerja di perusahaan Ar grup sebagai model yang merupakan perusahaan Tuan Arash. Johan datang menemui Arash untuk meminta maaf atas kerugian yang dia alami saat bekerjasama dengan perusahaan Johan. Teo sudah tertangkap saat ia berada di luar negri berkat usaha Bagas yang tiada henti mencarinya.
Kebetulan Arash sedang mencari seorang model untuk prodak yang akan siap diluncurkan di perusahaannya. Johan tadinya hanya menawarkan Stella untuk menjadi model di Ar grup, tanpa di sangka dan di duga Arash menyukai Stella yang memang benar-benar cantik dengan postur tubuhnya yang sempurna dan pantas menjadi model. Dengan senang hati Johan langsung memberitahu Stella dan memberitahu bayaran yang akan dia terima dan langsung saja Stella menerima nya.
Benar saja produk kosmetik yang diproduksi Ar grup langsung melesat penjualannya di pasaran. Tidak sia-sia Arash meminta Stella untuk menjadi modelnya.”Aku akan memperpanjang kontrak mu, jujur saja aku puas dengan hasil penjualan kosmetik yang tinggi akan permintaan di pasaran,” ujar Arash.
“Terimakasih, Tuan Arash. Aku sangat senang mendengarnya. Baiklah, aku permisi dulu,” pamit Stella.
Stella berjalan keluar menuju mobilnya seorang diri dia belum memakai jasa asisten karena Johan masih memperkerjakan Bagas untuk menghandel semua jadwal Stella yang belum begitu padat,”Huh … aku sangat lelah,” Stella meraih ponselnya dan menghubungi sahabatnya Sofia untuk mengajaknya makan siang setelah itu ia melajukan mobilnya.
“Kau mau makan apa?” tanya Arrayan lembut. Saat ini mereka berdua berada di restoran setelah memeriksakan kandungan sang istri di rumah sakit.
Bella melihat-lihat menu yang mana gambar makanan sama persis yang dibuat Arumi saat itu. Ia sedikit bingung karena belum pernah memakan sushi dia juga tidak tau mana yang menurutnya enak ia takut salah pilih.”Hmm … apa ini enak?” lirih Bella seraya menatap sang suami meminta pendapatnya.
“Sangat enak kau mau coba?” Bella mengangguk, Arrayan pun segera memesannya pada pelayan.
Setelah pelayan itu pergi suasana menjadi canggung antara mereka berdua, Bella tidak tau ingin memulai pembicaraan apa dia semakin menjadi salah tingkah karena Arrayan selalu menatapnya. Tidak lama pesanan mereka datang. Arrayan segera memakannya, tetapi Bella malah memperhatikan suaminya yang sedang menikmati satu persatu sushi tersebut tanpa memakannya.
“Kok enggak dimakan?” tanya Arrayan sembari mengunyah.
“Aku gak bisa memakai ini,” unjuk Bella pada sebuah benda yang bernama sumpit.
Arrayan hanya tersenyum, ia mendekatkan tubuhnya pada Bella dan memegang tangannya, mengajari istrinya dengan perlahan sampai sushi itu terjepit sumpit dan Bella langsung memasukkannya ke dalam mulut, tetapi sebelum makanan itu masuk justru jatuh kembali di atas piring membuat keduanya tertawa.
“Tumben lu traktir gue makan sushi?” ujar Sofia pada Stella.
“Gue udah kerja jadi model di perusahaan temen papa gue. Udah makan sepuasnya mumpung gue lagi baik,” balas Stella.
Tidak lama pesanan mereka datang, Sofia dan Stella mulai menikmati sushi pesannanya.”Gimana, lu udah bisa buat kakak lu pisah sama calon suami lu?” ujar Sofia.
“Belum, dia enggak ada kabar. Nanti gue bakal temuin dia buat nanyain lagi,” jawab Stella.
“Kenapa mesti kakak ipar lu sendiri sih, kayak enggak laku aja, padahal waktu itu satu kampus banyak cowok yang mau jadi pacar lu. Mereka semuanya pria kaya lagi dan rata-rata pewaris tunggal, ini malah maunya sama pria beristri,” seru Sofia.
“Gue orangnya suka tantangan, kalau mereka gak ada tantangannya dan gampang banget buat di dapetin. Kalau Arrayan dia beda dulu jujur aja gue gak suka sama penampilannya yang culun dan jelek. Dia pria yang gak gampang di deketin. Sekarang gue baru ketemu lagi dengan penampilan dia yang perfect banget buat gue jadi nyesel nolak perjodohan waktu itu,” terang Stella.
“Terserah lu deh. Gue sebagai sahabat dukung lu dari jauh dan kalau ada masalah gue gak ikut campur dan jangan coba-coba cari gue ya,” ucap Sofia.
“Sialan! Berarti lu maunya senang-senangnya aja dong. Giliran gue ada masalah malah ngilang. Sahabat gak tau diri namanya,” kesal Stella yang mana membuat Sofia terkekeh geli ia sangat senang jika bisa membuat sahabatnya itu kesal.
Sofia masih tertawa melihat keksalan Stella yang masih menikmati sushinya, telinganya sedikit terganggu mendengar seseorang sedang bercanda ria tepat dibelakangnya, lalu ia pun menoleh dan menatap intens dua insan yang sedang bercanda ria membuat Sofia terkejut karena ia sangat mengenali sang wanita.
Bug
Bug
“Ishh … Sofia! Makanan gue jatuh kan! Kesal Stella karena tangan Sofia memukulnya saat Stella sedang menyuap satu lagi Sushi yang tersisa.
Sofia berbalik,”Stella … lu liat siapa yang dibelakang kita,” bisik Stella.
Degh!
Seketika sumpit yang ia pegang di jatuhkan di atas piring dengan begitu kasarnya, Stella mengepalkan tangannya erat merasa geram, hatinya terasa panas melihat kemesraan Arrayan dan Bella seolah tidak pernah ada masalah diantara mereka berdua. Arrayan bangkit ingin menerima telepon di luar karena suaranya tidak terdengar jelas ia melangkah keluar meninggalkan Bella seorang diri.
Melihat itu dengan cepat Stella menghampiri kakaknya diikuti Sofia karena dia takut sahabatnya itu lepas kendali dan Arrayan semakin menjauhi Stella.”Pantas saja kakak gak ada kabar, ternyata kau memilih bertahan dengan Arrayan?” celetuk Stella.
“Stella …” gumam Bella.
“Iya, ini aku. Bagaimana? Kau sudah mengurus perpisahaanmu dengan Arrayan, kak? Kau tidak lupa dengan permintaanmu ini, kan,” cecar Stella yang mana membuat Bella sedikit takut.
“Maaf, Stella, aku tidak bisa bercerai dengan Arrayan. Karena memang dia yang tidak mau menceraikan ku. Aku sudah berusaha bicara padanya dan meminta cerai tapi …”
“Bohong! Aku tidak percaya dengan usaha kaka. Aku gak mau tau bagaimana pun caranya kau harus berpisah dengan suamimu! Karena Arrayan hanya milikku dan tetap akan menjadi milkku! Kalau Arrayan tidak bisa menjadi milikku kau juga gak bisa memiilkinya! Ingat itu!” tunjuk Bella dengan penuh menekan Bella.
“Ayo, kita pergi, Sofia,” lanjut Stella meninggalkan Bella yang ketakutan.
*
*
Sella pulang ke rumah dalam keadaan kesal, ia meluapkan kekesalannya dengan membanting semua barang yang ada di dalam kamarnya. Suara kegaduhan terdengar jelas di kamar Daisy yang mana wanita paru baya itu sedang sibuk dengan perhiasan mahal dan juga barang-barang brandednya.
Daisy keluar dari kamar mencari sumber suara yang semakin jelas terdengar dari kamar putri kesayangannya itu. Dengan cepat pintu kamar Stella dibukanya dan Daisy tercengang melihat kamar sang putri yang seperti kapal pecah serta penampilan putrinya yang seperti orang tidak waras.
“Stella … ada apa ini! Kenapa kau mengacak-acak kamarmu!” pekik Daisy.
“Aku benci! Sangat benci si anak angkat itu, Mah hiks!” isak Stella.
Daisy membenarkan rambut indah Stella yang berantakkan,”Cerita pelan-pelan sama Mama. Kenapa lagi dengan anak itu? Apa dia menyakiti kamu lagi?” seru Daisy membawa sang putri untuk duduk di sofa.
Stella sembari menangis menceritakan apa yang ia lihat dan obrolan nya dengan Bella, Daisy benar-benar tidak percaya jika Bella tidak mau menuruti kemauan putrinya karena Bella selalu menuruti kemauan mereka berdua,”Kau tenanglah dulu, Mama akan mencari tau apa yang membuat anak sialan itu gak mau menurutimu. Cepat mandi karena sebentar lagi papa akan pulang nanti dia bertanya dan Mama malas untuk menjelaskannya,” titah Daisy.
Stella dengan manjanya memeluk sang Mama meneruskan tangisannya,”Sudahlah jangan menangis, Arrayan pasti akan menjadi milikmu nanti. Mamah ingin memanggil Bibi Nur untuk membereskan kekacauan yang dibuat Stella,” lanjut Daisy.
“Terimakasih, Mama,” sahut Stella.
Tepat pukul enam sore Johan sudah sampai di rumah, seperti biasa Daisy menyambut sang suami menuju kamarnya karena Johan akan langsung membersihkan diri.”Kamu, kenapa pah? Dari tadi aku lihat wajahmu seperti terlihat senang? Proyeknya ada yang tembus kah?” ujar Daisy mengangkat alisnya keheranan.
“Aku mandi dulu, nanti langsung saja ke meja makan ajak Stella karena ada yang mau papa bicarakan,” balas Johan berlalu ke dalam kamar mandi.
Daisy dengan setia menunggu sang suami selesai mandi, padahal Johan menyuruhnya menyiapkan makan malam. Hati Daisy semakin gelisah menunggu apa yang ingin dibicarakan suaminya pasalnya ia juga ingin membicarakan soal Stella.
Cekklek
“Loh, Mah. Kenapa masih di sini? Apa makan malamnya sudah siap?” Johan melihat Daisy seperti sedang gelisah, sambil memakai stelan baju santainya ia terus saja menatap Daisy.
“Mah … kamu kenapa?” pekik Johan.
“Papa, sudah mandinya?” Johan makin bingung dengan Daisy yang seolah menyembunyikan sesuatu.padahal sedari tadi Johan bertanya malah Daisy baru menyadari kehadirannya.
“Euhm … papa mau bicara apa?” tanya Daisy dengan tangan gemetar.
“Sepertinya, kamu yang ingin membicarakan sesuatu padaku. Katakan apa yang kamu sembunyikan dariku,” ujar Johan.
Daisy menarik napasnya dalam, ingin bicara rasanya berat dan dia pasti sudah tau respon suaminya jika ia mengatakan tentang keinginan Stella. Akan tetapi, dia tidak punya pilihan lain karena sebagai seorang ibu Daisy tidak bisa melihat putri kesayangannya yang patah hati menginginkan Arrayan yang sangat ia cintai.
“Stella, dia ingin menikah dengan Arrayan, tetapi Bella tidak ingin berpisah dengan suaminya,” cetus Daisy.
“Apa?! Kau sudah gil4, Mah. Mana mungkin itu terjadi apalagi sekarang Bella sedang mengandung anak Arrayan,”
Degh!
“Brengsek! Jadi, si c4c4t itu sudah disentuh oleh Arrayan?” gumam Stella yang sedari tadi menguping pembicaraan orang tuanya dari balik pintu kamar.
*
*
Bersambung.
😅