Pria Buta Yang Genius

Setelah kepergian pak Tagor, Angga kembali menghempaskan bokongnya di atas sofa dan menyenderkan punggungnya di busa busa empuk.

Matanya yang buta dia arahkan ke arah ranjang yang menjadi tempat berbaring wanita bernama Rebecca. Entah takdir macam apa yang akan dia jalani kedepannya, hingga dia harus dipertemukan oleh seorang wanita yang memiliki masalah hidup yang sangat pelik dan juga rumit.

"Apakah ini yang namanya takdir? Bahkan aku tidak mengenalmu sama sekali, tapi kau terus saja berusaha mencari keberadaanku. Apakah sebelumnya kau telah mengenaliku Rebecca?" tanya Angga bergumam sendiri.

Setelah itu dia pun bangkit dari duduknya sambil memegang tongkat di tangannya. Angga berencana akan segera mandi, agar tubuhnya kembali segar, rasanya kulitnya sudah sangat lengket oleh peluh yang membanjiri pakaiannya.

"Lebih baik aku mandi terlebih dahulu, setelah itu barulah mengerjakan pekerjaanku."

Cklekkk...

Braakkkk..

Angga langsung masuk ke dalam kamar mandi, setelah membuka baju kaos serta celana jeans yang dia kenakan.

Dia mengunci pintu kamar mandi itu agar Rebecca tidak bisa masuk andai wanita itu telah sadar dari pingsannya.

Dan benar saja tebakan Angga. Karena setengah jam Angga berada di dalam kamar mandi, Rebecca tampak mengerjapkan kedua matanya sambil membukanya secara perlahan.

Dia merasa asing dengan tempat tidur yang dia tiduri saat ini.

"Di mana aku? Kenapa tempat ini terlihat sangat asing?" tanya Rebecca sambil menelisik kamar tersebut.

Rasanya kepala Rebecca benar-benar pusing, dia bisa mengingat jelas akan apa yang terjadi kepada dirinya beberapa jam yang lalu. David sudah menculiknya dan membiusnya hingga tak sadarkan diri.

Mengingat hal itu, dengan cepat Rebecca langsung bangkit dan turun dari atas ranjang. Jangan sampai pria bajingan seperti David berhasil menyentuh tubuhnya yang masih suci belum terjamah oleh siapapun.

"Masih aman. Dia belum menyentuh ku sedikitpun. Sekarang pikirkan bagaiamana caranya agar aku dapat keluar dari kamar ini." gumam Rebecca setelah mengecek pakaian yang dia kenakan.

Rebecca mondar mandir kesana kemari, mencari cara untuk bisa keluar dari dalam kamar hotel tersebut, dia bahkan sudah membuka beberapa laci yang ada di dekat ranjang, Namun Rebecca tetap tidak menemukan card lock untuk membuka pintu kamar itu.

"Sial! Di mana David menyembunyikan card lock pintu kamar ini. Aku yakin yang berada di dalam kamar mandi saat ini adalah dirinya, itu artinya sebentar lagi dia akan segera keluar, Ya Tuhan! Aku mohon selamatkanlah aku. Aku tidak mau disentuh sedikitpun oleh pria bajingan seperti dia." doa Rebecca merasa panik.

Ketika mencari apa yang dia perlukan, Rebecca menemukan satu pasang baju yang teronggok di atas lantai, awalnya Rebecca tidak terlalu memperdulikannya, tapi setelah memperhatikan pakaian itu kembali, Akhirnya Rebecca ingat, jika pakaian yang ada didepannya saat ini sangat berbeda dengan pakaian yang David kenakan sebelumnya.

Mengetahui hal itu, Rebecca semakin merasa bingung, siapa sebenarnya yang telah menculik dirinya? Apakah jangan jangan David telah menjualnya kepada pria lain?

"Tidak! Mana mungkin David melakukan hal itu. Dia kan kaya, jadi untuk apa dia menjualku, tapi aku sangat yakin jika ini bukanlah barang barang milik David. Sejak kapan David suka dengan komputer jaman seperti ini, lebih baik aku berpura-pura pingsan lagi saja, agar aku bisa melihat siapa sebenarnya pria yang telah membawaku masuk kedalam kamar ini." gumam Rebecca menelisik barang barang yang ada di dalam kamar hotel itu.

Hingga detik kemudian, kedua netra indah Rebecca tertuju kepada layar komputer yang sedang mati itu. Dia sangat yakin jika di dalam komputer itu pasti terdapat suatu petunjuk.

"Apa aku nyalakan saja komputer usang ini?" desis Rebecca mengarahkan jari tangannya kearah meja kerja tersebut.

Namun belum sempat dia menyentuh komputer itu, Rebecca mendengar suara pintu kamar mandi yang hendak di buka.

Secepat kilat, Rebecca pun lari terbirit-birit naik kembali keatas ranjang. Dia menutupi tubuhnya seperti tadi menggunakan selimut tebal. Sungguh jantung Rebecca berdetak kencang karena merasa takut akan pria yang hendak keluar dari dalam kamar mandi itu.

Bagaimana jika yang keluar adalah seorang pria tambun berperut buncit dan berkepala botak. Sumpah membayangkannya saja sudah membuat Rebecca ingin muntah.

"Jangan sampai apa yang aku pikirkan benar benar terjadi, karena jika iya, maka aku akan langsung menendang tubuh pria buncit itu." gumam Rebecca penuh rencana.

Cklekkkk...

Pintu kamar mandi telah terbuka sempurna, di susul oleh derap kaki seorang pria yang hanya mengenakan handuk putih di pinggangnya.

Rebecca yang membuka matanya sedikitpun mulai berusaha mengintip pria yang berjalan itu.

"Huh! Akhirnya tubuhku kembali segar kembali. Sekarang waktunya aku bekerja." gumam pria itu yang berjalan membuka lemari pakaian.

Dari arah belakang, Rebecca seperti mengenal siapa pria yang sedang berdiri tak jauh dari hadapannya.. Dengan cepat Rebecca langsung bangkit dari ranjang dan berjalan perlahan mendekati pria itu.

Tapi belum juga menyentuh punggungnya, pria itu malah berbalik arah kearah Rebecca sambil melepaskan handuk putih yang membalut bagian bawahnya.

Sontak Rebecca terlonjak kaget, dia menjerit keras karena sudah melihat sesuatu yang tidak boleh dia lihat....

"Aaaaaaaaarhhhhhh.....!!!! """

"Kauuuu....!" seru Angga tak kalah terkejut.

****

Di lain tempat, saat ini sedang terjadi pembicaraan yang sangat serius. David langsung menghadap menemui paman William guna mengadukan apa yang baru saja dia terima.

Paman William yang mendengar cerita David pun menjadi geram, dia bahkan sampai menumbuk meja kaca yang ada di hadapannya hingga pecah terbelah dua.

Taaaaarrrrr......

"Bajingan! Siapa lagi orang yang berusaha melindungi Rebecca? Bukankah seluruh anak buahnya telah aku lumpuhkan dan sebagian ada yang aku ajak bekerjasama. Lalu siapa. orang yang berani menyelamatkan dirinya dari jebakan yang kau buat David?" tanya paman William berteriak marah.

Melihat amukan dari paman William, David hanya diam menundukkan kepalanya, begitu juga dengan para anak buah William yang lain.

Karena selama ini mereka merasa sudah bekerja dengan sangat baik, jadi bisa dia pastikan jika Rebecca tidak mempunyai pelindung lagi saat ini.

"Tuan besar! Kami sangat yakin jika nona Rebecca tidak mempunyai anak buah lagi, karena semua anak buah miliknya sudah kita tarik agar bekerjasama dengan kita." jelas salah seorang yang tak lain adalah anak buah Paman William.

Paman William menatap tajam anak buahnya itu, jika benar begitu, lalu siapa orang yang mau menyelamatkan Rebecca?

"Jika apa yang kau katakan itu benar adanya? Lalu siapa kedua orang yang sudah menyelamatkan Rebecca hah! Apakah kau kira itu hantu? Atau makhluk halus! bentak paman William dengan nada emosi.

" Paman. Apakah mungkin jika pria itu adalah pria yang akan diperkenalkan kepada paman!" tebak David menerka nerka.

"Apa maksudmu David? Pria itu hanyalah pria buta, mana mungkin dia bisa menyelamatkan Rebecca dan mempunyai ide sebagus itu, lagian kau saja yang bodoh! Bisa bisanya kau diserang tanpa melihat wajah dari mereka berdua. Kau sungguh mengecewakan David!" tukas paman William menatap tajam.

David langsung meneguk ludahnya kasar, karena mendapatkan amukan dari pria mengerikan itu.