Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Suasana toko hari ini memanglah tidak terlalu ramai sehingga Nirma bisa menemani tamu spesialnya yang baru saja tiba beberapa menit yang lalu.
"Aduh jadi ngerepotin, makasih ya Nir." Karena tidak ingin membuat tamunya merasa tidak nyaman, Nirma lantas membawakan sepiring camilan dan juga segelas jus jeruk yang langsung ia sajikan di hadapan Lisa.
"Kamu tumben nggak bilang dulu kalau mau datang. Kalau misalnya aku lagi nggak ada di toko gimana coba?" Bukan. Bukan maksudnya Nirma ingin memarahi Lisa, ia hanya keheranan saja.
Pasalnya sahabat baiknya itu lebih sering menghubungi dirinya terlebih dahulu jika ingin bertemu, namun entah kenapa Lisa tak melakukannya hari ini.
"Hahaha sekali-sekali aku juga mau buat kejutan tau. Terus juga mumpung rumah lagi sepi, daripada bosan yaudah aku ke sini aja." Nirma hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan untuk menanggapi hal itu.
"Mukamu kenapa kusut begitu sih? Lagi banyak pikiran ya?" Lisa dan segala kepekaannya selalu berhasil membuat Nirma takjub.
Padahal sejak tadi ia sedang berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak terlalu menunjukkan kegelisahan di hatinya. Namun Lisa tetaplah Lisa, yang bisa mengetahui segala hal hanya dalam sekali lihat saja.
"Iya Lis, belakangan ini anakku Rumi napsu makannya lagi menurun drastis. Biasanya dia paling semangat kalau udah waktunya makan." Mengkerutlah dahi Lisa begitu mendengar pernyataan yang dikeluarkan oleh Nirma.
Ditambah lagi sahabatnya itu bercerita sembari mengembuskan napasnya dengan kasar seolah ini adalah masalah fatal yang harus segera ia tangani secepatnya.
"Mungkin dia lagi diet?" Karena merasa tidak setuju dengan spekulasi yang Lisa buat, Nirma sontak menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Enggak, anakku itu paling pantang sama yang namanya diet. Katanya takut jadi tengkorak hidup kalau diet-diet segala." Yang Nirma katakan saat ini bukanlah bualan semata karena memang begitulah yang sebenarnya terjadi.
Putri sulungnya Rumi, memang memiliki tubuh yang unik menurutnya. Sebanyak apapun gadis itu makan, tubuhnya tidak akan bertambah gemuk. Jadi sangat tidak mungkin kalau dia melakukan diet seperti yang Lisa duga.
"Mungkin Rumi lagi banyak pikiran makanya napsu makannya jadi turun gitu. Soalnya suamiku juga kaya gitu, kalau lagi banyak pikiran pasti jadi nggak doyan makan. Seenak apapun makanannya, pasti nggak akan dia gubris sama sekali." Ah benar juga, kenapa Nirma tidak kepikiran sampai ke sana.
"Kayanya iya, Rumi lagi banyak pikiran. Apalagi dia baru aja putus dari pacarnya beberapa waktu yang lalu." Lisa nyaris saja menyemburkan jus yang baru saja ia tenggak kala mendengar apa yang barusan sahabatnya katakan. Ini benar-benar mengejutkan.
"Apa? Rumi putus sama pacarnya? Bukannya kamu bilang dia lagi nunggu buat dilamar sama pacarnya itu?" Hah, cerita hari ini akan sangat panjang kalau Nirma menjabarkannya secara keseluruhan.
"Iya, dia baru putus karena pacarnya ketahuan selingkuh. Beberapa hari setelah putus juga dia cuma ngurung diri di dalam kamar sampai enggak masuk kerja sama sekali." Wah ternyata masalahnya cukup serius, pantas saja Nirma sampai jadi kepikiran begini.
Tapi tunggu sebentar, kalau Rumi baru saja putus dari kekasihnya itu berarti saat ini Rumi sedang sendirian kan? Sepertinya ini saat yang tepat bagi Lisa untuk melancarkan aksinya.
"Nir, anakmu single kan sekarang?" Mungkin pertanyaan yang Lisa berikan terdengar sangat aneh sampai membuat kening sahabatnya itu berkerut.
"Ya iya lah, kan aku bilang dia baru putus. Kamu ini belum terlalu tua loh Lis tapi udah pikunan." Tenang saja, Lisa tidak tersinggung dengan ledekan yang Nirma lontarkan. Wanita itu malah terkekeh dengan begitu anggun.
"Nah mumpung anakmu sekarang lagi single, gimana kalau dijodohin aja sama anakku?" Tidak ada yang Nirma lakukan selain terdiam sembari melemparkan tatapan tidak percayanya pada sang sahabat uang nampak begitu bersemangat.
"Ini bukan zamannya Siti Nurbaya lagi, Lis. Mana mau anak-anak kita kalau dijodohin begitu, apalagi anakku belum sembuh total dari patah hatinya." Bahu Lisa merosot begitu saja karena ia juga merasa setuju dengan apa yang Nirma katakan tadi.
Tapi tidak bisa. Tidak ada kata menyerah dalam kamus seorang Lisa, jadi tentu saja ia tidak akan menyerah sama sekali.
Menurut Lisa sendiri, Rumi adalah orang yang cocok ia jadikan sebagai menantu. Apalagi setelah mengetahui bagaimana baiknya hubungan antara cucu kesayangannya dengan gadis itu.
"Bisa, kita belum nyoba padahal tapi kamu udah patah arang duluan, nggak keren banget Nirma." Sudah berapa lama ya Nirma tidak mendengar kalimat penuh semangat itu dari mulutnya Lisa. Sepertinya terakhir kali saat mereka berada di bangku kuliahan.
"Kamu tau nggak, cucuku itu deket banget sama Rumi. Hari-hari dia ceritain tentang Rumi, sesuka itu loh cucuku sama anakmu." Rumi memang pernah beberapa kali bercerita tentang Joyie yang ternyata bersekolah di tempatnya mengajar.
Namun Nirma tidak tahu sama sekali kalau cucu sahabatnya itu sangat menyukai putrinya. Nirma juga cukup terkejut saat mengetahui kalau Joyie setiap hari menceritakan tentang Rumi.
"Kalau cucuku aja udah suka sama Rumi, berarti semakin mempermudah kita buat ngejodohin mereka berdua. Percaya deh sama aku." Haruskah? Haruskah Nirma mempercayai ucapan Lisa kali ini seperti sebelum-sebelumnya?
Sebenarnya Nirma masih sangat ragu, mengingat Rumi yang masih berusaha menyembuhkan hatinya saat ini.
"Ayolah Nir, sayang banget anak kamu yang cantik itu kalau nggak nikah sama anakku." Bisa-bisa Lisa malah memuji putrinya saat dimana Nirma sedang kebingungan.
Keraguan yang bersarang di hati Nirma saat ini bukan dikarenakan status Tristan yang sudah menjadi duda dengan satu anak bersamanya, Nirma tak mempermasalahkan itu sama sekali.
Mungkin Rumi lah yang akan mempermasalahkan hal itu nantinya karena sudah dipastikan status Tristan akan sedikit menyulitkan Rumi yang belum berpangalaman sama sekali.
"Yasudah aku ikut rencana kamu. Tapi kalau misalnya nanti Rumi nolak, aku nggak akan paksa dia sama sekali." Keputusan yang barusan saja Nirma ambil tentu saja membuat Lisa kegirangan bukan main.
"Harusnya dari dulu aja kita kenalin anak-anak kita, iya nggak sih Nir?" Dengan wajah yang masih berbinar, Lisa mulai mengatur rencana apa saja yang akan ia lakukan untuk membuat Rumi dan Tristan agar semakin dekat.
Mungkin juga Lisa akan menggunakan Joyie sebagai senjata utamanya. Ia akan berusaha untuk membawa cucu kesayangannya itu untuk berada di sisinya.
"Oh iya, kamu belum pernah lihat cucuku kan? Kalau kamu lihat pasti ngerasa gemes deh, sebentar aku punya fotonya." Sebelum eksekusi secara langsung, biarlah Lisa memperkenalkan cucunya terlebih dahulu pada calon bestannya ini.
"Pantesan Rumi kelihatan gemes banget pas ceritain dengan Joyie, ternyata anaknya selucu ini." Berhasil, Lisa berhasil membuat Nirma juga memikirkan hal yang sama dengan dirinya dan juga Rumi.
Kalau begini kan akan lebih mudah lagi karena Lisa sangat yakin kalau Nirma pun sudah mulai jatuh hati pada cucu kesayangannya ini. Lihat saja bagaimana cara Nirma tersenyum saat memandangi setiap potret Joyie di ponselnya.
"Ini waktu kalian ketemu untuk pertama kalinya ya?" Nirma tahu foto yang satu ini karena Rumi pernah menceritakannya.
Foto itu mereka ambil setelah selesai menyantap makanan di salah satu restoran Indonesia, di saat pertama kali bertemu. Tapi sayangnya hanya Nirma yang memiliki potret mereka bertiga, kalau Rumi mempunyainya ia pasti akan menunjukkannya juga pada Nirma.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih