Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengobati luka di tangan
Pelan namun pasti, langkah kaki Deandra sudah berada di dapur basah menuju paviliun yang ada di belakang mansion.
“Dea, tangan kamu kenapa?” terkejut Bu Nani yang kebetulan memutar balik badannya dari wastafel, lalu kedua netranya melihat kedua tangan Deandra berlumuran darah.
“Tangan saya kena pecahan vas bunga Bu,” jawab Deandra memelas, menahan rasa perih dari lukanya tersebut.
Bu Nani menyentuh lengan wanita itu, lalu mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu. “Kamu tunggu di sini dulu, saya ambilkan kotak P3K dulu,” pinta Bu Nani sebelum meninggalkan Deandra.
“Ya Bu Nani,” jawab patuh Deandra. Wanita itu lantas duduk di dekat meja dapur, lalu memperhatikan beberapa maid yang sibuk bekerja dengan pekerjaannya masing-masing. Mereka tampak mengacuhkan dirinya, tidak ada satupun yang peduli pada Deandra, miris rasanya. Kemudian tak lama kepala pelayan terlihat langkah kakinya begitu cepat saat melewati dapur basah dengan sedikit lirikan yang aneh ke arah Deandra. Bodo amat pikir Deandra.
Selang tak berapa lama, Bu Nani pun datang kembali dengan membawa kotak P3Knya. “Letakkan tangan kamu di atas meja, biar saya obati lukanya,” pinta Bu Nani penuh perhatian.
Deandra menuruti permintaan Bu Nani dan menahan segala rasa saat Bu Nani mencabut beberapa pecahan kaca yang masih menancap di kedua telapak tangannya, kemudian berlanjut kebagian dengkul wanita itu yang juga turut terluka.
Selama mengobati luka Deandra, tak sekali pun wanita paruh baya itu bertanya ‘kenapa bisa terjadi, kenapa bisa sampai terluka,’ akan tetapi wanita itu bisa mendengar bisik-bisik para maid yang sedang membicarakan dirinya.
“Cobalah untuk kuat Deandra, kamu berada di sini pasti sudah diberikan kekuatan untuk menghadapi semuanya,” batin Deandra berusaha agar dirinya tidak benar-benar rapuh.
“Lain kali kalau bekerja cobalah berhati-hati, jangan sampai kembali terluka,” ucap Bu Nani begitu lembut saat memasangkan perban pada kedua telapak tangan Deandra.
“Jika saya sudah berhati-hati dalam bekerja, namun ada yang ingin mencelakakan saya harus berbuat apa Bu?” tanya Deandra, suaranya terdengar memelas.
Pertanyaan Deandra terdengar ambigu, membuat wanita paruh baya itu menatap dalam wajah Deandra yang melukiskan ada luka hati yang tertahankan. “Seberapa mampu kamu bertahan menghadapi, maka bertahanlah. Jika sudah menyerah, maka pergilah sejauh kakimu melangkah, tapi selesaikan masalahnya terlebih dahulu,” jawab Bu Nani.
Tak perlu jawaban kembali dari mulut Deandra, wanita paruh baya itu bisa melihat kedua netra Deandra sudah basah sejak tadi, basah bukan karena luka di tangannya tapi luka yang menyebabkan kedua tangannya tersakiti. Nanti Bu Nani akan tahu juga apa penyebab yang sedang menimpa Deandra.
“Bukankah kamu harus pergi bekerja ke kantor, sebaiknya pergilah. Dan kalau kamu ada waktu, mampir ke klinik untuk mengecek luka kedua tanganmu. Saya hanya mengobatimu ala kadarnya, apalagi tuan muda tidak meminta kami untuk memanggil Dokter,” ucap Bu Nani kembali.
Deandra memaksa dirinya untuk tersenyum pada Bu Nani. “Ini sudah lebih cukup Bu diobatinya, lagi pula lukanya tidak terlalu dalam. Dan terima kasih Bu Nani sudah membantu saya, kalau begitu saya permisi dulu,” balas Deandra berpamitan, lalu beringsut dari duduknya.
“Sama-sama,” jawab Bu Nani, kedua netranya masih tertuju ke arah Deandra hingga wanita itu benar-benar tidak terlihat lagi.
Sesampainya di kamar, tubuh wanita berkacamata bulat itu luruh di atas lantai yang dingin, isak tangisnya kembali menggema kamar kecil tersebut. Rasa sesak yang sedari tadi dia tahan, rupanya mampu merobohkan tembok yang dia bangun sendiri.
“Ya Allah, kenapa hidupku begini! Mengapa Engkau memberikan aku hukuman seperti ini!” gumam Deandra seorang diri dengan deraian air mata. Deandra wanita sebatang kara, kepada siapa dia harus mengadu nasibnya? Kepada kedua orang tua angkatkah? Jelaslah tidak akan dia lakukan, yang ada hanya bisa memendamnya seorang diri.
Usai menangisi dirinya sendiri, wanita itu bangkit dari lantai sembari membuka kacamata bulatnya yang sudah basah terkena air matanya, lalu dia mematut dirinya di cermin yang ada di kamarnya. Wajah cantik yang sesungguhnya, iris mata hazelbrown, bulu mata panjang lentik, hidung panjang mancung, namun semua tertutupi dengan kacamata bulat yang dikenakan Deandra semenjak duduk di bangku SMP, serta wajah putih mulusnya diberikan efek flek hitam karena permintaan Poppy bukan karena mata dia sudah minus atau plus, dan hal itu dituruti oleh Deandra.
Walau hati sedang sakit, Deandra memaksakan dirinya untuk tetap berangkat kerja dan tahu jika hari ini dia akan telat datang ke kantor.
Satu jam setengah kemudian..
Perusahaan Nusantara Nationalty
Wanita yang berpenampilan sangat sederhana itu, hanya celana kulot berwarna coklat tua dipadu kemeja lengan panjang berwarna tan, terlihat berlari kecil saat tiba di depan luar lobby perusahaan papa angkatnya, dengan terburu-buru dia memberikan helm ojek online kepada si pengemudi.
“Aku benar-benar terlambat hari ini,” gumam Deandra bermonolog sembari menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu jam 9 pagi, dia bergegas naik ke lantai lima tempat di mana dia bekerja di bagian divisi finance.
“Wah, aku kira kamu gak datang Dea,” tegur Freya yang berpapasan dengan Deandra yang baru saja mau masuk ruangan.
Deandra tampak sedang mengatur napasnya yang tersengal-sengal karena habis berlarian. “Iya, tadi ada sedikit kecelakaan di rumah,” jawab Deandra, untung saja dia memiliki alibi yang nyata dengan kedua tangannya yang sudah diperban.
“Ya Allah, tangan kamu kenapa bisa diperban dua-duanya,” terkejut Freya, wanita itu langsung memegang tangan Deandra.
“Aku tadi pagi terjatuh pas banget ada barang kaca yang ikutan jatuh.”
Wajah Freya tampak ngilu melihat kedua tangan teman kerjanya. “Ya udah duduk dulu gih, seharusnya kamu gak usah masuk, pasti badan kamu juga sakit, minta izin aja,” ajak Freya kembali ke kubikelnya masing-masing.
“Aku masih bisa bekerja kok, lagi pula kerjaan kita lagi banyak.” Memang benar alasan Deandra, kalau sudah mau akhirnya bulan, mereka harus menginput data keuangan yang masuk untuk persiapan laporan awal bulan.
Wanita itu bisa bernapas lega saat sudah duduk di kursi kerjanya, setelah tahu kalau manajer finance-nya belum datang, jika tidak dia pasti kena teguran yang sangat tidak mengenakan hati. Keberadaan Deandra yang bekerja di perusahaan papa angkatnya, tidak ada satupun karyawan yang tahu jika dia bagian keluarga sang pemilik perusahaan, yang mereka tahu hanyalah Poppy Naveah anak Pak Esrtern. Jadi tak salah jika Deandra diperlakukan seperti karyawan pada umumnya, tidak ada perlakuan istimewa.
Sementara itu di mansion Estern, Mama Daisy terlihat murka setelah membaca pesan yang masuk di ponselnya. “Kurang ajar sekali dia pakai memeras aku segala. Seenaknya saja dia minta dikirimkan uang sepuluh juta, sudah tahu yang jadi korban itu anakku bukannya Deandra, kalau Deandra yang mati akan aku beri uang berapapun!” gumam Mama Daisy sendiri di dalam kamarnya.
Mama Daisy memicingkan kedua matanya sembari mengingat sikap suaminya yang begitu menyayangi Deandra sejak anak itu dibawa ke mansion, dan sempat mencurigai jika Deandra anak hasil selingkuhan dari suaminya tapi selalu ditampik oleh Papa Estern. Hingga puncak kekesalan Mama Daisy saat menemukan surat-surat property atas nama Deandra di ruang kerja suaminya, marah saat itu Mama Daisy namun tidak ditanyakan kembali pada suaminya mengenai temuannya, pikirannya saat itu hanyalah ingin mencelakakan Deandra, agar property itu jatuh ke tangan Poppy.
Benarkah surat property itu dari Papa Estern buat Deandra? Atau memang milik Deandra sejak dia lahir?
Bersambung ...
Kakak Readers terima kasih buat like, komen, kembang, kopi dan VOTE nya.
Lope Lope sekebon 🍊🍊🍊🍊🍊🍊