Dan Dua Cinta
Sebuah restoran mewah yang berada di pusat kota, disanalah saat ini Hana berada bersama kedua orang tuanya karena mereka sedang ada janji jamuan makan malam dengan seorang sahabat lama sekaligus kolega bisnis Papa.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Hana merasa setiap detik bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Bagaimana tidak?! Malam ini Hana ada janji untuk bertemu dengan Okta, kekasih yang sudah berhubungan dengannya selama enam bulan terakhir.
Jam delapan malam adalah waktu yang sudah ditentukan oleh keduanya untuk bertemu tapi tiba-tiba saja sore tadi Papa dan Mama meminta Hana untuk ikut acara jamuan makan malam bersama kolega Papa.
"Kenapa aku harus ikut acara jamuan makan malam dengan kolega Papa itu? Apakah tidak aneh kalau aku ikut? Aku pasti cuma bisa bengong saat nanti kalian membicarakan tentang bisnis?" tanya Hana sore tadi saat Papa membicarakan tentang rencana makan malam itu.
"Jadi begini, Hana. Kolega Papa itu, namanya Om Hiro akan kembali ke jepang akhir bulan ini. Dia akan mengelola bisnisnya disana karena Papanya yang adalah pendiri utama perusahaan itu telah memutuskan untuk pensiun di usianya kini yang telah menginjak tujuh puluh tahun. Nah, Om Hiro ini akan menitipkan putra satu-satunya kepada Papa untuk tinggal bersama kita sampai dia lulus sekolah"
"Menitipkan pada Papa?" tanya Hana bingung.
"Ya, karena sekarang ini sudah menjelang kelulusan, tidak tepat kalau om Hiro membawa putranya ke Jepang untuk saat ini. Maka itu untuk sementara putranya akan tinggal bersama kita selama kurang lebih enam bulan ini sampai masa kelulusan"
"Oh... Putranya Om Hiro itu, apakah dia seorang anak kelas enam SD?"
"Oh, tidak! Putranya itu sebaya dengan kamu, Hana"
"Kenapa dia harus tinggal bersama kita? Bukankah di kota Jakarta ini mudah sekali mencarikan apartemen? Lalu selama ini kan dia juga pasti punya rumah di Jakarta ini?"
"Ya memang, mereka tinggal di perumahan yang dekat dengan perusahan keluarganya. Tapi untuk saat ini Om Hiro tidak mau kalau putranya sampai tidak terurus dan jadi tidak terarah pergaulannya. Kalau dia tinggal bersama kita, setidaknya kita bisa memantau perkembangannya lagipula kan ada kamu yang bisa jadi teman untuknya? Bukankah begitu, anak Papa yang manis?"
"Aku tidak mungkin bisa menemani dia terus walaupun kami sebaya! Aku tidak mudah dekat dengan seseorang apalagi seorang cowok! Bisa-bisa nanti Okta marah!"
Papa dan Mama memang sudah mengenal Okta karena sudah dari awal menjalin hubungan, Hana selalu membawa Okta untuk berkunjung ke rumahnya. Seorang kapten tim sepakbola sekolah yang memiliki darah Jepang dari kakeknya.
"Ya sudah, Hana. Nanti seperti apa baiknya akan kita lihat perkembangannya. Yang jelas Om Hiro tidak akan membiarkan putra kesayangannya itu hanya hidup dengan di temani oleh supir dan pembantu. Om Hiro ingin agar putranya tetap merasakan keluarga yang utuh"
"Lalu untuk apa juga aku ikut nanti malam pada acara jamuan makan itu? Apakah niat Papa ingin memperkenalkan aku dengan putra Om Hiro itu?!"
"Ya, memang begitu!"
"Aku mau ketemu Okta nanti malam jam delapan, Pa"
"Kalau begitu kamu boleh pergi dengan Okta setelah bertemu dengan Om Hiro beserta istri dan putranya"
"Iya, deh..." Hana cemberut.
Papa mengacak rambut putri tunggalnya itu dengan gemas. "Kamu harus bersikap baik, Hana. Apalagi Om Hiro ini adalah kolega bisnis Papa yang sangat penting! Selama dia pergi ke Jepang untuk mengurus perusahaan keluarga mereka yang disana, otomatis perusahaan mereka yang ada disini akan di kelola oleh Papa"
"Udah nitip anaknya, nitipin juga perusahaan!" rutuk Hana dalam hatinya.
Sudah pukul tujuh lebih lima menit tapi keluarga Om Hiro belum juga datang ke restoran yang sudah mereka sepakati. Hana mulai khawatir kalau mereka datang terlambat, maka pertemuannya dengan Okta juga otomatis akan mengalami keterlambatan!
*******
Aku mencintai Okta! Aku tidak akan pernah mengecewakan orang yang aku cintai walau sedikitpun! Apakah kalian tahu? Memiliki seorang Okta adalah kebetulan yang terindah sepanjang aku hidup selama delapan belas tahun ini!
Okta adalah seorang siswa populer di sekolah, dia seorang siswa berprestasi, langganan peringkat satu dan juga seorang kapten sepakbola Tim sekolah kami. Dia duduk di kelas XII 1 sementara aku di kelas XII 4. Sejak awal bersekolah, aku sudah merasa kalau aku memiliki rasa ketertarikan kepada Okta. Hanya saja aku selalu mengaguminya dari jauh tanpa berpikir sedikitpun untuk bisa mendapatkan Okta.
Dua tahun aku bersekolah di sekolah yang sama dengan Okta. Sekolah favorit yang di idamkan oleh semua anak di ibu kota. Tidak sembarangan orang bisa masuk di sekolah ini, hanya kalangan bangsawan atau eksekutif. Aku kebetulan menjadi salah seorang anak yang beruntung karena memiliki keluarga yang berkecukupan sehingga bisa menyekolahkan aku disini.
Hingga pada awal masuk di kelas XII, aku baru bisa dekat dengan Okta. Itupun terjadi secara tidak sengaja. Waktu itu aku sedang berada di sebuah minimarket yang ada di dekat sekolah, aku mampir ke minimarket itu karena ingin membeli sebuah minuman teh matcha kesukaanku. Saat aku mengambil botol minuman itulah tanganku dan tangan Okta bersentuhan karena ingin mengambil minuman yang sama dan sayangnya minuman teh matcha itu hanya tinggal satu buah.
Dadaku berdebar kencang karena menyadari kalau orang yang sama-sama ingin mengambil minuman teh matcha itu adalah Okta, cowok yang selama ini aku sukai secara diam-diam.
Okta tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang rapi seperti untaian mutiara. Bersih dan putih. Seketika dunia seperti berhenti berputar.
"Kamu mau?" tanyanya ramah.
"Mau sih, tapi gak apa-apa, buat kamu aja" kataku.
"Buat kamu saja, aku ambil yang lain" katanya lagi.
"Gak apa-apa nih?"
"Gak apa-apa!" Okta mengambil minuman teh matcha itu sembari mengambil lagi minuman lain di sebelahnya lalu berjalan menuju kasir.
Aku sejenak merasa bingung karena Okta bilang minuman teh matcha itu buat aku tapi kenapa dia yang bawa ke kasir? Tapi kemudian Okta menoleh kebelakang dan bertanya kepadaku, "Kamu ada yang mau di beli lagi gak?"
"Enggak" aku menggeleng.
"Coklat atau apa gitu?"
"Enggak, aku cuma mau itu"
"Ya sudah, yuk kita ke kasir"
"Sini dong!"
"Biar aku yang bayarin"
"Hah!" Aku seketika kaget sekali! "Jangan! Itu kan buat aku!"
"Gak apa-apa, sesekali aku traktir kamu. Kamu Hana, kan? Anak kelas XII 4?"
"Kok tahu?!"
"Tahu lah! Siapa yang tidak kenal kamu! Cewek cantik favorit teman-temanku!"
Aku yakin saat ini wajahku sudah menjadi merah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Agis
aku mampir kak, semangat.
2024-05-15
1