NovelToon NovelToon
Shortcoming

Shortcoming

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / rumahhantu / Akademi Sihir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Istana dan dunia istimewa. Semuanya immortal, kuat dan ajaib, tapi dunia itu hanya ada di dalam mimpi. Itu yang Layla yakini sedari awal mimpi buruk menghantuinya.

Di mimpi itu, dia mengenal Atoryn Taevirian, pemuda yang tengah patah hati dan mulai kehilangan akal sehat. Dia membenci ayahnya yang telah membunuh perempuan yang dia cintai. Dia membenci semua orang yang tidak ada kaitan dengan kematian Adrieth bahkan Layla yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Atoryn menakuti dan menyakiti semua orang dengan tuntutan sang ayah harus mengembalikan Adrieth, sementara Layla berusaha mencari cara untuk melenyapkan mimpi buruk.

Alih-alih berhasil, hidup Layla malah menjadi semakin horor. Suatu hari dia ditarik memasuki dunia itu dan bertemu Atoryn. Layla berdiri tepat di depannya, gemetar ketakutan dibuat kebencian Atoryn yang membara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terluka & Hancur

Justin dan Karen tidak berada di situasi baik. Mereka harus berpura-pura sedang berlibur bersama Layla untuk menipu ibunya. Bukan tanpa alasan, lebih baik membuatnya berpikir Layla baik-baik saja daripada katakan Layla telah lima hari menghilang dan membuatnya menelepon polisi!

Ribuan polisi pun tidak akan bisa menemukan Layla, oleh sebab itu berbohong adalah satu-satunya jalan keluar. "Ahahaha, benar, Tan! Tenang saja, kami akan pulang besok." Karen melakukan video call, dia mendekatkan ponsel sampai wajahnya memenuhi layar agar ibu Layla tidak bisa melihat apa pun selain dirinya.

"Aku tahu kalian lelah tapi sekarang bukan waktu liburan," tegur ibu Layla. "Tolong akhiri liburan kalian dan kembali untuk belajar."

"Tentu!" Karen berseru. "Kami akan pulang besok, jangan cemas. Ahahaha!" Panggilan dimatikan setelahnya. Karen letakkan ponsel itu dan bernafas lega.

"Bagaimana sekarang?" tanya Justin, dia bersama Karen sedari awal dan mereka bersembunyi di rumahnya selama lima hari terakhir. "Kita bahkan tidak yakin apa Layla akan kembali besok atau tidak."

"Ini membuatku gila!" Karen menggosok kepala, frustasi. "Apa Layla baik-baik saja? Dia pergi terlalu lama!"

Justin menebak, "jangan-jangan dia sungguh mati?" Suasana seketika berubah horor, membuat Karen menatap putus asa. "Maksudku, dia tidak akan pergi selama itu jika tidak terjadi sesuatu." Karen tidak bisa menjawab, dia pejamkan mata dan memijit kepala yang sakit.

Beruntung, hal yang sangat mereka takutkan tidak terjadi. Layla memang sekarat, mungkin telah mati kalau Atoryn tidak mengobatinya hari itu. Layla berhasil menghindari kondisi kritis berkat Atoryn tapi itu bukan berarti dia baik-baik saja.

Layla membuka mata tanpa tahu sudah berapa lama Atoryn menunggu. Dia mengerjap mata beberapa kali untuk menghilangkan buram sebelum menatap sekitar, perlahan menyadari Atoryn duduk di pinggir ranjang dan sedang menatapnya.

Layla masih terlalu lemah untuk takut atau beraksi, dia menarik tubuhnya menjadi posisi duduk dan menyadari tidak ada lagi rasa sakit yang sebelumnya hampir membunuhnya. Tidak ada luka atau bekas, Layla menatap Atoryn dan bertanya, "kau menyembuhkan aku?"

Layla menduga seperti itu karena hanya Atoryn yang ada di ruangan bersamanya. "Jam berapa ini?" Layla bertanya karena penasaran dan malah dikejutkan oleh jawaban Atoryn.

"Kau tak sadarkan diri selama tujuh hari."

Mata Layla terbelalak, jantungnya berhenti berdetak untuk satu detik mengingat teman-teman dan ibunya pasti mencemaskannya. "Aku harus pulang!" Layla menyibak selimut yang menutup kakinya tapi Atoryn mencengkram lengannya untuk menghentikan. Fokus Layla hanya pada pulang tapi tatapan Atoryn yang seolah tak bernyawa menyita perhatiannya.

Atoryn punya hal untuk dikatakan, Layla menebak, tapi Atoryn butuh waktu, jadi Layla putuskan untuk kembali duduk dan menunggu sampai dia siap berbicra. Atoryn katakan, "bukan ayahku yang melakukannya tapi Adrieth sendiri." Layla gelagapan dibuat setetes air mata yang tiba-tiba mendarat membasahi selimut. Atoryn menggelap pipinya segera, tidak sekalipun dia mengangkat kepala apalagi mempertemukan kontak mata.

"Karena itu kau katakan aku akan menyesal," gumamnya dengan rasa penyesalan luar biasa besar yang tak bisa dijabarkan. Atoryn terlalu angkuh dan percaya diri, sekarang dia bahkan tidak berani mengasihi dirinya sendiri atau berduka lebih lama lagi.

Punggung kaku Layla mencair mengikuti ekpresi wajahnya. Perempun itu sedih, tapi apa yang bisa dia lakukan untuk menghibur Atoryn? Tidak ada. Layla mengangkat tangan untuk membantu menghapus air mata Atoryn tapi ditepis olehnya. Atoryn melakukannya secara spontan dan tidak menyakiti, tapi entah mengapa hati Layla berdenyut. Layla mengaku, "dia memberitahuku ketika kami bertemu. Maafkan aku, Atoryn, aku tidak bisa memberitahumu."

Bukan karena Layla tidak bisa memberitahu tapi karena Atoryn tidak akan percaya dan hal itu hanya akan memperburuk keadaan. Haruskah Atoryn memberi selamat kepada Layla yang berhasil membalasnya sesuai kata-katanya? Atoryn menangis dalam diam. Layla bukan hanya berhasil menyakiti hatinya tapi menghancurkan sampai harga diri pun tidak bersisa.

"Aku tidak pernah tahu bahwa pada akhirnya aku adalah orang yang membunuhnya. Ayahku berusaha memberitahuku tanpa melukai hatiku tapi aku terlalu marah, aku tidak pernah mencoba untuk mengerti dan menyalahkan semua orang kecuali diriku sendiri. Sekarang semuanya menjadi masuk akal dan aku baru saja menyadarinya." Atoryn memejamkan mata sebentar, air matanya menetes membasahi kain di dekat kaki Layla.

"Adrieth adalah orang yang sangat berarti untukku. Ibuku meninggal setelah melahirkan aku dan aku tidak pernah sekalipun merasakan apa itu dicintai. Ayahku selalu menjaga jarak dan aku tidak pernah tahu mengapa, tapi Adrieth selalu ada untukku. Dia tidak pernah pergi bahkan ketika ayahku berusaha mengusirnya dan itu adalah hari-hari yang paling membahagiakan karena aku seolah tahu apa itu cinta. Adrieth melakukan apa saja untuk membuatku bahagia, dia selalu ada dan tidak pernah sekalipun meninggalkanku … aku … benar-benar mencintainya dan aku kehilangannya tanpa tahu mengapa. Hatiku seolah hancur dan rasanya lebih menyakitkan daripada di saat aku sekarat dan perasaan seperti itu membuat aku gila."

Layla mengatup bibir rapat-rapat, hatinya terluka melihat betapa banyak air mata memenuhi wajah Atoryn. Bukan ini yang Layla mau. layla ingin menghentikan Atoryn tanpa membuatnya menderita lebih banyak lagi tapi malah dihadapkan oleh kenyataan Adrieth benar. Dia benar soal Atoryn akan sangat menderita bila mengetahui kebenarannya. Lantas, apa yang bisa Layla lakukan? Pada akhirnya kebenaran tetap terungkap. "Atoryn … aku—"

"Kau harus pergi," sela Atoryn, suaranya pelan dan tak berdaya. Atoryn tidak mengusir Layla melainkan terlalu malu untuk menatapnya. "Aku pastikan kau tidak akan pernah lagi melihatku di dalam mimpimu." Kata-katanya entah mengapa menyayat hati Layla. "Maafkan aku," ucapnya. "Hanya itu yang bisa aku katakan setelah membuatmu menderita."

"Aku tahu mungkin ini sudah terlambat, tapi terlepas dari semua yang telah terjadi, kau masih punya kesempatan untuk memperbaikinya." Kata-kata Layla tidak menghibur tapi membuat Atoryn merasa lebih buruk lagi.

Semua yang bisa Atoryn lakukan adalah menerungi kesalahan, menyesali, memperbaiki dan menyadari bahwa semuanya sudah terlambat dan tidak ada yang bisa diperbaiki. Atoryn bahkan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, lantas bagaimana cara untuk memperbaiki semuanya?

Atoryn berdiri sebelum Layla sempat menyentuh tangannya, tidak sekalipun dia menoleh apalagi mempertemukan kontak mata sementara Layla tidak sekalipun berpaling. Besar harapan Layla agar Atoryn mau menatapnya meski hanya sedetik tapi pria itu tidak berani. "Atoryn —"

"Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan. Untuk mati pun aku tidak bisa." Dia sangat terluka dan seolah tidak lagi berjiwa. "Beritahu ayahku aku minta maaf." Dia pergi meninggalkan ruangan setelahnya, meninggalkan Layla begitu saja.

"Atoryn …" Raut wajah Layla lirih. Kepalanya tertunduk ketika pintu ruangan kembali tertutup. Seketika saja suasana berubah senyap, tidak ada yang terdengar kecuali suara detakan jantung Layla sendiri. Layla tidak berniat menyakiti siapa pun atau Atoryn, tapi pada akhirnya tidak semua keinginannya tercapai. Seharusnya Layla tidak kasihan mengingat semua yang Atoryn lakukan adalah yang terburuk, tapi hatinya hancur bagaikan kaca yang pecah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!