Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Jenny terus memandanginya benda pipih dalam genggamannya. Benda itu sudah lama dia biarkan mati dan tidak disentuh sama sekali. Ingin sekali dia menghidupkannya, mencari tahu apa yang sudah terjadi di kota, bagaimana videonya dan Sean bisa tersebar dan banyak hal lagi yang ingin dia ketahui.

Tetapi Jenny takut, sekali benda itu dia hidupkan, maka mungkin akan ada ratusan pesan masuk dari Ira yang berisi ancaman, cacian, sumpah serapah dan sebagainya. Belum lagi mungkin Ira menemukan lokasinya, lalu tiba-tiba muncul di depan pintu rumah Satya. Ah, tidak! Jenny menyimpan lagi handphonenya.

"Loh ... kenapa belum tidur?" tanya Satya yang baru saja masuk ke dalam kamar.

"Eh ... Tidak apa-apa. Sat ... apa aku boleh meminjam handphonemu?" tanya Jenny ragu. Dia berpikir mungkin dia bisa membuka dunia maya dengan akun Satya, tidak akan ada yang curiga.

"Untuk apa?" Satya menautkan alisnya. Selama tiga bulan tinggal di desa Jenny sama sekali tidak tertarik untuk menyentuh handphonenya dan mengetahui dunia luar. "Apa karena video tadi?" Hanya melihat dari raut wajahnya saja Satya sudah tahu yang dipikirkan Jenny. "Tidak! Aku tidak akan mengijinkan kamu membuka media sosial, apapun itu! Jangan racuni pikiranmu dengan berita-berita yang beredar di dunia maya," mencubit pipi Jenny kemudian duduk di kasur.

Jenny menunduk. Satya adalah kelemahannya. Laki-laki itu seperti bisa membaca apapun yang dia pikirkan.

"Sini, duduklah, biar aku pijit kakimu!"

Jenny pun mengurungkan niatnya untuk berselancar di dunia maya. Dia duduk di tempat tidur seperti yang Satya minta, lalu menselonjorkan kakinya di atas pangkuan Satya.

Satya mulai memijat kaki Jenny. "Pasti kamu lelah, kan? Besok-besok jangan lakukan lagi, oke? Kamu cukup istirahat di rumah, aku akan pulang jika sudah waktunya makan," ucap Satya sambil memijit dengan lembut telapak kaki Jenny.

Jenny hanya bisa mengangguk. Hati perempuan mana yang tidak meleleh diperlakukan seperti ini? Walaupun tanpa harta melimpah, tetapi perhatian dan kasih sayang Satya membuat Jenny merasa punya segalanya.

"Besok waktunya periksa rutin. Dokter bilang kita sudah bisa melihat kelamin bayinya. Aku ingin melakukan USG, apa boleh?" tanya Jenny. Selama ini dia hanya memeriksakan kandungannya di klinik terdekat yang hanya memiliki peralatan seadanya. Untuk melakukan USG, harus ke rumah sakit umum daerah, yang jaraknya bisa satu jam naik angkutan umum.

Satya tidak segera menjawab. Dia teringat beberapa hari sebelumnya dia ke ibu kota kabupaten untuk membeli pupuk dan bertemu dengan salah satu laki-laki yang waktu itu bersitegang dengan Jenny di restoran. Beruntung laki-laki itu tidak mengenalinya. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu tetapi Satya mulai khawatir.

"Sat, kenapa tidak di jawab?!"

"Ya ... Tentu saja, besok kita akan periksa di rumah sakit," jawab Satya kemudian. "Kamu ingin anak laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki, perempuan sama saja. Aku mau semuanya. Tidak cukup satu, aku mau punya anak sebanyak-banyaknya. Aku serakah soal anak. Boleh, kan?"

"Ya, boleh. Apapun boleh buat kamu!"

Lalu keduanya ngobrol ringan membicarakan masa depan mereka, hingga acara pijat-memijat ditutup dengan adegan dewasa. Satya pun terlelap sesudahnya sementara Jenny masih belum bisa memejamkan matanya. Entah kenapa perasaannya tidak enak.

Dia menoleh dan melihat Satya sudah sangat pulas. Iseng Jenny mengambil ponsel Satya lalu keluar dari kamarnya. Jenny membuka internet untuk melihat berita yang sedang viral dan hasilnya sungguh di luar dugaannya.

"Heboh video mesum pengusaha muda dengan anak mantan konglomerat ibu kota."

"Perempuan yang kedapatan bersama artis X di hotel diduga orang yang sama dengan pelaku video mesum yang sedang viral."

"Siapa sosok Jennifer Ekavira yang sedang viral dan dimana sosoknya sekarang?"

Jenny tidak menyangka ada banyak sekali judul artikel tentang dirinya. Bahkan banyak link yang menawarkan videonya dengan Sean. Jenny yakin Satya sudah tahu mengenai hal ini dan mungkin dia sudah melihat video itu lebih dulu, sebelum Andi datang ke rumah mereka. Tetapi kenapa Satya diam saja dan bersikap seolah tidak tahu apa-apa? Apakah itu demi menjaga perasaannya?

Melihat berita-berita ini membuat Jenny marah. Dia yakin Vero lah yang menyebarkan video itu. Padahal dia sama sekali tidak mengganggu Marlo, tetapi Vero tetap menyebarkannya. Sebenarnya apa yang dia inginkan?!

Jenny terus melihat-lihat berita yang sedang viral di dunia maya, hingga akhirnya membaca sebuah berita terbaru.

"Viral video seorang perempuan diduga ODGJ disiksa di dalam sebuah kurungan besi!" Begitu judul berita itu. Jenny membaca berita itu, dan juga melihat videonya sampai selesai. Kemudian jantungnya seperti akan berhenti berdetak dan tangannya gemetar.

"Jen, apa yang kamu lakukan?" Satya menemukan Jenny duduk sendiri sambil melihat handphone-nya, lalu menghampirinya. "Kenapa tidak tidur, hmmm?" tanya Satya sambil mengelus rambut Jenny, lalu duduk di sampingnya.

"Sat ... Ini ... Ini ... " Jenny tidak bisa meneruskan kalimatnya karena sudah di dahului oleh air matanya.

Satya segera merebut handphonenya dari tangan Jenny. "Ini yang aku khawatirkan jika kamu membuka media sosial! Aku sengaja tidak memberitahu karena aku takut akan seperti ini, Jen." Satya merebut headphone nya dari tangan Jenny.

Jenny menggeleng dan terus menangis. "Bukan itu Sat ..." ucapnya. Masih dengan tangan gemetar, Jenny meminta handphone Satya kembali lalu memutarkan sebuah video kepada Satya. "Sat ... Ini ... Mama!" ucap Jenny terbata. Dia menunjukkan video perempuan yang disiksa di dalam sebuah kurungan besi yang ternyata adalah mamanya.

"Apa maksudmu Jen?" Satya belum mengerti.

"Perempuan ini adalah mamaku. Mereka sengaja menyiksanya dan menyebarkan videonya, agar aku kembali ke sana, Sat!" Jenny tergugu, lalu dia menceritakan semuanya kepada Satya.

Selama ini mamanya tidak menghilang, papanya sengaja mengarang cerita itu. Papa Jenny sudah lebih dulu menjual mamanya, sebelum menjual Jenny. Tetapi sang mama tidak kuat menghadapi kenyataan lalu menjadi gila. Setelah itu mamanya disekap oleh Ira di basemen rumah laknat. Barulah Jenny dijual.

Selama ini Ira menggunakan mamanya untuk mengancam Jenny jika dia membangkang apalagi sampai kabur. Ira akan menyiksa mamanya lalu mengirimkan videonya kepada Jenny agar Jenny selalu kembali ke rumah laknat.

Karena itulah Jenny tidak bisa kabur dari rumah laknat, sampai dia hamil dan lebih memilih untuk menyelamatkan janin dalam perutnya. Itulah kenapa menurut Jenny basemen rumah laknat adalah tempat paling mengerikan di muka bumi. Karena di sanalah mamanya di sekap, dan Jenny tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti apa kata Ira agar mamanya tidak disiksa.

Satya mendengarkan cerita Jenny tanpa bisa berkata-kata.

"Aku harus bagaimana, Sat?" Tangis pilu Jenny terasa sangat menyayat hati Satya. Laki-laki itu marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu pujaan hatinya.

"Sat ... Antar aku kembali ke sana! Aku ingin kembali ke rumah laknat itu! Aku ingin menukar tubuhku untuk menyelamatkan mama!"