Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Mereka sudah sampai ke rumah sakit. Laura segera di bawa Damian ke unit gawat darurat. Sementara nyonya Laurent dan Abel mengikuti mereka dari belakang.
Tak berapa lama Bastian dan Adrian pun juga sampai di sana. Mereka juga mencari dimana Laura berada.
"Suster cepat periksa istri saya!" titah Damian.
Seorang suster mendekati mereka. Laura sudah di baringkan di atas brangkar rumah sakit. Suster itu mengambil peralatan medis nya dan memeriksa Laura di sana.
Tak lama Adrian dan Bastian sampai juga di ruangan itu.
"Maaf tuan sebaiknya tidak perlu kalian berkumpul di sini.Hanya boleh seorang saja yang menemani pasien.Saya harap kalian bisa menunggu pasien di luar" ucap suster itu.
Nyonya Laurent dan kedua pria itu mengerti. Mereka semua keluar kecuali Damian. Ia tetap tinggal di sana.
"Tuan anda harus segera ke ruang Administrasi sekarang!" ucap suster itu.
Damian langsung mendaftar di sana. Setelah semua selesai Damian memberikan sebuah kertas yang ia bawa dan di berikan kepada suster itu.
Suster itu sibuk memasang selang infus di tangan Laura.
"Bagaimana keadaannya, Sus?" cemas Damian.
"Nanti dokter yang akan menjelaskannya tuan setelah hasil sempel darahnya keluar" sahut suster itu.
Tak berapa lama Laura di bawa ke ruang rawat inap yang sudah di minta Damian. Ia meminta fasilitas yang baik untuk istrinya.
"Sebaiknya kalian pulang saja! Aku akan mengabari mu Bas" ucap nyonya Laurent kepada Bastian.
Mereka berdua menurut dan akhirnya tinggallah nyonya Laurent dan cucunya yang masih berada di luar.
Nyonya Laurent segera menyusul dimana Laura di rawat sambil menggendong cucunya yang kini sudah tertidur.
ceklek
"Bagaimana keadaan nya?" tanya nyonya Laurent sambil menurunkan perlahan cucunya di sofa.
"Belum tahu ma!".
" Sebaiknya kau pulang dan bawa Abel bersama mu. Aku tak ingin Abel ikut sakit"bujuk nyonya Laurent.
Damian pun mengiyakan permintaan ibunya itu. Ia langsung membawa Abel pulang. Sementara nyonya Laurent menatap menantunya itu. Ia sangat yakin Laura sedang hamil.
"Semoga kau baik-baik saja sayang" batin nyonya Laurent.
***
"Bagaimana keadaan menantu saya, Dokter?" cemas nyonya Laurent.
Laura masih terbaring lemas namun ia sudah siuman.
"Sebaiknya pasien di periksa kembali ke dokter spesialis kandungan" ucap Dokter itu.
Nyonya Laurent mengerutkan dahinya. "Apa maksudnya Dokter?"
"Saya rasa pasien sedang mengandung".
Deg
Laura terkejut dan ia merasa tak percaya. " Tidak mungkin Dokter. Anda mungkin salah"sahut Laura.
Dokter itu pun tersenyum mendengar perkataan Laura itu. "Itu sebabnya saya menyarankan untuk menemui dokter kandungan agar lebih jelas" ungkap nya.
Nyonya Laurent menatap Laura, sementara Laura masih tak percaya dengan ucapan dokter tersebut.
"Ma, itu tidak mungkin".
Nyonya Laurent mencoba menenangkan menantunya itu. Ia sudah menduga nya sejak awal. Namun Laura tetap kekeh dengan dirinya.
" Tenanglah aku akan membawa dokter kandungan ke sini. Dan kau bisa memastikannya sendiri"jelas nya.
Nyonya Laurent mengambil ponsel dan mencoba menghubungi kerabatnya yang memang seorang dokter spesialis kandungan.
"Kau bisa ke sini sebentar. Aku akan mengirim alamat nya" ucap nyonya Laurent lalu memutuskan panggilan telepon itu sepihak.
"Ma,Laura ingin Damian tidak mengetahui hal ini. Laura takut Ma!" cemas Laura.
Tentu saja hal itu disanggupi oleh ibu mertuanya. Ia tahu betul amarah putranya itu.
"Kau istirahat saja, sebentar lagi teman mama akan datang dan memeriksa mu kembali"jelas nyonya Laurent.
***
Damian seharian merasa khawatir. Ia memikirkan kondisi Laura saat ini.
Drrt drrt drrt
" Ada apa? Baiklah aku akan menemui mu!"ucapnya Damian lalu ia memutuskan panggilan itu.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya Damian pergi menemui kekasihnya itu. Panggilan itu berasal dari Camelia. Wanita itu mengajaknya bertemu.
Damian melajukan mobilnya dengan cepat. Seolah ingin memburu sesuatu. Setelah tiba di sebuah apartemen di mana Camelia tinggal, Damian segera menuju ke sana.
"Hai sayang. Sudah lama aku menunggumu" ucap Camelia.
"Ada apa kau memanggilku?".
Camelia menarik tubuh kekar Damian menuju sofa , ia mendorong pria itu sampai terduduk kemudian ia menggelayut manja di pangkuan Damian.
" Kapan kau akan membawa ku menemui ibu mu?"ucapnya sambil menelusuri rahang tegas Damian.
"Hentikan Camellia. Aku akan mengatakan sesuatu padamu" tegasnya.
Damian mendorong Camelia, tentu saja Camelia merasa kesal.
"Aku ingin menyudahi hubungan ini. Aku tak ingin melanjutkan nya" ungkap Damian.
Camelia merasa kesal mendengar pernyataan itu. "Apa kau ingin berpisah denganku?".
Damian menatap Camelia. "Sudah ku katakan aku ingin mengakhiri hubungan ini. Aku harap kau bisa mengerti!" tegasnya.
Setelah mengatakan itu Damian segera meninggalkan apartemen itu.
***
Sahabat nyonya Laurent tiba di rumah sakit dana Laura di rawat.
"Bagaimana Lin, apakah menantuku hamil?" tanya nyonya Laurent kepada sahabatnya Selina. Seorang dokter spesialis kandungan.
"Kau benar! Laura memang sedang hamil. Kemungkinan usia kandungan sudah 8 minggu" sahutnya.
Mendengar penjelasan itu membuat Laura menjadi lemas.
"Tante yakin?" ucap Laura.
"Kau meragukan tante? Kau bisa menggunakan ini jika kau mau?" ucap Selina sambil memberikan alat penguji tes kehamilan.
Laura segera bangkit dan mengambil benda itu untuk dibawa ke kamar mandi. Ia ingin memastikannya sendiri.
"Tubuh Laura luruh ke lantai. Ia sungguh tak percaya jika saat ini ia benar-benar hamil.
" Mama!"pekiknya.
Mendengar teriakan Laura, nyonya Laurent segera menuju kamar mandi.
"Ya ampun Laura, apa yang terjadi?" kagetnya.
Laura menangis terisak,namun kali benar-benar tak tertahan. Tubuhnya goyah gemetar tak berdaya.
"Kau harus kuat. Bagaimanapun kau masih istri sah Damian"jelas nyonya Laurent.
" Bagaimana mungkin Ma, Damian tak pernah mencintaiku. Aku tak ingin anakku menderita".
"Apa yang kau katakan? Tenanglah sayang. Kau bisa membahayakan kandungan jika kau begini".
Nyonya Laurent bersama Selina mencoba menenangkan Laura. Sedikit demi sedikit keadaan Laura membaik.
Laura sempat bercerita kepada nyonya Laurent bagaimana hubungan antara mereka bisa berakhir seperti ini. Itu lah sebabnya nyonya Laurent selalu mendukung menantunya itu.
Nyonya Laurent berharap mereka bersatu. Dan membesarkan Abel bersama-sama. Keinginan nyonya Laurent semakin kuat setelah Laura kini sedang hamil cucu keduanya. Ia akan berusaha menyatukan mereka berdua.
Begitu jg sbalik'y