Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada yang bergerak di dalam perutku
Hoek
Naina terus mengeluarkan makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya hingga tak tersisa. Setelah merasa rasa mualnya mulai berkurang, Naina pun membasuh wajahnya yang nampak pucat.
"Kenapa indera penciumanku sering bermasalah akhir-akhir ini?" Gumam Naina sambil mengelap wajahnya dengan tisu. Untung saja di dalam kamar mandi tidak ada orang lain selain dirinya hingga membuat Naina dapat menghela nafas lega.
Naina pun keluar dari dalam kamar mandi dengan langkah lunglai, tubunnya yang terasa lemas membuat langkahnya menuju parkiran terasa lebih lama.
"Akhirnya sampai juga." Lirih Naina saat sudah berada di parkiran motornya.
Tubuhnya yang terasa semakin lemah dan kepalanya yang berat membuat Naina mengendarai motornya hanya dengan kecepatan tigapuluh kilometer perjam. Duapuluh menit berlalu, motor yang dikendarai Naina pun sudah sampai di depan rumahnya.
"Untung saja aku tidak kenapa-napa saat di jalan tadi." Ucap Naina menghela nafas lega. Setelah memasukkan motornya ke dalam garasi, Naina pun masuk ke dalam rumahnya.
"Amara... Kau sudah pulang?" Tanya Naina sedikit terkejut saat melihat Naina tengah memainkan ponselnya di atas sofa.
"Kakak... Kenapa wajah Kakak pucat sekali?" Tanya Amara tanpa menjawab pertanyaan Naina saat melihat wajah kakaknya yang nampak pucat.
"Kakak hanya sedikit merasa tak enak badan." Balas Naina dengan tersenyum kaku.
"Apa Kakak mau Mara antar untuk berobat?" Tanya Amara dengan cemas.
Naina menggeleng. "Tidak perlu. Kakak hanya perlu istirahat saat ini."
"Apa Kakak yakin?" Amara masih cemas.
"Ya. Kau tenang saja, Amara. Kalau begitu Kakak masuk ke dalam kamar dulu." Pamitnya.
"Baiklah. Kalau Kakak memerlukan sesuatu, panggil saja Mara." Ucap Amara lagi.
Naina mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
*
Satu minggu berlalu, kondisi Naina pun masih tetap sama seperti terakhir kalinya. Bahkan Naina semakin tidak berselera untuk mencicipi makanan yang dibuatkan ibunya walau makanan itu adalah makanan kesukaannya.
Malam semakin larut, Naina yang masih fokus dengan layar laptop di depannya dengan tangan yang sibuk mengetik tiba-tiba menghentikan kegiatannya saat merasakan ada yang bergerak di dalam perutnya. Naina kembali melanjutkan kegiatannya. Dan sesaat kemudian menghentikan kembali ketikannya saat gerakan di dalam perutnya kembali terasa.
"Ada apa ini?" Gumam Naina merasa takut sambil mengelus perut buncitnya. "Apa lemak di dalam tubuhku makin bertambah sehingga dia bergerak?" Pikir Naina dengan bodoh.
"Tapi kenapa lemaknya tidak kunjung berkurang? Padahal akhir-akhir ini selalu kesulitan untuk makan." Pikir Naina mulai sedikit khawatir. Tak ingin larut dalam ketakutannya, Naina pun kembali melanjutkan ketikannya tanpa memperdulikan gerakan dari dalam perutnya.
Hingga dua hari berlalu, gerakan itu terus terasa dari dalam perutnya. Naina pun dengan perasaan takut mulai mencari penyebab gerakan dari dalam perutnya. Satu persatu penyebab pun Naina baca. Namun tidak ada satu pun yang sesuai dengan keadaannya. Hingga pada saat membaca bacaan terakhir dari penyebab itu, tubuh Naina terhenyak. Jantungnya berdetak dengan cepat saat membaca sampai habis kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di dalam tubuhnya.
"Ha-hamil?" Kepala Naina menggeleng. Berharap link yang ia baca itu salah. Namun setelah mencari ke berbagai sumber, tetap saja menjabarkan kalimat yang sama.
"Ti-tidak. Tidak mungkin." Naina menepuk kepalanya. Berharap ketakutannya sirna begitu saja. Hingga pandangannya beralih pada perut buncitnya. Dan sedetik kemudian tubuh Naina melemas saat mengumpulkan kejadian-kejadian yang telah ia alami beberapa bulan terakhir ini.
***
Untuk mendukung karya author yang baru. Mohon berikan dukungan dengan cara...
Like
Komen
Votenya
Agar author semakin semangat melanjutkan ceritanya. Terimakasih😊😊
sini tak bikin pusing beneran....
Aku getok kepala mu pake palu gada.. hhuuhhh....
DASAR KUDANIL
tan tadi tatanya beli boneta telinci.. tok tetalang dadi boneta bel uang? 🤣🤣🤣