Shea dianggap sebagai istri tidak berguna, bahkan pembawa sial, hingga ditinggalkan oleh Delon demi wanita lain. Tanpa perceraian, Shea disingkirkan karena dianggap jelek dan memalukan keluarga. Namun, setelah dua tahun, Shea kembali sebagai model ternama dengan kekayaan melimpah.
Kehadiran Luis, paman angkatnya, membantu menyembuhkan luka masa lalunya. Luis begitu perhatian dan menjadikan Shea sebagai prioritas utamanya. Namun, perasaan rumit tumbuh di antara mereka.
Kini, Shea harus memilih antara masa lalunya yang pahit dan masa depan yang cerah dengan Luis. Di tengah pertarungan batin antara cinta dan keterikatan, Shea harus menemukan keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resmi Jadian (REVISI)
Luis terlihat gelisah dan tidak tenang saat Shea pergi bersama Delon. Setiap kali mengingat bagaimana Shea tersenyum pada mantan suaminya itu, hati Luis seperti terbakar oleh bara api yang membara.
Sementara itu, Regita terus memperhatikan Luis yang tampak gelisah, tapi dia tidak tau apa yang membuatnya terlihat seperti itu.
"Luis, apa kau baik-baik saja?" tanya Regita memastikan.
Luis menoleh, menggulirkan pandangannya pada Regita, lalu mengangguk pelan. "Oya, jika dilihat-lihat, keponakanmu dan pria bermarga Lee itu sangat cocok ya," ucap Regita, mencoba membuka percakapan ringan, namun langsung mendapat tatapan tajam dari Luis.
"Maksudmu apa?" tanya Luis dengan nada dingin.
Regita terdiam, menyadari jika Luis tidak terlalu suka membahas hal tersebut. Namun, dia ingin mengurangi ketegangan di antara mereka.
"Aku hanya berpikir jika mereka berdua terlihat serasi bersama. Mereka terlihat sangat akrab," ujar Regita dengan hati-hati, mencoba menyampaikan pendapatnya tanpa menyulut emosi Luis.
Luis menatap Regita dengan ekspresi serius, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata yang baru saja diucapkan Regita. Dia merasa semakin tidak nyaman dengan kehadiran Shea di dekat Delon, terutama setelah mengetahui bagaimana mereka berdua pergi bersama.
Sebisa mungkin Luis menjaga ketenangannya. "Hn, tidak juga," jawabnya singkat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencoba menghindari topik yang membuatnya tidak nyaman.
Regita tau jika Luis tidak ingin membahas hal tersebut lebih lanjut, jadi dia memilih untuk mengubah topik pembicaraan. Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam mereka dengan percakapan yang lebih ringan.
"Dulu waktu kuliah, kita selalu menghabiskan waktu bersama. Kau pasti masih ingat, kan? Oya, bagaimana kabar teman-teman kita dulu, ya?" tanya Regita mencoba mencari topik pembicaraan yang menyenangkan.
"Aku tidak tau," jawabnya singkat, dia tidak begitu berminat dengan topik obrolan Regita.
Regita kemudian mengalihkan pembicaraan ke topik hobi. "Lalu, apa saja yang kau lakukan belakangan itu, Lu?"
Luis menatap Regita dengan tatapan kosong sejenak, membuat Regita merasa agak canggung. Namun, dia tetap menunggu jawaban dari Luis.
"Membantai orang," ujar Luis dengan suara datar, membuat Regita merinding mendengarnya. Dia terkejut dengan jawaban dingin dari Luis. Sampai-sampai Regita menelan ludah
Regita mencoba menutupi keterkejutannya dengan candaan. "Ha-ha, sangat lucu, Lu. Tapi serius, apa hobi yang sebenarnya?"
Luis tetap serius. "Bukankah sudah aku katakan, jika kau tidak ingin jadi korbanku yang selanjutnya, sebaiknya diam dan jangan bicara lagi," katanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.
Regita mencoba menahan gemetar di tubuhnya, mencoba untuk tidak menunjukkan ketakutannya karena ucapan Luis. "Ba-baiklah," ucapnya lirih.
Tanpa mengatakan sepatah, Luis tiba-tiba bangkit dari kursinya dan meninggalkan Regita begitu saja. Dia melangkah pergi tanpa memedulikan seruan Regita yang mencoba memanggilnya.
...🌺🌺🌺...
"Nona Victoria, sepertinya kau terlihat sedikit tegang. Apa yang terjadi?" tanya Delon dengan nada santai, sambil menatap Shea dengan raut wajah yang penuh perhatian.
Shea menelan ludah. "Oh, tidak ada, Tuan Lee. Aku hanya sedikit lelah hari ini," jawabnya dengan coba-coba tersenyum, berharap Delon tidak mencium kecurigaan di balik senyumnya.
"Tentu saja, pekerjaan kita bisa melelahkan kadang-kadang. Tapi kau tahu, Nona, ada sesuatu yang bisa membuatmu lebih rileks," ujar Delon sambil menatap Shea dengan tatapan yang penuh teka-teki.
Shea merasa tegang. "Apa itu, Tuan Lee?" tanyanya dengan hati-hati, mencoba untuk tetap tenang.
Delon tersenyum tipis. "Mungkin sebuah liburan akan membuatmu merasa lebih baik. Mengapa tidak kita berlibur bersama, Nona Victoria? Kita bisa pergi ke sebuah resor mewah di pantai, menikmati sinar matahari dan angin laut bersama-sama," tawar Delon dengan suara lembut.
Shea memperhatikan Delon dengan cermat. "Itu kedengarannya menarik, Tuan Lee. Aku akan mempertimbangkannya," jawabnya Shea.
Delon mengangguk. "Tentu, Nona Victoria. Kau bisa memberi tau ku kapan pun kau siap untuk liburan itu. Aku akan mengatur semuanya dengan baik," ucapnya sambil tersenyum. Tentu saja Delon sangat bersemangat, apalagi sejak awal dia sudah tertarik pada sosok 'Victoria Jessica' bahkan ketertarikan itu dia tunjukkan secara terang-terangan di depan Vera yang notabenenya adalah istri sahnya.
Tiba-tiba Shea bangkit dari kursinya lalu berpamitan pulang. "Nona Victoria, apakah kau benar-benar ingin pergi?" tanya Delon dengan ekspresi kecewa.
Shea mengangguk. "Maafkan aku, Tuan Lee. Aku merasa sangat lelah dan butuh istirahat," ujarnya dengan lembut, mencoba menutupi perasaan tidak nyaman yang terus mengganggunya.
Delon menghela napas. "Baiklah, Nona Victoria. Aku tidak ingin memaksamu untuk tetap di sini jika kau tidak merasa nyaman," ucapnya dengan suara yang penuh penyesalan.
Shea tersenyum tipis. "Terima kasih, Tuan Lee. Sampai jumpa besok," ucapnya sambil berusaha menunjukkan rasa terima kasihnya.
Delon mengangguk. "Sampai jumpa besok, Nona Victoria. Semoga kau mendapatkan istirahat yang baik," ucapnya sambil melihat Shea pergi.
Delon merasa sedih karena harus berpisah dengan Shea. Namun dia bahagia karena baru saja memiliki banyak waktu bersamanya. Bahkan dia tidak ingat jika perusahaan milik keluarganya sedang diambang kebangkrutan.
...🌺🌺🌺...
Shea tiba di apartemen mewahnya dan terkejut ketika mendapati Luis sedang duduk sendirian di ruang keluarga dalam keadaan yang sedikit kacau. Rambutnya acak-acakan, wajahnya kusut, benar-benar tidak terlihat seperti Luis yang biasanya. Aroma alkohol yang kuat tercium ketika Shea mendekat.
"Paman, ada apa denganmu, kenapa kau terlihat kacau sekali?" tanya Shea dengan nada khawatir, tapi ucapan itu terputus ketika tiba-tiba Luis berdiri, mendorong dan menghimpit tubuh Shea ke tembok, lalu mencium bibirnya dengan keras. Shea membelalakkan matanya dengan terkejut yang tidak terkira.
Luis terus memagut bibir itu dengan gerakan frontal, melalui ciuman tersebut, Luis ingin mengungkapkan semua yang ia rasakan pada Shea.
Setelah beberapa saat, Luis melepaskan ciumannya dan menatap Shea dengan tatapan penuh emosi yang terlihat di mata kirinya yang dingin. "Maafkan aku, Shea. Aku tidak bisa menahan perasaanku lagi. Aku mencintaimu, dan melihatmu bersama Delon membuatku gila. Aku tahu, aku seharusnya tidak melakukan ini, tapi aku tidak bisa menahan diri lagi."
Shea terdiam, terpaku oleh kata-kata Luis. Dia bisa merasakan getaran emosi yang mendalam dari pria itu. Hatinya berdebar kencang, tidak tahu bagaimana seharusnya dia merespons.
Namun, di balik kejutan dan kebingungannya, Shea merasakan getaran aneh yang mengalir di dalam dadanya. Dia menyadari bahwa ada perasaan yang sama tumbuh dalam dirinya, perasaan yang dia tidak pernah mengakuinya sebelumnya.
Dengan gemetar, Shea menatap mata Luis, mata indahnya tampak berkaca-kaca. "Paman... aku juga... aku juga merasakan hal yang sama," bisiknya, suara lembutnya hampir terdengar di tengah keheningan.
Luis menatapnya dengan penuh harapan dan kelegaan. "Benarkah? Ya Tuhan, Shea, kau membuatku begitu bahagia," ucapnya, suaranya penuh dengan kelegaan dan kebahagiaan. Lalu membawanya Shea kembali ke dalam pelukannya.
Shea menangis haru. "Maafkan aku, Paman. Aku tidak pernah menyadari perasaanku sendiri. Tapi sekarang, aku mengerti. Aku juga mencintaimu, Paman."
Dalam keheningan, Luis mencium bibir Shea lagi setelah mendengar pengakuannya. Dengan lembut, bibir mereka bertemu, menciptakan getaran yang mengalir di antara mereka. Tangan Luis bergerak di belakang kepala Shea, memperdalam ciuman mereka. Tangan yang lain memeluk punggungnya dengan erat, menariknya lebih dekat.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, saling membalas kasih dan keinginan yang telah lama terpendam. Setiap sentuhan bibir mereka mengungkapkan lebih dari kata-kata yang bisa diungkapkan. Ini adalah cara mereka untuk menyampaikan perasaan yang dalam, cinta yang tumbuh di antara mereka.
Melalui ciuman itu, mereka menemukan kedekatan yang lebih dalam, menyatukan hati mereka dalam getaran cinta yang tak terbantahkan. Dalam momen itu, tidak ada yang bisa mengganggu keintiman mereka, hanya kebersamaan dan cinta yang mereka rasakan.
Setelah beberapa saat, mereka memutuskan ciuman mereka, tetapi pandangan mereka masih terpaku satu sama lain dengan penuh kasih sayang dan pengertian. Mereka tahu bahwa cinta mereka baru saja dimulai, dan tidak ada yang bisa menghentikan mereka.
...🌺🌺🌺...
...BERSAMBUNG...