NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Baik? Tidak!

“Aku mencintaimu, Bian.” adalah kata-kata yang paling sering Leo ulang akhir-akhir ini. Dia mengulurkan tangan memeluk Bianca dan untuk pertama kali setelah satu tahun empat bulan tujuh hari, Bianca tidak menolaknya.

Bianca menenggelamkan wajah di pundak Leo dan tangisannya pun pecah. Leo sesekali mengelus punggungnya. Dari kaca jendela mobil, Leo tak sengaja melihat Ian berlari mendekat. Ian mengintip ke dalam mobil dan melihat tatapan membunuh Leo.

Matanya seolah memperingati, “JANGAN BERANI GANGGU KAMI!” Horor matanya yang seolah akan tercopot membuat Ian menurunkan kembali tangannya yang berniat mengetuk jendela mobil. Dia menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan buru-buru menjauh.

Akhirnya Leo bisa sepenuhnya fokus pada Bianca. Dia tidak mengatakan apa pun tapi mendekapnya semakin erat.

Satu minggu berlalu sejak hari itu hubungan Leo dan Bianca akhirnya menunjukkan perkembangan.

Leo tidak berani berkata Bianca tidak lagi membencinya, tapi jelas Bianca menjadi lebih nyaman bersamanya. Hanya karena itu, Leo bagaikan menari di bawah hujan setiap hari dan hatinya berubah menjadi taman bunga.

Setiap pagi Bianca sarapan dengan senyuman. Mereka pergi ke kantor bersama-sama dan Bianca menemaninya tanpa ekpresi terpaksa. Dia juga mulai membuat topik-topik kecil dan tertawa bersama.

18.56

“Akhirnya ada hal bagus juga!” Leo tersenyum puas sembari melempar tubuhnya ke atas kasur. “Hm di mana aku akan melamar Bianca? Di mana tempat perhiasan terbaik di muka bumi ini?” Dia memejamkan mata dan membiarkan isi pikirannya berkelana sampai seratus tahun kemudian. Semakin lebar senyum di wajah Leo sampai-sampai sudut bibirnya terasa seperti akan segera robek.

Tok tok tok … suara ketukan pintu membuyarkan semua lamuan Leo. Dia duduk, menunggu sang tamu untuk membuka pintu sendiri dan masuk.

Itu Bianca, dia masuk dengan wajah yang dibalur oleh clay mask. “Hei, Leo,” sapa perempuan itu lebih dulu.

Leo tersenyum lebar membalasnya, “hi, Bian.”

“Itu … kebetulan aku sedang memakai masker. Kau mau?” tawar Bianca sembari memamerkan satu bungkus sheet mask yang dia bawa.

Leo tidak peduli soal perawatan tapi bila itu dari Bianca, dia mengganguk tanpa dua kali pertimbangan. “Sebentar, aku harus cuci wajahku dulu karena ini sudah lima belas menit.”

Setelah mencuci wajah, Bianca kembali ke kamar Leo dan duduk di pinggir ranjang. Leo berbaring tanpa diminta dan Bianca memasangkan bendo telinga kucing terlebih dulu sebelum membuka bungkus sheet mask.

“Kau harus berhenti tersenyum,” pinta Bianca.

Itu adalah hal yang sangat sulit Leo lakukan saat ini. Dia tidak bisa mengontrol perasaannya karena dunia harus tahu kalau dirinya sedang berbahagia. Meski begitu, Leo berusaha untuk tetap tenang dan akhirnya Bianca bisa memakaikan mask putih itu ke wajahnya, menutup mata sampai mulut hingga yang tersisa hanya lubang hidung.

“Tunggu dua puluh menit dan aku akan membawa masker yang lain, oke?” kata Bianca dan Leo mengganguk sebagai respon. Setelahnya, Bianca keluar dari kamar.

Tidak ada apa pun di dalam benak Leo selain kebahagiaan dan tanggal bagus untuk menikah. Dia sampai lupa akan kenyataan Bianca dan Gavin belum melakukan proses perceraian. Abaikan itu untuk nanti karena Leo tidak mau suasana baik hatinya terusik.

“Aku ingin—“ Leo dijeda keraguan. Dia berpikir sejenak sebelum ragu-ragu melanjutkan, “aku ingin seperti ini selamanya.” Leo entah sejak kapan menakuti kalimat keramat itu karena setiap kali dia ucapkan, pasti ada saja hal menyebalkan terjadi, tapi sepertinya kata keramat itu sudah habis masa berlaku. Leo tersenyum puas.

Lima belas menit berlalu, hp di samping bantal leo berdering. Leo membuka salah satu penutup mata dan meraih hpnya. Nama Ian menyembul di layar. Leo mengangkat dan menjadi yang pertama berbicara, “Ian, aku senang kau telepon. Tidak, sebenarnya aku masih marah padamu karena kejadian hari itu, tapi kau tahu, hubungan kami membaik dan aku sedikit berterima kasih padamu.”

Ian bisa merasakan kebahagiaan luar biasa dari pria yang tidak mau behenti mengoceh itu. Dia bahkan tidak mempertanyakan alasan dirinya menelepon dan sibuk membicarakan diri sendiri. “Kau tahu, hubungan kami sangat baik akhir-akhir ini. Bianca lebih banyak tersenyum dan dia bahkan menawarkan aku masker wajah. Dia semakin memperhatikan aku … ah, dia akan kembali lima menit lagi untuk memberiku masker yang lain. Dia benar-benar memperhatikan kesehatan wajahku.”

Setelah puas mengoceh dalam satu tarikan nafas, Leo bernafas lega. “Jadi, kenapa kau menelepon?“ Akhirnya dia bertanya.

“Kau yakin Bianca ada di sana?“ tanya Ian. “Aku baru saja melihatnya di sini.”

“Di sini? Di mana?” Ekpresi wajah Leo berubah. Tidak ada lagi senyuman tapi kecurigaan dan gelisah.

“Di club XX. Dia datang untuk menemui Gavin, tapi Gavin tidak mau berbicara dengannya, jadi dia masih menunggu di pintu masuk.”

“Kau becanda!” Leo merubah posisi menjadi duduk, wajahnya sedikit mendongak agar masker yang mulai mengering tidak terjatuh dari wajahnya.

“Karena kau sangat mempedulikan Bianca. aku memberitahumu untuk berjaga-jaga kau tidak tahu dia diam-diam kemari.”

Tidak ada respon, Leo mematikan panggilan dan berlari ke kamar Bianca. Dia buka pintu itu dan dikejutkan oleh kenyataan Bianca tidak ada di dalam sana. “Astaga, Bian.” Seketika Leo merasa bodoh, juga mulai menaruh curiga, “jangan bilang dia sengaja berpura-pura baik selama ini untuk membuatku lengah.”

Itu terdengar lebih masuk akal daripada si keras kepala Bianca tiba-tiba berubah pikiran. “Bian! Ugh.” Leo menjerit kesal. Dia melepas masker dari wajahnya dan buru-buru pergi setelah menyambar kunci mobil dari atas meja di ruang tamu.

Sementara Leo mengebut brutal di jalanan, akhirnya Gavin mulai melirik ke arah Bianca. Perempuan itu menjepit hidungnya menggunakan dua jari karena tidak tahan dibuat asap rokok yang memenuhi ruangan.

Ian basa basi berbicara ketika Gavin berdiri, “akhirnya kau mau berbicara dengannya?”

Gavin tidak merespon tapi jawabannya adalah iya. Dia mulai penasaran pada apa yang ingin Bianca bicarakan, dia tidak akan bersikap segigih itu tanpa alasan.

Gavin berjalan keluar dari gedung dengan melewati Bianca, membuatnya buru-buru menyusul. Mereka berdua berhenti di area parkiran samping gedung, saling berhadapan.

“Akhirnya kau mau bicara denganku?” Bianca terlihat sangat kecewa, sementara Gavin terlalu kentara dengan amarah yang belum sedikitpun pudar.

“Apa yang ingin kau bicarakan? Kalau itu soal perceraian, aku tidak berniat membahasnya.”

“Aku tidak kemari untuk membahas perceraikan,” kata Bianca. Sebenarnya Bianca masih punya niat untuk meluruskan kesalahpahaman tapi Gavin di antara tidak percaya dan tidak mau mendengarkan, jadi Bianca menemukan solusi lain untuk menyelesaikan masalah. “Aku minta maaf,” ucap Bianca. Dia berhasil mengejutkan Gavin dengan berlutut di hadapannya.

Bianca menjaga pandangannya tetap ke bawah sebelum melanjutkan, “aku berbuat kesalahan yang seharusnya tidak aku lakukan. Aku menyesal dan aku tidak akan mengulanginya lagi, jadi aku mohon maafkan aku, Gavin. Aku ingin bersamamu. Tolong jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu.”

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!