Dan Dua Cinta

Mata Hana membelalak menatap wajah Okta. Baru kali ini Okta berkata seperti itu pada Hana. Sakit sekali rasanya hati Hana mendengar kata-kata Okta. Wajah Okta juga tampak dingin. Senyuman lebar dengan tatapan matanya yang hangat kini lenyap berganti dengan sorot mata tajam dan bibir terkatup rapat.

"Okta, kamu kenapa?" tanya Hana sedih.

"Kamu yang kenapa? Kenapa ada disini? Bukankah kamu seharusnya ada di sekolah untuk merayakan kemenanganmu bersama teman-teman sekelas mu?!" Okta malah balik bertanya dengan nada sinis.

Mata Hana langsung berkaca-kaca. Detak jantungnya berantakan dan telapak tangannya mulai basah. "Aku... Aku ada disini buat kamu... Apakah aku tidak boleh ada disini? Apakah aku punya salah kepada kamu? Apakah aku membuat kamu marah? Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku?"

Hati Okta bergetar hebat melihat bagaimana memelas nya Hana dengan tatapan mata sedih yang berkaca-kaca. Tapi Okta harus kuat! Kalau tidak Hana tidak akan pernah menyadari kesalahannya.

"Aku bersikap seperti ini karena aku merasa sakit hati dengan semua perbuatan kamu!"

"Aku... aku S... Salah apa?" suara Hana bergetar.

"Apakah kamu tidak berpikir kalau selama seminggu ini aku tersiksa karena semua perbuatan kamu! Aku diam saja karena tidak mau merusak fokus mu dalam bertanding. Aku tahu kamu sedang serius dalam mengejar gelar juara. Tapi kemarin kesabaranku sudah habis! Aku lelah dan aku tidak mau sakit lagi! Sudah cukup apa yang aku rasakan selama satu Minggu ini! Aku benci dengan keadaan ini dan aku ingin pergi dari semuanya! Maka itu sebaiknya kamu tidak usah kesini kalau hatimu tidak berada disini! Sekarang kamu kembali saja ke sekolah atau ke rumahmu untuk merayakan hari kemenangan mu bersama Naka. Partner mu yang luar biasa itu! Biarkan aku sendiri dengan segala kesakitan ku!" Okta benar-benar marah dan mengeluarkan semua unek-unek dalam hatinya yang selama ini terpendam.

Air mata Hana jatuh bercucuran. Hana paham sekarang. Okta marah karena Naka! Ya Tuhan! Apakah selama ini Hana terlalu dekat dengan Naka sehingga membuat Okta marah?

Hana memegang tangan Okta dan menggenggamnya erat. "Kapten, aku minta maaf... Ampuni aku kalau aku membuat kamu marah... Aku tidak menyangka kalau kamu akan semarah ini... Aku mohon maaf..."

"Aku tidak marah, kalaupun aku marah aku tidak akan memarahi kamu. Aku memilih pergi saja dengan semua kesedihan ku!"

"Jangan, Kapten! Jangan pernah pergi! Aku tidak sanggup kalau kamu pergi! Kamu hukum saja aku sekarang! Mau marah atau mau apapun terserah kamu! Tapi jangan pernah jauh dari aku... Aku tidak sanggup jika harus tanpa kamu"

"Aku lelah, Hana... Rasanya dadaku terbakar, darahku mendidih dan kepalaku mau meledak! Pertama, aku melihat di story ig kelas mu kalau kamu memberikan bekal untuk Naka, kamu juga berjalan bersama dia ke tempat kalian latihan! Kedua, aku melihat bagaimana kalian berdua saat berlatih! Kalian selalu berpegangan tangan pada saat mendapatkan point, Ok! Itu masih bisa aku maklumi! Tapi bagaimana jika ternyata aku lihat Naka menepuk pundakmu dan mengacak rambutmu?! Sementara kamu adalah milikku! Ketiga, aku ingin kita pulang tapi kamu memelas ingin melihat pertandingan Naka! Bahkan kamu rela aku pulang sendiri! Aku terpaksa setiap hari menemani kamu menonton pertandingan Naka! Melihat bagaimana kekasihku bersorak dan berteriak untuk mendukung sebuah pertandingan yang bukan pertandingan ku! Dan puncaknya adalah kemarin! Kamu mengucapkan terima kasih untuk Naka seolah dia spesial untuk kamu dan dia juga melakukan hal yang sama! Gilanya lagi kamu berada satu podium dengan dia seolah kamu adalah pasangannya! Sementara aku cuma jadi pameo yang terdiam di kursi penonton! Sekeliling ku berkata kalau kamu lebih cocok dengan Naka. Seorang juara tunggal putri memang lebih pantas mendampingi seorang juara tunggal putra. Tidak ada tempat bagi seorang Kapten sepakbola disana! Maka itu aku pulang dan membiarkan kamu merayakan kemenangan bersama Naka. Bahkan kamu ikut mengantarkan keluarganya ke bandara kan?!"

Okta mengucapkan semuanya dengan penuh kekecewaan dan putus asa.

Dan Hana tidak bisa menjawab melainkan hanya bisa terus menangis.

"St...! Sudah jangan menangis terus! Yang penting sekarang kamu tahu bagaimana perasaan aku yang sebenarnya. Aku tidak mau memendamnya sendiri. Jadi aku juga minta maaf kalau perasaan marah ini salah"

Hana menggeleng cepat. "Tidak, kamu tidak salah. Aku yang salah. Aku minta maaf... Aku tidak berpikir kalau kamu akan sampai semarah ini. Aku dari awal juga tidak ingin berbaikan dengan Naka, kamu yang duluan bilang apakah tidak sebaiknya kita mulai bersikap baik padanya?"

"Baik bukan berarti dekat!"

"Iya, aku tahu. Aku paham sekarang. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji akan menjauhi Naka. Tapi tolong jangan pergi tinggalkan aku..."

Hati Okta langsung luluh. Ingin rasanya dia peluk Hana yang masih terisak-isak tapi tunggu dulu! Okta harus benar-benar memastikan apakah Hana memang telah menyesal?!

"Sekarang coba kamu pikir bagaimana rasanya jadi aku. Aku sangat mencintai kamu sehingga aku berpikir kalau cuma aku yang boleh menyentuh kamu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku tidak sanggup melihat orang lain menyentuh kamu, Hana" kata Okta lagi.

Hana mengangguk-angguk "Iya, aku juga seperti itu"

"Lihat ini kalau kamu tidak percaya. Hari ini saja Airin sudah beberapa kali mengirim pesan kepadaku. Dia bilang mau datang kesini untuk menjengukku karena dia tahu aku sakit dari Ueda. Sekarang aku tanya sama kamu, apakah aku boleh memasukkan Airin ke rumah ini?"

Okta memperlihatkan pesan WhatsApp dari Airin untuk Okta yang begitu banyaknya tapi tidak satupun dibalas. Airin begitu khawatir pada Okta sehingga meminta izin untuk menjenguk Okta ke rumahnya.

Hati Hana bertambah sedih dan terluka...

"Lihat saja kalau kamu berani memasukkan dia ke rumah ini! Kamu boleh menghukum aku seperti apapun, tapi jangan pernah membawa Airin kesini! Kalau kamu berani melakukan hal itu, aku tidak akan pernah mau mengenal kamu lagi, Okta Tanaka!" kata Hana tegas dengan air mata yang semakin banyak bercucuran.

"Sudah-sudah jangan menangis lagi! Sini aku peluk!" Okta membawa Hana dalam pelukannya dan isak tangis Hana malah semakin kencang! Dada Okta langsung basah dengan air mata Hana.

"Ya Tuhan... Bagaimana ini?! Aku sudah membuat gadis yang sangat aku cintai menangis sesedih ini!" Okta jadi panik dan mempererat pelukannya. "Sudah Sayang. Jangan menangis lagi. Aku tidak sanggup melihat kamu menangis. St... Sudah sudah"

"Tapi kamu jangan balas pesan Airin! Aku tahu sekarang bagaimana perasaan kamu saat aku dekat dengan Naka. Aku minta maaf..."