NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Tinjauan keras Hamdan mengenai kepala preman berambut keriting yang menarik tangan putrinya.

"Brengsek, beraninya!" Umpat preman lain yang masih memegangi kedua bahu gemetar Anna.

"Tolong! Tolong !" Sarah memberanikan diri bangkit, langsung memeluk Anna yang gemetar hebat. Pandangan ke-tiga preman itu tadi seperti akan berbuat buruk pada putrinya. "Tolong-tolong!"

Anehnya tidak ada yang datang. Preman itu membuang Hamdan yang tak memiliki tenaga ke jalan setapak di didepan. Lalu mereka memandangi wajah dua perempuan itu dengan kesal. Sarah dan Anna tak berani melewati pintu.

"Kita pergi saja, Bang!" kata preman yang tadi memegang bahu Anna. "Kita bisa lain kali."

"Oke!" Seru preman yang paling menonjol dengan kalung dan gelang rantai. Dia memandang dua perempuan itu. "Kalian suatu saat melayani kami, ingat itu!" katanya dengan nada menggoda disertai tawa jahat. "Sekarang keluarlah atau kulempar kalian ke tempat tidur!"

Anna dan Sarah langsung melotot dengan ngeri. Mereka bergeser, dengan punggung menempel ke tembok karena pandangan tajam para preman yang menakutkan. Dua perempuan itu menolong Abi, dan melihat kepergian preman yang membawa kunci rumahnya.

Hamdan mengelus dada walau dia bertaubat tetapi dadanya kembali mbededeg. Itu rumah warisan orang tuanya yang memiliki banyak cerita .

Dia ingat hujan lalu turun dengan lebat padahal dari tadi sore terang benderang. Sangat tidak masuk akal. Dia yakin belum satu menit sejak preman pergi sampai suara gemuruh terdengar dari langit dan tiba-tiba hujan seperti air disiram dari ember, menumbuk kulit dan terasa sakit. Seolah Allah memberi tanda bahwa semua itu tidak luput dalam pantauan Sang Penguasa. Diapun mencoba tegar, masih ada Allah walaupun tidak memiliki tempat tinggal.

Anak istrinya diajak berteduh ke pos ronda dengan menggigil rasanya seperti terjebak di lemari pendingin. Bagaimana mau sekadar minum hangat atau membelinya walau di sakunya ada uang 60 ribu. Sungguh menyayat hati, semua tetangga yang biasa di luar malam-malam, tadi pintu rumah mereka tertutup bahkan saat sebelum hujan dengan lampu ruang tamu mati.

Keluarganya kedinginan, tak ada yang menolongnya atau berbaik hati menawarkan sebuah kamar padahal dia yakin kegaduhan suara kursi dan gelas dibanting, begitu keras, tak mungkin mereka tak mendengar. Sebenarnya dia pun tahu, di kawasan ini tidak ada rumah yang kamarnya kosong. Semua rumah tipe 21. Jadi, dia merasa sepertinya sekadar mereka meminjamkan ruang tamu, jelas keberatan.

Paginya anak istrinya demam. Hamdan membeli obat penurun demam ke warung Bu RW.

"Kamu diusir?" Tanya Winarsih sambil membuka kresek lalu memasukkan satu- persatu roti dari keranjang. Mungkin ada 30 biji.

"Iyah, Bu?" jawab Hamdan lesu karena tatapan menyelidik Bu RW, yang seolah menunggu jawabannya.

Bu Winarsih yang baik memberikan kantong kresek berukuran sedang itu ke arahnya hingga suara deretan gelang emas yang dipakainya berbunyi gemerisik. "Nih, untuk kamu dan keluargamu. Kamu belum makan kan! Gratis!"

"Alhamdulillah, beneran Bu?"

"Iya benerlah kalau bukan aku siapa lagi? Yah, kita tetangga dari kecil mana aku tega padamu. Bapakmu mulung kamu juga mulung, heran sekarang malah nggak punya rumah! Apes bener sih hidupmu sama Sarah? Gitu tuh kalau dulu diajak nikah aku nggak mau!"

Hamdan mensyukuri walaupun Winarsih seringan omongannya pedes tetapi memang paling baik hati di kampung ini. Dia melirik sebuah tenda biru teronggok di halaman. Dia tak mempedulikan Winarsih yang terus menyalahkannya karena memilih Sarah daripada Winarsih.

"Terus kamu tinggal di mana, Dan?"

Hamdan menggelengkan kepala. "Belum tahu , tetapi aku ingat tempat di dekat Masjid yang mau ke sungai. Yang dulunya mau buat sampah tapi nggak jadi."

"Lah, mau pake apa tidur di sana? Bau lho. Duh ngenes banget! Nggak takut banjir apa? Air kadang sampai ke depan masjid makannya masjid itu ditinggikan satu meter. Ini malah kamu mau di sana, mau tenggelam? Orang kok cari susah terus memang susahmu masih belum cukup?"

"Boleh tenda itu kupinjam, Sih_?" Hamdan memanggil nama panggilan Winarsih saat kecil, dia sendiri sudah lelah mental masih diceramahi, ya tidak mau.

Winarsih pikir begitu buntunya sang teman sekarang. "Pakailah. Tapi aku tak bisa meminjamkan uang."

"Ini saja sudah sangat membantuku. Tenda itu kubawa ya?"

Winarsih keluar dari warung, membantu melepas tali agar tenda itu bisa dibawa Hamdan. "Aku kaget para tetangga dari tadi ribut, katanya kamu diusir! Rentenir itu memang setres, tapi kamu juga ngapain pinjam-pinjam ke sana. Kalau mau nikahin anak perempuan, biar saja cowoknya yang modal! Gitu tuh kamu ditipu. Kalau sudah begini, kamu yang makin susah!"

Sepanjang perjalanan pulang Hamdan teringat omongan Winarsih. Sebenarnya yang mau modalin pernikahan semua Rustam, tetapi Rustam menunjukkan bukti kalau tanggal tagihan usaha Rustam mundur dan baru keluar setelah hari pernikahan. Kemudian Rustam meminta tolong agar sertifikat rumahnya digadaikan untuk menalangi duluan. Hamdan setuju untuk kebahagiaan putrinya.

Uang hasil pinjaman 40 juta diberikan kepada Rustam untuk melunasi gedung dan katering. Nyatanya pemuda itu tiba-tiba membatalkan pernikahan dan saat itu dia belum sempat mempertanyakan uang 40 juta itu saking syoknya. Seminggu setelah kepergian Rustam, Hamdan pergi ke gedung. Pihak gedung bilang belum ada dana masuk sama sekali dan mempertanyakan kwitansi pembayaran gedung kalau memang sudah dibayar. Hamdan tak bisa menunjukkan bukti karena dia modal percaya pada calon menantunya. Begitu juga catering. Mereka semua juga sama menanyakan uang depe dan seminggu lalu Rustam menjawab ke mereka dengan janji sebentar lagi, sebentar lagi. Semua orang dibuat kebingungan.

Hamdan menaruh tenda, memberikan anak istrinya obat , dia tak tega melihat mereka duduk lemas. Duduk sebentar Hamdan garuk-garuk kepala, dia beneran ditipu, benar kata Winarsih.

Menggelengkan kepala, Hamdan tak punya waktu memikirkan kesedihan dan kebodohannya. Dia bangkit dan membawa itu ke cekungan, yang penting keluarganya terlindungi dari pandangan yang bukan mahramnya.

Diatur tenda itu seperti kemah di depan sungai. Dia kembali ke pos dan terkejut banyak pakaian sumbangan, orang-orang lewat memandangi dengan tatapan kasihan sambil berbisik. Dia malu luar biasa harus dikasihani seperti ini.

"Kalian, kalau masih ada tenaga dan kuat, bawalah baju, makanan dan sumbangan ini ke sungai. Kita tidur di sana, ayo! Di dalam tenda lebih nyaman. Disini malu dilihat orang-orang!"

Anak istrinya kemudian menurut dan mengatur semua dalam tenda. Pada awalnya dialasi cuma tikar hasil dari sumbangan.

Dan bagian tengahnya diberi pembatas dengan kain sprei bekas hasil sumbangan untuk memisahkan Hamdan dengan sang putri yang telah baligh.

Malamnya, tiba-tiba hujan deras. Air dari atas masuk ke bawah membasahi tikar.

"Umi, basah!" Anna menyibak seprei yang tergantung.

"Kita jongkok dulu!" ujar Abi sambil memeluk lengan sendiri menggigil oleh tetesan air yang menembus tenda.

Anna memeluk Abi sambil berjongkok saat air mengalir deras di kaki, ke arah sungai. Mereka melihat ke depan saat air sungai keruh yang tersinari lampu, semakin lama semakin tinggi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Kakak Reader, baik banget!...

...Terimakasih ya, sudah mampir❤️...

...Nah, Satu detik saja! Pencet like👍 Sudah sangat berarti bagi Author....

...Tetap semangat dimanapun Reader moga harinya makin jaya! Terus, kalean hatinya senang bahagia. Aamiin yaa aamiin♥️...

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!