Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Istri
...****************...
Tedi merasa sangat lelah, Ia bahkan menyadarkan kepalanya di dasbor mobilnya ketika sopir pribadi menjemput nya di kantor nya.
Penerbangan kali ini telah banyak menguras pikiran dan tenaganya, sampai di rumah pun Ia tidak mendapati keberadaan Istrinya.
Tedi menghela nafas berat, memijit pelipisnya pelan berharap bisa mengurangi pening yang Ia rasakan saat ini.
Karena rasa lelahnya Tedi memutuskan untuk membersihkan diri dan berharap akan istirahat setelah nya. Namun ketika akan merebahkan tubuhnya, terdengar pintu kamar di ketuk. Mau tak mau Ia pun keluar.
" Ada apa Ayah. " Tanya Tedi ketika melihat ternyata yang berdiri di depan pintu kamarnya adalah Ayahnya.
" Apakah kamu lelah Nak. "
Tedi sebenarnya lelah tapi melihat raut wajah Ayahnya seperti nya ada yang ingin beliau bicarakan dan tidak mungkin Ia menolak.
" Tidak juga Ayah, memangnya ada apa Ayah. "
" Hm syukurlah kalau begitu, bisakah kita bicara sebentar. Di ruangan Ayah saja. "
Tedi mengangguk dan mengikuti langkah kaki Ayahnya setelah terlebih dulu menutup pintu kamar.
" Tedi, sebenarnya ada masalah apa antara kamu dan istri mu Nak. " Tanya Gunawan Ayahnya Tedi.
Tedi sedikit terkejut karena Ayahnya menanyakan hal itu padanya, berarti Pria itu bisa merasakan ada yang tidak baik- baik saja pada hubungan mereka.
" Nggak kok Ayah, semua baik- baik saja. "
Pak Gunawan menatap Tedi sekilas, terlihat kalau Ia tidak begitu saja percaya dengan alasan Tedi namun Gunawan juga enggan terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga anaknya tersebut.
" Ya sudah kalau tidak ada apa- apa. Tapi Ayah minta sama kamu, kalau ada masalah sebaiknya di bicarakan dengan cara baik- baik. Jangan di biarkan berlarut- larut karena itu tidak akan baik. Oh ya, sebenarnya Ayah ingin minta tolong sama kamu, tolong kamu ke apartemen adik mu, ambil berkas yang Ayah minta dari dia. Tadi Ayah sudah menghubungi nya tapi katanya masih ada di kantor, kalau jam segini mungkin dia sudah ada di rumah. "
Sebenarnya Tedi enggan untuk ke apartemen adiknya itu tapi mau tak mau Ia harus pergi, karena Ayahnya yang meminta Ia pun tidak bisa menolak.
Tedi bergegas keluar dari mobilnya setelah sampai disana, niatnya datang ke apartement itu hanya mengambil berkas lalu pulang dan istrahat.
Sampai di depan pintu Tedi mencoba menekan bell namun tidak ada sahutan dari dalam.
" Kemana sih dia, apa belum pulang. " Gumam Tedi.
Sementara di dalam sana Rani mendengar bunyi bell, Ia merasa heran mengenai siapa yang datang. Kalau Azka yang datang tidak mungkin menekan bell, biasanya juga langsung masuk.
Tapi kalau bukan Azka lalu siapa yang datang sore- sore begini, gumam Rani. Ia melangkah kearah pintu tapi sebelumnya Rani putuskan mengintip melalui gorden, alangkah terkejutnya Rani melihat siapa yang datang.
" Ya Tuhan, kenapa Pria itu ada disini. Apa ada hubungan antara Azka dan Mas Tedi, atau jangan- jangan..... "
Rani mengelus dadanya pelan, Ia benar-benar bingung harus bagaimana. Bell terdengar berbunyi kembali, Rani memikirkan Ia harus bagaimana.
" Duh aku harus bagaimana ini, apa aku bukakan saja pintu nya. Kasihan juga kalau dia terus berdiri di luar, bagaimana kalau Dia punya kepentingan dengan Azka. "
Setelah beberapa saat menimang apa yang harus Ia lakukan, akhirnya Rani memutuskan untuk membukakan pintu untuk Tedi.
" Lama a....
Tedi terpaku melihat siapa yang membukakan pintu untuk nya, Rani menyingkir dari depan pintu dan memberikan jalan pada Tedi.
" Kamu......
" Aku Tiara, aku bekerja sebagai asisten rumah tangga disini. " Jawab Rani berusaha tenang.
Sama seperti reaksi Azka ketika mendengar suara Rani, Tedi pun merasakan hal yang aneh.
" Kamu...... ah, mana Azka. "
Tedi ingin menanyakan banyak hal yang mengganggu pikiran nya namun rasanya berat, akhirnya Ia hanya menanyakan keberadaan adiknya itu.
" Ah Pak Azka belum datang Pak, mungkin sebentar lagi. Bapak silahkan duduk dulu biar aku buatkan minum sebentar. Bapak mau minum apa. "
" Apa saja. "
Rani mengangguk dan berlalu pergi, sampai di dapur Ia bingung harus menyuguhkan apa pada tamunya. Akhirnya Rani membuatkan teh hangat saja.
" Ini Pak, silahkan di minum. "
Rani ingin pergi ke belakang setelah menyajikan minuman untuk Tedi namun Tedi menahannya untuk menemani nya disana.
" Hei, kamu mau kemana. Duduklah di sini, temani aku sampai Azka kembali. "
Rani sebenarnya enggan namun juga tidak bisa menolak, akhirnya Ia pun mengambil tempat duduk yang agak jauh dari tempat Tedi duduk.
" Ka.....
" Kakak, kakak sudah ada disini. "
Baru Tedi ingin buka suara dan menanyakan sesuatu pada Rani, terdengar suara dari luar dan itu adalah Azka.
" Tiara, kembalilah ke kamar mu. Dan kamu Kakak tunggulah disana, aku akan mengambilkan berkasnya untuk mu. "
Rani pun langsung berdiri dan melangkah ke kamarnya karena Azka meminta nya seperti itu.
Tedi mengangkat tangannya ingin memanggil Rani namun Rani tidak melihatnya dan tetap masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu nya rapat- rapat.
Tidak lama kemudian Azka keluar dengan membawa sebuah map berwarna merah dan menyerahkan nya kepada Tedi.
" Ini Kak. "
Tedi menerimanya, namun tidak langsung beranjak pergi. Hal itu membuat Azka merasa heran.
" Ada apalagi Kak, apa ada lagi yang Ayah inginkan. " Tanya Azka dengan memicingkan matanya.
Tedi menggeleng, Ia menatap ke arah pintu kamar dimana Rani tadi masuk.
" Siapa dia Azka, kenapa kamu mempekerjakan wanita muda di rumah mu. Bukankah itu tidak baik, bagaimana dengan penilaian orang. "
Azka menyunggingkan senyum tipis, Ia sudah menduga kalau Tedi pasti akan menanyakan hal itu padanya.
" Itu urusan ku Kak, aku sudah dewasa dan ini juga rumah ku. Aku bisa menentukan jalan hidup ku sendiri, mana yang baik mana yang tidak. "
" Aku tahu Azka, tapi bagaimana kalau sampai ini tercium keluar. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana reputasi perusahaan, nama baik keluarga kita. "
Lagi- lagi Azka tersenyum tipis, selama ini apa kurangnya dirinya. Ia selalu menuruti semua ucapan Pak Gunawan dan juga Tedi karena mengingat status dirinya, namun kali ini tidak lagi.
" Baiklah, bagaimana kalau aku bilang kalau dia calon istri ku dan kami akan menikah dalam waktu dekat. Tentu tidak akan ada yang mempermasalahkan nya. "
Tedi mengepalkan tangannya, entah mengapa ada rasa tidak nyaman di hatinya mendengar pengakuan Azka kali ini.
" Terserah padamu, aku pergi dulu. "
Tedi berlalu pergi meninggalkan apartement milik Azka, hatinya merasa dongkol tanpa alasan yang jelas.
Bahkan sampai di rumahnya Ia masih merasa kesal.
" Ada apa dengan ku, kenapa aku marah- marah tidak jelas ketika mendengar pengakuan Azka. Bukankah ada bagusnya kalau Dia menikah. " Gumam Tedi.
Rasa lelah dan ngantuk yang tadinya menyerangnya kini hilang begitu saja, Ia kemudian teringat dengan ucapan Ayahnya mengenai hubungan nya dengan Rana istrinya.
" Baiklah, mungkin aku harus meminta maaf padanya. Ini semua karena salah ku, aku yang selalu merasa kehadiran nya aneh makanya aku berusaha menghindari nya. "
Tedi sudah bertekad akan memperbaiki hubungan nya dengan Rana yang sempat merenggang karena ego masing-masing.
...****************...