Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wedding
Hari pernikahan sudah semakin dekat, untuk mempersiapkan pesta mama Dinda dan mama Fifi turun tangan langsung. Walaupun acara di adakan di sebuah hotel di Bogor namun mereka bisa mengkoordinasi dari Jakarta. Mereka menyewa wedding organizer terkenal untuk mengurus pesta pernikahan Altaf dan Ara. Untuk gaun pengantin Ara punya pilihan sendiri. Dan perancang busana mendesain khusus untuk Ara karena posturnya yang tinggi langsing. Dua gaun warna biru menjadi pilihan Ara, sesuai warna favorit Ara. Sedangkan Altaf hanya ikut aja apa kemauan Ara. Baginya pesta pernikahan ini harus menjadi pesta impian yang sangat berkesan bagi Ara. Asal Ara bahagia ia juga bahagia. Keluarga
Himawan memberikan hantaran yang sangat istimewa. Salah satunya satu set perhiasan berlian bermata biru sesuai warna favorit Ara.
Tiga hari sebelum hari H, keluarga sudah pergi ke Bogor. Walaupun semua persiapan pesta sudah diuruskan keluarga dan asisten dari pak David dan pak Aldi namun mereka tetap datang lebih awal untuk mamastikan.
Pesta mewah yang diadakan di kawasan puncak hanya mengundang keluarga inti dan tamu penting saja, bahkan teman-teman kuliah Ara dan Altaf pun tak diundang agar tidak menjadi berita heboh di kampus.
Hari yang ditunggu tiba, Ara sudah bersiap untuk acara ijab kabul pagi ini, dan pesta akan diadakan nanti malam.
"Ma, Ara deg-deg an ma!" Kata Ara sambil memegang dadanya.
"Tenang Dek, ini hari bahagia kamu, sekali seumur hidup. Ini juga pilihan kamu, jadi mantapkan hati dan fikiran kamu."
"Ma, mama iklas kan Ara nikah muda?" Tanya Ara dengan mata berkaca-kaca.
"Ara sayang, mama ihklas, mama selalu berdoa untuk kebaikan Ara. Mama percaya Al akan jadi suami yang baik buat Ara." Kata mama Dinda sambil memeluk sang putri memberi kekuatan.
"Asal ada mama di belakang Ara, yang selalu mendukung Ara, mendoakan Ara, Ara akan tenang, Ara akan baik-baik saja. Ingetin Ara selalu ya ma, bimbing Ara untuk menjadi istri yang baik buat kak Al." Air mata Ara meluncur tanpa permisi.
"Iya dek, pasti mama akan selalu ada buat kamu. Mama juga nggak nyangka putri kecil mama sudah bisa berfikir dewasa. Udah berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Mama bangga sama kamu dek, terima kasih sudah menjadi putri mama yang hebat, mama bahagia sekali hari ini, hati mama tenang."
"Ara yang harusnya terima kasih sama mama. Mama selalu nurutin semua kemauan Ara. Terima kasih ma, sudah menjadi mama yang luar biasa buat Ara." Kata Ara yang semakin mengeratkan pelukan pada mamanya. Bahagia bercampur haru menjadi satu.
Altaf sudah duduk berhadapan dengan penghulu dan papa David. Papa David sendiri yang menikahkan putri semata wayangnya. Dengan mengucap bismillah dan mata berkaca-kaca papa David menjabat tangan Altaf, melepas putrinya dengan mengucap kalimat ijab. Altaf mengucapkan kalimat kobul lancar dengan satu tarikan nafas. Bukti bahwa hatinya sudah mantap memilih Ara sebagai pendamping hidupnya.
Setelah acara ijab kobul selesai Altaf
memakaikan cincin nikah pada jari manis Ara yang lentik. Begitu juga sebaliknya Ara memakaikan cincin pada jari Altaf. Ara mencium tangan Altaf dengan lembut, air mata Ara tak dapat dibendung lagi,membuat tangan Altaf basah karenanya. Altaf yang menyadari itu mencium kening Ara lalu mengusap air mata pada pipi gadis cantik yang sekarang sudah sah menjadi istrinya. Altaf tersenyum lalu memegang erat jemari Ara untuk menyakinkan Ara.
Orang tua dan para tamu yang hadir terbawa suasana haru. Tak menyangka Ara siap melepas masa gadisnya di usia yang baru menginjak sembilan belas tahun, dan usia Altaf baru dua puluh dua tahun.
Setelah acara ijab kabul mereka menikmati hidangan yang sudah di sajikan.
Sepupu dari pihak keluarga Ara dan Altaf menggoda pengantin baru yang kini duduk
makan berdua.
"Cie...cie.... Mojok aja! Ngebet banget nikah muda, udah nggak tahan ya!" Kata Feri sepupu Ara.
"Diam bisa nggak bang, ganggu aja!" Jawab Ara ketus.
"Iya nih Al, lo nikah muda takut nggak kebagian apa gimana?!" Goda Dody sepupu Altaf.
"Nggak, gua takut jadi jomblo abadi kayak lo, trus lo kapan mau melepas gelar bujang londot lo itu?" Altaf ganti menggoda Dody sepupunya.
"Sembarangan, gua mah nyantai aja, orang ganteng banyak yang ngejar, tinggal milih aja nanti!" Jawab Dody enteng.
"Ganteng dari Hongkong, kalo lo tuh yang ngejar tukang nagih utang! Kata Feri mengompori.
"Kak yuk pindah aja, mereka merusak selera makan Ara!" Kata Ara cemberut sambil menarik tangan Altaf membawanya pergi.
"Al, nanti tak kasih tutor cara belah duren ya!" Goda Dody saat Ara dan Altaf pergi meninggalkan mereka. Dan Altaf menoleh sambil melotot bulat.
Malam pun tiba, Ara sudah bersiap dengan gaun pengantinnya yang mewah dan elegan. Riasan wajah yang natural membuat Ara semakin terlihat cantik.
"Ma, ara deg-deg kan kayak tadi pagi ma!" Kata Ara saat mama Dinda mendekat setelah Ara selesai di make up.
"Ambil nafas, buang, jangan nangis lagi kayak tadi pagi, nanti make up nya luntur, jadi jelek putri mama yang cantik ini!" Kata mama Dinda sambil tersenyum lembut. Ayok kita keluar acara udah mau di mulai.
Pesta pernikahan impian Ara digelar sangat mewah. Beda dengan pernikahan Alfin. Karena papa David rela menggelontorkan dana yang cukup besar demi melihat putri semata wayangnya bahagia.
Altaf dan Ara bersanding di pelaminan yang megah. Saat sesi foto-foto, fotografer memberi arahan agar Altaf tersenyum. Altaf bermuka dingin dan sulit tersenyum membuat sang mama geram lalu mencubitnya.
"Aowwww mama!" Kata Altaf mengaratkan rahangnya.
"Senyum Al, jangan pasang muka tembok, nanti mama tabok baru tahu rasa. Biar mukamu itu kelihatan memper (layak) dikit!" Kata mama Fifi mengeratkan rahangnya juga tak mau kalah.
"Gak bisa mah, udah dari sononya begini!" Kata Altaf sambil berbisik.
"Mau digelitikin biar bisa senyum?!" Ancam mama Fifi, dan sukses membuat Altaf mencoba tersenyum.