Akhir diskusi di majelis ta'lim yang dipimpin oleh Guru Besar Gus Mukhlas ternyata awal dari perjalanan cinta Asrul di negeri akhirat.
Siti Adawiyah adalah jodoh yang telah ditakdirkan bersama Asrul. Namun dalam diri Siti Adawiyah terdapat unsur aura Iblis yang menyebabkan dirinya harus dibunuh.
Berhasilkah Asrul menghapus unsur aura Iblis dari diri Siti Adawiyah? Apakah cinta mereka akan berakhir bahagia? Ikuti cerita ini setiap bab dan senantiasa berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendro Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jarum Jantung
"Di Negeri Akhirat ada sebuah peraturan, tuan. Tidak bisa masuk tanpa adanya janji sebelum kedatangan." Penjaga tersebut tetap melarang Bion masuk.
Bion tersenyum. "Aku tidak mengetahui kalau di sini ada peraturan demikian. Kalau begitu aku pulang saja. Engkau tentu sudah mempersiapkan jawaban jika Jenderal Umar bertanya bukan?"
Penjaga itu terlihat ketakutan.
"Tunggu disini! Aku akan melapor terlebih dahulu kepada Jenderal Umar."
Bion menunggu diluar gerbang, sementara seorang penjaga berlarian masuk untuk menemui Jenderal Umar.
Ketika Siti Adawiyah telah kembali dari tempat praktek tabib Maelin, di depan gerbang istana Siti Adawiyah melihat Bion masih berdiri menunggu.
"Tuan belum masuk?"
Bion menjawab. "Saya menunggu penjaga itu menyampaikan pesan kepada Jenderal Umar."
Siti Adawiyah menggelengkan kepalanya. "Apakah engkau mengira bahwa penjaga itu akan menyampaikan pesan darimu?"
Ketika Bion akan menjawab, mereka melihat Jenderal Umar bersama beberapa prajurit berjalan menuju pintu gerbang.
Siti Adawiyah buru-buru bersembunyi, karena takut berurusan dengan Jenderal Umar. Tanpa dia sadari, liontin miliknya terjatuh dan dipungut oleh Bion.
"Selamat datang Penasehat Kerajaan Pulau Es Utara.. Maafkan anak buah saya yang bertindak tidak sopan. Sangat sulit untuk mengundang kamu. Namun engkau kemari malah dipersulit oleh anak buah saya. Nanti saya akan mendisiplinkan mereka."
Bion menunduk sebentar tanda penghormatan. "Tidak perlu meminta maaf. Saya yang salah, tidak memberi kabar terlebih dahulu."
Jenderal Umar segera mempersilahkan Bion masuk dan langsung menuju kediaman Jenderal Umar.
Setelah berbasa-basi sebentar, Bion menunjukkan sebuah kotak berukiran gambar petir.
"Jenderal Umar, kami telah menemukan Jarum Jantung dari tempat kejadian peperangan. Jarum Jantung ini adalah sebuah pusaka, dan saya yakin bahwa Pusaka ini milik seorang Jenderal dari negeri akhirat."
Jenderal Umar memeriksa Jarum Jantung tersebut. "Apakah engkau yakin bahwa Pusaka ini bukan tiruan?"
Bion menjawab. "Saya sangat yakin, Jenderal. Saya telah memeriksanya dengan teliti."
"Penasehat kerajaan, kamu telah bekerja keras untuk mendapatkan pusaka ini." Jenderal Umar sangat berterima kasih kepada Bion.
Dalam hati Bion merasa senang karena tujuannya telah berhasil. "Jenderal Umar sangat baik. Saya senang sudah bisa membantu."
Jenderal Umar menawarkan sebuah jamuan kepada Bion "Karena engkau telah berada disini, ayo temani aku minum-minum. Saya memiliki minuman yang sangat lezat."
Bion membungkukkan badannya. "Terimakasih Jenderal Umar. Saya tidak berani menolak tawaran dari Jenderal Umar."
Ketika mereka hendak minum-minum, tiba-tiba datang seekor burung membawa pesan dari Pulau Es Utara. Bion terdiam beberapa saat, yang membuat Jenderal Umar penasaran.
"Apa yang telah terjadi Penasehat Kerajaan?"
Bion menceritakan kepada Jenderal Umar mengenai kabar yang baru diterimanya.
"Ada sesuatu hal yang sangat penting yang harus saya lakukan di Pulau Es Utara."
Jenderal Umar menjadi penasaran. "Bolehkah saya tahu apa yang telah terjadi?"
Bion menjelaskan dengan detail. "Ratu Kerajaan Pulau Es Utara adalah seorang wanita yang kondisi tubuhnya sangat lemah. Saya telah meminta kepada pengawal ratu untuk meminta pil suplemen dari lembah pengobatan. Namun ternyata pengawal ratu telah lalai dalam menjaga pil tersebut, sehingga pil tersebut terkontaminasi oleh pengaruh sihir Iblis. Saya harus kembali untuk memurnikan kembali pil itu."
Jenderal Umar berencana untuk membantu Bion. "Kalau soal itu, saya bisa membantu. Jenderal Usman, segera ambil pil suplemen di Pulau Es Utara. Bawa kemari untuk dimurnikan."
"Saya merasa tidak enak, Jenderal. Jenderal Usman adalah orang yang sibuk. Tidak pantas melakukan pekerjaan yang sepele seperti ini." Bion mencoba untuk menolak.
"Tidak mengapa, Saat ini Jenderal Usman sedang tidak sibuk. Lagipula dia akan merasa sangat bangga telah membantu penasehat kerajaan. Anggap saja saya telah berusaha untuk membalas kebaikan Penasehat Kerajaan." Jenderal Umar bersikeras untuk melakukannya.
"Mari kita lanjutkan minum-minum." Jenderal Umar mengambil sebuah botol minuman.
Kini Jenderal Usman telah mengambil pil tersebut dan segera membawanya pulang. Namun pengawal ratu menawarkan diri untuk mengantar Jenderal Usman hingga perbatasan.
"Jenderal Usman, kamu sangat beruntung telah sampai disini dengan mudah. Namun untuk perjalanan kembali, saya harus mengantar Jenderal untuk memastikan keamanan Jenderal. Saya tidak bisa memikirkan apa yang akan dilakukan oleh penasehat kerajaan jika terjadi sesuatu pada Jenderal."
Akhirnya Jenderal Usman menyetujui pengawal ratu yang ingin mengantar dia pulang hingga ke perbatasan.
Setibanya di perbatasan, mereka dihadang oleh pasukan bangsa Iblis yang dipimpin oleh Lucifer. Lucifer adalah pelayan setia raja Iblis, Azazil.
Awalnya Lucifer adalah pejabat penting di kerajaan Pulau Es Utara. Namun dia melakukan pemberontakan karena keluarganya diintimidasi oleh leluhur Pulau Es Utara.
"Tuan Lucifer! Itu adalah kendaraan Jenderal Usman. Jenderal Usman pasti berada didalamnya. Kini saatnya kesempatan bagi kita untuk membalas dendam." Pengawal Lucifer menunjuk kearah kendaraan yang dinaiki oleh Jenderal Usman.
Benar saja, tidak membuang waktu lagi, gerombolan bangsa Iblis itu menghadang rombongan pengawal ratu dan Jenderal Usman.
Pertarungan sengit terjadi, Jenderal Usman terkena goresan pedang pada lengan kirinya. Beberapa jurus berikutnya, hampir saja Jenderal Usman terbunuh, namun nasib baik masih bersama Jenderal Usman, ketika pedang Lucifer berjarak satu inci dari tubuh Jenderal Usman, pedang tersebut tertahan oleh Pedang Penguasa Malam. Ya.. Pedang tersebut milik Asrul.
Setelah berhasil menghalangi pedang Lucifer, Asrul langsung menyerang Lucifer hingga dia tersungkur.
Jenderal Usman dan pengawal ratu langsung bersujud kepada Asrul. Mereka tidak menyangka kalau Asrul berada disini.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju istana negeri akhirat. Namun mereka tidak langsung menemui Jenderal Umar melainkan pergi ke kediaman Asrul. Sedangkan pengawal ratu pergi menemui Bion.
Pengawal ratu melapor. "Penasehat kerajaan, kami dihadang oleh Lucifer bersama komplotannya. Jenderal Usman terluka. Kini beliau sedang di kediaman Panglima Jenderal Asrul dalam pengobatan."
Bion sangat marah kepada pengawal ratu. "Kamu telah gagal menjalankan tugas! Kamu harus bertanggungjawab atas luka Jenderal Usman."
Jenderal Umar menyela. "Tidak mengapa. Sebagai seorang Jenderal, Jenderal Usman harus menanggung resiko dalam tugasnya."
Setelah mendapat laporan dari pengawal ratu, mereka langsung menuju kediaman Asrul.
Di kediaman Asrul, Asrul langsung menyembuhkan Jenderal Usman dengan menggunakan tenaga dalamnya dan akhirnya Jenderal Usman pulih.
Surti masuk ruangan melaporkan bahwa ada beberapa orang ingin bertemu.
"Panglima, didepan ada penasehat kerajaan Pulau Es Utara ingin bertemu Panglima."
Jenderal Ali menjawab. "Suruh mereka pergi. Katakan saja kepada mereka bahwa Panglima Jenderal Asrul sedang tidak sehat."
Asrul menjawab. "Jenderal Ali, yang akan terjadi pasti akan terjadi. Tapi biarkan saja. Surti, berikan pil suplemen ini kepada mereka, lalu suruh mereka pergi."
"Baik Panglima." Surti menerima pil suplemen itu lalu segera pergi keluar.
Surti memberikan sebuah kotak kayu kepada Bion. "Penasehat kerajaan, ini pil suplemen yang kalian butuhkan. Panglima Asrul sedang tidak sehat."